Akan
Bangun Masjid, Muslim Bitung Dihadiahi Kepala Babi
Kaum Muslim Bitung
dapat ujian saat Ramadhan. Mereka diteror oleh sekelomok orang yang menolak
rencana pembangunan masjid di Perumahan Girian Permai, Kelurahan Girian Permai,
Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (11/7/2015). Wakil Ketua MUI Sulawesi Utara, Taufik
Pasiak membenarkan peristiwa itu. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan Media
Umat, para peneror ini meletakkan kepala babi tepat di atas patok arah kiblat
yang sudah diukur. Tak hanya itu, mereka juga meletakkan buraian usus babi itu
di sekitarnya. Akibatnya, bau busuk menyengat menyebar ke sana ke mari.
Sumber Media Umat di
Bitung menjelaskan, teror itu dilakukan oleh sekelompok orang dengan
mengatasnamakan organisasi adat Minahasa. Dalam media sosial yang menyebar,
mereka melarang pembangunan masjid di bumi Minahasa. ”Ini yang sedang kita cari
sumbernya," kata sumber tersebut.
Secara prosedural,
menurut Kepala Kantor Kementerian Agama Bitung Ulyas Thaha, kaum Muslim telah
memenuhi prosedur seperti ditetapkan oleh aturan negara yakni Surat Keputusan
Bersama (SKB) dua menteri tentang pendirian tempat ibadah. Kaum Muslim di Girian
Indah telah memenuhi persyaratan yakni ada 90 pengguna dan didukung oleh 60
orang dari masyarakat setempat. Mereka pun telah mengantongi rekomendasi dari
Kementerian Agama setempat. "Secara administrasi, mereka sudah memenuhi
syarat sehingga kita keluarkan surat rekomendasi," kata Ulyas kepada Media
Umat.
Meski telah
mengantongi surat rekomendasi dari Kemenag, ternyata rekomendasi berikutnya
yang diharapkan dari lurah tidak keluar-keluar. Inilah yang kemudian mendorong
kaum Muslim mendesak kepada lurah agar mengeluarkan rekomendasi. Mereka
mempertanyakan mengapa rekomendasi tidak keluar padahal semua syarat dipenuhi.
Sambil menunggu
rekomendasi lurah keluar, kaum Muslim di Girian Permai melakukan kerja bakti
membersihkan lokasi masjid. Pada saat itu, kata sumber Media Umat, datanglah
sekelompok orang yang menghalang-halangi kegiatan tersebut dengan dalih bahwa
rekomendasi belum keluar. Kaum Muslim masih menahan diri.
Namun, rekomendasi
yang diharapkan dari lurah tak keluar juga. Sambil menunggu proses berjalan,
panitia berinisiatif ke kantor Kemenag untuk minta diukurkan arah kiblat.
Permintaan ini dipenuhi oleh Kemenag. Maka diukurlah arah kiblat dan kemudian
diberi patok.
Rupanya kelompok ini
tak terima. Mereka yang tidak setuju ini melihat bahwa panitia telah melakukan
pembangunan. Selang beberapa hari, tak disangka mereka mematok kepala babi di
tempat patok arah kiblat dan menyebarkan usus babi di situ sehingga menimbulkan
bau busuk.
Pagi harinya kepala
babi dan usus ini ditemukan oleh jamaah. Jelas ini menyulut kemarahan kaum
Muslim setempat. Ini penghinaan luar biasa. Mereka kemudian melaporkan kasus
ini ke kepolisian. Mereka menuntut polisi bertindak. Bersamaan dengan itu
tokoh-tokoh Muslim menenangkan massa dan berhasil.
Diserang
Sementara perisitiwa
ini sedang diusut dan belum tuntas, tiba-tiba kaum Muslim Bitung dikejutkan
dengan serangan dari sekelompok orang saat mereka takbir keliling. Mereka
dilempari batu/kerikil.
Para pelempar pun
dikejar dan dikepung. Mereka lari. Namun kaum Muslim berhasil menahan tiga
orang. Di media sosial menyebar informasi bahwa mereka yang ditangkap itu
meninggal. Padahal tidak.
Esok harinya, polisi
justru menangkap kaum Muslim yang menahan para teroris tersebut. Ini
menimbulkan kemarahan kaum Muslim Bitung. Muncul spekulasi, polisi tidak
profesional dan diskriminatif. Maka di hari kedua Idul Fitri, massa kaum Muslim
mendatangi kepolisian.
Mereka menuntut
pembebasan rekan mereka. Mereka pun melaporkan kasus ini ke Polda Sulut dan
Gubernur Sulut.
Atas laporan itu,
pertemuan dilangsungkan atas inisiatif Polda, Selasa (21/7/2015). Pada saat
pertemuan dilaksanakan, dalam waktu bersamaan organisasi adat Minahasa
mengadakan konvoi di Bitung. Kembali terjadi kejar-kejaran. Muslim kembali
melapor ke polisi. Namun jawaban polisi, mereka yang konvoi itu bukan orang
Bitung. "Lho tahu bukan orang Bitung, kenapa dibiarkan?” kata sumber
tersebut.
Dalam pertemuan
tersebut, kaum Muslim menuntut kepolisian bertindak tegas dengan menindak
siapapun yang menimbulkan kekacauan dan provokasi. Provinsi berjanji akan
memfasilitasi.
Kaum
Muslim di Girian Indah sudah bertekad akan membangun masjid karena itu adalah
kebutuhan. Di Bitung sendiri, secara statistik kaum Muslim tercatat ada 36
persen. Padahal, menurut sumber, jumlah secara de facto di atas
40 persen. []abi nabhan
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 155
---