Oleh: Muhammad Karebet
Widjajakusuma, Ketua Lajnah Khusus Pengusaha HTI, Praktisi bisnis syariah
Muslimpreneur,
Dari tiga tulisan
terdahulu, kita jadi paham betapa Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., Umar bin Khattab
ra. danUtsman bin Affan ra. adalah teladan para pengusaha yang penuh berkah dan
pejuang. Kekayaannya berpadu dengan ketaatannya pada Islam. Kewibawaannya berpadu
dengan pengorbanannya bagi Islam.
Ketokohannya berpadu
dengan keteladan sikapnya dalam menerapkan Islam kaffah, baik semasa Rasul SAW
masih hidup maupun telah tiada. Pengusaha yang dibaiat menjadi penguasa penuh
amanah. Bukan pengusaha yang menjadi penguasa penuh kezaliman. Totalitas pada
penerapan syariat Islam dalam naungan khilafah tampak jelas tak terbantahkan.
Jauh dari retorika, dan puja puji dunia yang tak ada arti!
Lalu, bagaimana dengan
sahabat Nabi SAW lainnya yang juga pengusaha namun tidak menjadi penguasa
(khalifah) sebagaimana ketiga sahabat tadi?
Muslimpreneur,
Dari delapan pengusaha
sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk Surga (berikut ini karena keterbatasan
ruang tulis) dua di antaranya bisa kita jadikan cermin.
Pertama, Abdurrahman bin Auf. Kedahsyatan
kekayaannya tak perlu diragukan. Ketika meninggal di usia 72 tahun masih
meninggalkan 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing, dan setiap
istrinya mendapatkan warisan 80.000 Dinar (lebih dari Rp180 milyar) padahal
warisan istri hanya mendapat 1/4 dari 1/8 (istri mendapat bagian seperdelapan
karena ada anak, lalu seperdelapan ini dibagi 4 karena ada 4 istri). Ini
berarti kekayaan yang ditinggalkan Abdurrahman bin Auf saat itu berjumlah 2,56
juta Dinar atau lebih dari Rp56 trilyun! Tanpa utang dan riba! Bersih dan
berkah!
Begitu dahsyatnya
kekayaan beliau. Namun, kekayaan yang tak melenakan! Mengapa? Beliau menjadi
pelopor kaum Muslimin tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah
hijrah ke Madinah. Meski selalu ikut ke medan jihad, beliau lebih dikenang
sebagai sahabat yang luar biasa dalam menjihadkan hartanya. Menjadi pionir gathering dana untuk membantu jihad yang
Rasulullah SAW serukan.
Tak pernah menggunakan
kalkulasi matematika dalam menyerahkan seluruh hartanya untuk keperluan dakwah
dan jihad. Menjadi salah satu pengawal utama keberlangsungan khilafah
sepeninggal Rasulullah SAW. Di luar itu, beliau juga mendapat amanah menjaga
kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah SAW),
bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka. Subhanallah, amal shalih dakwah dan jihad tiada henti, meski tak
menjadi penguasa!
Begitu juga dengan
sahabat Zubair bin Awwam. Kekayaan beliau tercatat 50.000 dinar atau lebih dari
Rp60 milyar, 1.000 ekor kuda perang dan 1.000 orang budak (yang kemudian
dimerdekakan). Harta berlimpah yang tak melenakan.
Beliau menjadi orang
pertama yang datang menyambut seruan jihad fi
sabilillah dari Rasulullah SAW. Selama hidupnya, tidak pernah absen
berjihad. Rasulullah SAW memiliki penghargaan tersendiri terhadap Zubair
seperti yang tampak pada sabdanya: "Setiap nabi mempunyai pengikut
pendamping yang setia (Hawari) dan hawariku adalah Azzubair ibnul Awwam”
(al-Hadits).
Sebagaimana sikap
Abdurrahman bin Auf, beliau juga tak pernah menggunakan kalkulasi matematika
dalam menyerahkan seluruh hartanya untuk keperluan dakwah dan jihad. Menjadi
salah satu pengawal utama keberlangsungan khilafah sepeninggal RasuluIlah SAW.
Muslimpreneur,
Begitulah teladan para
sahabat pengusaha, menjadi pejuang sejati! Saat menjadi penguasa maupun tidak
menjadi penguasa. Begitulah mestinya pengusaha Muslim saat ini, meneladani
jejak pengusaha era Nabi SAW. Karenanya, jadilah pengusaha pejuang bagi berlangsungnya
khilafah yang sudah jelas sesuai syariat, bagus dan menyejahterakan. Bukan
malah melanggengkan negara korporasi yang bertentangan dengan syariat, rusak
dan dzalim.
Semoga Allah Swt.
menjadikan kita Pengusaha Pejuang Syariah dan Khilafah yang setia pada syariat
serta teladan bagi umat. Aamiin allahuma aamiin.
[]
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 147, Maret-April 2015
---