Saat ini ketika
khilafah belum tegak, posisi pengemban dakwah adalah pelayan ideologi Islam
yang utama. Secara individu, berperan penting dalam mewujudkan ketahanan
informasi di tengah-tengah masyarakat agar suasana kondusif. Tidak mudah
percaya, terpancing emosi, panik, resah, dan terhasut. Pengemban dakwah
hendaknya terdepan alias leader dalam
mengelola informasi. Bagaimana caranya? Ada beberapa kaidah yang harus
diperhatikan dalam menyikapi informasi, antara lain:
1.
Senantiasa Tatabu'
Berita selalu
mengikuti informasi kekinian. Mengikuti isu yang sedang hangat. Terutama,
selalu mencermati sepak terjang negara nomor satu di dunia, juga negara yang
memusuhi umat Islam. Termasuk mencermati berbagai kebijakan penguasa, terutama
yang menyangkut urusan umat dan implikasinya terhadap mabda Islam.
2.
Mengutamakan Kabar dari Orang Mukmin
Seharusnya, media
Islam dan pengelolanya yang Muslim jadi rujukan. Sayangnya, dalam peradaban
sekuler saat ini, media Islam belum berkembang baik. Kemunduran berpikir umat
bahkan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan rekayasa
informasi yang menyesatkan. Dikira informasi Islami, padahal hoax. Karena itu, selektiflah memilih media.
Utamakan yang bersumber dari Muslim. Tetapi, memilih media Islam juga harus
selektif, karena tidak semua media Islam profesional dan sejalan dengan mabda
Islam.
3. Tabayyun atau Konfirmasi pada Sumber
Profesional
Selalu mencari
kebenaran berita tersebut, informasi yang sesuai fakta, diolah secara
profesional oleh pewarta yang memahami kinerja jurnalistik. Bukan oleh
masyarakat awam yang ala kadarnya menyampaikan informasi. Karena itu, cermati
sumber berita tersebut, apakah media resmi yang kredibel atau anonim. Media
resmi, besar kemungkinan mendapat fakta valid yang terkonfirmasi, bukan hoax.
4.
Validasi Pemikiran
Informasi yang
sumbernya valid, belum tentu benar. Untuk itu harus bisa mendeteksi pemikiran
yang salah, yakni dengan meninjau sudut pandang penyajian informasi yang sangat
dipengaruhi ideologi dan kepentingan pemilik media. Sebab, dalam pemberitaan,
terkadang tidak sekadar menyampaikan fakta apa adanya, tapi sudah mengandung
opini atau framing tertentu sesuai arah
pemahaman jurnalis atau pengelola media yang bersangkutan.
5.
Waspadai Stigmatisasi Islam
Media kerap melakukan
labelisasi pada umat Islam, seperti label teroris, radikal, ekstrim dan
sebagainya. Stereotip atau monsterisasi ini biasanya terjadi karena media dalam
negeri berlangganan kantor berita Barat yang memang sengaja menyelipkan cap-cap
miring terhadap ideologi Islam.
6.
Ikut Berperan Aktif dalam Kerja Media
Aktivitas
dakwah adalah menyampaikan mabda Islam. Selain lisan, bisa
juga dengan tulisan. Pengemban dakwah hendaknya menjadi produsen opini. Siap
sedia diberdayakan baik sebagai penulis lepas, blogger, penceramah, trainer,
host, presenter, jurnalis (kamerawati, reporter, editor, dll), script writer, sutradara, editor video, desainer grafis, web
developer, web designer, dan sebagainya. []kholda
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 194
---