Muslimpreneur,
Ramai di-share di media sosial kisah-kisah pertobatan
pengusaha. Lilitan persoalan, musibah yang datang silih berganti, kesadaran
yang muncul belakangan menjadi sejumlah alasan pertobatan itu. Untuk menjaga
konsistensi amal shalih pasca pertobatan, tak jarang sang pengusaha pun mencari
ustadz atau kyai sebagai penasihat spiritual. Alhamdulillah,
satu langkah maju untuk bersegera menuju ampunan dan rahmat Allah SWT.
Meski begitu,
seringkali langkah ini hanya berhenti pada tataran keshalihan individu. Tak
berefek pada khalayak. Banyak dan beragamnya kemaksiatan yang terjadi di
masyarakat, seolah menjadi wilayah lain yang tak perlu disentuh. Dianggap bahwa
itu urusan “yang berwajib”! Menjamin bisnisnya sesuai syariah itu sudah cukup.
Sejauh-jauhnya bentuk kepeduliannya pada umat hanyalah membayar zakat dan
sedekah. Selain itu urusan masing-masing. Dakwah? itu urusan Ustadz dan
Ustadzah! Begitu pikirnya.
Muslimpreneur,
Sungguh, keshalihan
individu belumlah cukup! Bahkan keshalihan individu tak sanggup mencegah
hadirnya musibah!
Ummul Mukminin Zainab
binti Jahsy ra. bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, mungkinkah
kami binasa padahal di tengah-tengah kami masih ada orang-orang yang
shalih?" Rasulullah pun menjawab, ”Ya, apabila kebejatan sudah
merajalela." (HR. Bukhori, Muslim).
Bersumber dari Jabir
bin Abdullah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Allah 'Azza wa Jalla mewahyukan kepada Jibril as.: “Goncangkanlah kota
ini dan kota itu bersama penghuninya! Jibril pun berkata: 'Wahai Tuhanku,
sesungguhnya di tengah-tengah mereka ada hamba-Mu si fulan yang tidak pernah
maksiat kepada-Mu sesaatpun juga." Rasulullah SAW melanjutkan: ”Allah
berfirman: “Sesungguhnya wajahnya (si hamba yang shalih itu) tidak pernah
berubah terhadap-Ku (tidak marah melihat kemaksiatan) sesaat pun juga."
Muslimpreneur,
Saat ini dengan mata
telanjang, kita semua bisa melihat dan merasakan musibah demi musibah datang
tak kunjung henti. Merujuk pada makna hadits di atas, ini semua berkorelasi
dengan kebejatan alias kemaksiatan yang merajalela yang tidak bisa dicegah oleh
keshalihan individu. Bahkan dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Majah,
Rasulullah SAW merinci musibah-musibah itu: "Jika perbuatan keji (mesum)
dalam suatu kaum sudah dilakukan secara terang-terangan, maka akan timbul wabah
dan berbagai penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. Jika
suatu kaum menolak mengeluarkan zakat, maka Allah akan menghentikan turunnya
hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan
diturunkan sama sekali. Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, maka
Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman
penguasa. Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari
Allah, maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan
merampas harta kekayaan mereka, dan jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan
Sunnah Nabi, maka Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka." (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah). Semua sudah dan terus berlangsung bukan?
Muslimpreneur,
Karenanya, sudah bukan
saatnya lagi membatasi diri hanya sekadar pada perbaikan bisnis sendiri,
keshalihan diri. Mencari selamat sendiri. Pertobatan kita harus berlanjut pada
aksi penyelamatan umat. Sebab, kita adalah pengusaha Muslim yang memiliki peran
dan tanggung jawab besar bagi umat ini. Dakwah Islam kaffah harus menjadi poros
hidup kita. Karena kita adalah Pengusaha Muslim Pejuang Syariah dan Khilafah!
Astaghfirullah
hal adziim... Allahumma sholli 'ala Muhammad...
Ya Allah Yang Maha
Rahmaan dan Rahiim, kembalikanlah kemuliaan Islam dan Umatnya melalui tegaknya
kembali khilafah atas manhaj kenabian sebagaimana yang telah Engkau janjikan
dan jadikan kami pengusaha muslim orang-orang yang beramal ikhlas untuk menegakkannya…
kami rindu agar hidup kami kembali dipenuhi keberkahan yang Engkau turunkan
dari langit dan bumi.
Aamiin allahumma aamiin.
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 166
---