Islam
Di Malawi
Meskipun Islam adalah
agama pertama yang diperkenalkan ke Malawi, negara Afrika bagian selatan,
pertumbuhannya kurang pesat dibandingkan Kristen. Ini karena Islam tidak
mendapat akses pendidikan dan adanya diskriminasi anti-Muslim.
"Selama
bertahun-tahun, setelah para misionaris Kristen memperkenalkan sekolah-sekolah
di seluruh negeri, kaum Muslim Malawi mengalami tekanan yang buruk," ujar
Dr Imran Shareef, salah seorang cendekiawan Muslim terkenal dari Malawi kepada
OnIslam.net.
"Mereka tidak
diperbolehkan mendaftar masuk ke lembaga-lembaga pendidikan kecuali mereka
meninggalkan agama mereka dan menjadi penganut Kristen.”
Lebih lanjut ia
menjelaskan, mereka yang menolak meninggalkan Islam akhirnya memutuskan untuk
tinggal di rumah. Sementara orang-orang yang putus asa untuk mendapatkan
pendidikan tidak punya pilihan selain murtad. Perkembangan ini memengaruhi
Islam di Malawi selama bertahun-tahun.
"Selain itu,
fasilitas-fasilitas yang ada tidak memenuhi persyaratan yang cocok dengan agama
Islam. Hal ini mencegah kaum Muslim untuk mendapatkan pendidikan di
lembaga-lembaga ini," tambahnya.
Sejak diperkenalkan
pada tahun 1880-an, Islam dibawa lewat perantaraan para pedagang Arab yang
tersebar di seluruh benua Afrika. Beberapa tahun kemudian, Malawi dinyatakan
sebagai protektorat Inggris pada tahun 1892. Deklarasi ini menciptakan peluang
untuk para misionaris lnggris untuk datang ke Malawi dan menyebarkan agama
Kristen, saat pemerintah Inggris menjajah negara itu.
”Para misionaris
merasa putus asa untuk membunuh Islam dengan menolak kaum Muslim mendapatkan
pendidikan dan kesempatan bekerja. Mereka mengalami diskriminasi atas dasar
agama. Oleh karena itu, untuk tetap hidup, banyak umat Islam yang menjadi
Kristen,” kata Shareef.
Sementara mereka yang
tidak masuk Kristen, lanjutnya, mengalami pengalaman yang menyakitkan. Mereka
diperlakukan dengan diejek dan dihina sebagai terbelakang dan tidak
berpendidikan. ”Semuanya ini menekan pertumbuhan Islam di Malawi.”
Menurutnya, ini
menjadi alasan kenapa kebanyakan penduduk Malawi tidak mau memeluk Islam.
Mereka takut didiskriminasi atas dasar agama mereka. Menjadi seorang Muslim
adalah alasan yang cukup bagi seseorang untuk menderita secara ekonomi.
IsIam adalah agama
terbesar kedua setelah Kristen di Malawi. Asosiasi Muslim Malawi (MAM)
menyakini umat Islam di sana mencapai angka 36 persen berdasarkan sensus yang
dilakukan beberapa tahun yang lalu.
Dalam upaya untuk
melawan kristenisasi, organisasi organisasi-organisasi Islam lokal dan
internasional telah berkembang dan berinvestasi secara besar-besaran dalam
kegiatan pendidikan. ”Munculnya organisasi-organisasi itu telah membantu
meningkatkan citra Islam dan kaum Muslim di Malawi,” kata Shareef kepada
Onlslam.net (13/2/2015).
Kini, kaum Muslim
dapat mengakses pendidikaan dengan mudah tanpa hambatan. Ada banyak sekolah
untuk seluruh umat Islam dengan fasilitas belajar yang kondusif.
Menurut cendekiawan
Muslim ini, belakangan ini Muslim Malawi telah menghasilkan para intelektual
yang sangat berperan dalam mempercepat pertumbuhan Islam di negara ini dan pada
saat yang sama, berkontribusi bagi pembangunan sosialekonomi negara dalam skala
yang sama seperti yang dilakukan orang-orang Kristen.
”Upaya ini telah
memberikan banyak keuntungan. Kaum Muslim saat ini dapat bersaing dengan
rekan-rekan Kristen mereka, karena mereka memillki pendidikan yang diperlukan.
Agama tidak lagi menjadi kendala untuk mengakses banyak peluang di negeri
ini," katanya.
Kaum Muslim tidak lagi
merasa malu. Mereka sekarang bisa berjalan dengan kepala tegak dan merasa
bangga dengan agama mereka. Islam telah menjadi sumber kehormatan dan
kebanggaan, bukan lagi ejekan. [] riza
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 146, Maret 2015
---