Dalam bulan Desember,
sering kali kaum Muslimin terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan orang non-Muslim,
Nasrani khususnya.
Yap, Natal dan Tahun
Baru Masehi. Dua momentum yang bisa jadi meriah perayaannya. Jelas bermasalah
jika justru kaum Muslimin ikut juga merayakannya.
Dari Ibn Umar ra.,
Rasulullah SAW semasa Beliau masih hidup pernah mewasiatkan kepada kita, umat
Muslim, ”Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan
mereka" (HR. Abu Dawud, Ahmad).
Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah, menjelaskan makna tasyabbuh
adalah segala yang menunjukkan upaya manusia untuk menyerupakan dirinya dengan
sesuatu yang diinginkan dirinya serupa dengannya dalam hal tingkah laku,
pakaian, atau sifat-sifatnya.
Al-Imam Muhammad bin
'Amir ash-Shan'ani rahimahullah
menjelaskan, "Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan, siapapun yang
menyerupai (tasyabbuh) orang kafir, pada
segala sesuatu yang menjadi kekhususan mereka, baik pakaian, kendaraan, maupun
penampilan, dia termasuk golongan mereka.”
Maksud dari tasyabbuh
yang dilarang dalam hadits di atas adalah menyerupai orang-orang non-Muslim
dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam akidah, peribadatan, kebudayaan,
atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (khas ajaran agama kufur
mereka).
Contoh aktivitas
tasyabbuh di era kekinian sudah sangat banyak dan berbagai macam jenisnya. Yang
populer di akhir tahun adalah Natal dan tahun baruan. Perayaan Tahun Baru
Masehi, merupakan budaya yang masih terkait dengan ritual umat Nasrani, karena
tahun Masehi dihitung berdasarkan tahun kelahiran tuhan mereka yaitu Yesus.
Sama seperti halnya
merayakan Valentine Days, berpakaian ala Sinterklas (meski hanya topinya saja),
mengucap selamat natal, doa bersama di gereja dan lain-lain sejenisnya.
Parahnya hal-hal demikian kini seolah menjadi hal yang biasa, bagi sebagian
Umat Muslim. Dengan alasan tuntutan pekerjaan, berbuat baik kepada teman yang
berbeda agama, hingga alasan toleransi antar umat beragama. Aduh... toleransi sih ya toleransi, tapi juga tidak sebegitunya juga keles.
Toleransi tidaklah
mengikuti atau mengamini ritual-ritual perayaan orang-orang non-Muslim. Kita
sebagai umat Muslim pun bisa memberikan bentuk-bentuk toleransi lainnya. Karena
arti toleransi yang dimaksud Allah dan Rasul-Nya, cukup hanya membiarkan penganutnya
laksanakan ibadahnya pada tempatnya, bukan malah ikut dan larut dalam keyakinan
dan ibadah mereka.
Sahabat, standar
perbuatan baik dan buruk seorang Muslim adalah sesuai dengan Allah dan
Rasul-Nya. Ini sudah baku, bila kita mengaku umat Rasulullah SAW. Islam yang hanif (lurus) ini memiliki semua aturan
kehidupan. Kita akan menjadi insan yang mulia ketika menggenggamnya, dan hina
ketika tak menggunakan Islam dalam kehidupan kita. Berbuat baik kepada
non-Muslim tak boleh dengan menodai akidah kita. Toleransi itu sederhana
”bagimu agamamu, bagiku agamaku” (TQS. Al-Kaafiruun [119]: 6).
Banyak cara, banyak
waktu kita bisa bermasyarakat di luar momentum perayaan mereka.
Lalu apa yang harus
kita lakukan? Perbanyak ilmu Islam, datangi majelis-majelis ilmu, baik taklim
dan lebih-lebih halqah intensif mingguan ^_^. Agar Sahabat semakin paham arti
tasyabbuh, dan terhindar dari kemaksiatan yang dilestarikan di ujung tahun. #YukNgaji!
KH
Shoffar Mawardi, Pengasuh Ma'had Daarul Muwahhid Srengseng, Jakarta Barat:
Negara Sangat Sekuler
Rencana Presiden
Jokowi menghadiri Perayaan Natal di Papua semakin menegaskan bahwa negara ini
sangat sekuler dan peran agama Islam dalam menuntun perilaku para pemimpin dan
rakyat yang memeluknya semakin ditiadakan. Walaupun presiden, tetapi Pak Jokowi
adalah seorang Muslim yang semestinya tidak melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan syariat Islam.
Para pemimpin Muslim
yang mengikuti Perayaan Natal, akan terancam Dosa Muta’addi, yaitu tambahan
dosa yang jumlahnya akan berlipat ganda sesuai dengan jumlah umat Islam yang
terpengaruh untuk mencontoh tindakannya ikut merayakan Natal yang berarti ikut
merayakan Hari Kelahiran Tuhan Yesus menurut kepercayaan Kaum Nasrani.
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 141 Desember 2014 – Januari 2015
---