Masyarakat Muslim
Australia marah. Ini gara-gara PM Australia Tony Abbott mengecam Mufti Besar
Australia Syeikh Abu Muhammad.
Perkaranya, Mufti
Besar Australia menentang upaya ngotot
Abbott untuk melarang kegiatan atau sesuatu yang berkaitan dengan Hizbut
Tahrir. Menurut pemimpin Muslim Australia ini, sikap itu akan menjadi
”kesalahan politik” karena telah melarang dan mengecam suatu kelompok seperti
Hizbut Tahrir.
Kemarahan Muslim
Australia ini tertuang dalam pernyataan Muslim Australia yang ditandatangani 64
organisasi dan 42 pemimpin agama, Selasa (24/2/2015). Puluhan tokoh masyarakat
Musilim menuduh Tony Abbott telah menilai dengan salah tokoh Islam paling senior
di negara itu.
Pernyataan ini juga
menyesalkan dan dan mengutuk penargetan publik terhadap Muslim melalui hukum
keji “anti teror yang dirancang Australia saat ini. Undang-undang (UU) yang
disahkan pada 2014 itu telah digunakan untuk membenarkan serangan oportunistik
terhadap rumah ibadah Muslim.
Masjid merupakan
tempat ibadah umat Muslim yang dibuat bebas dari kejahatan di dalamnya. Namun,
berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini terhadap tempat ibadah Muslim
itu telah menciptakan situasi yang berbahaya dan menyedihkan terhadap Muslim,
terutama perempuan dan anak-anak.
Sebelumnya, Abbott
menqkritik dan berupaya membungkam individu dan organisasi yang sebenarnya
tidak ada masalah dalam kebijakan yang dilakukan mereka.
Pernyataan ini juga
mengecam sikap ngotot Abbott untuk
melarang Hizbut Tahrir. ”Kami sangat menentang ancaman politik Perdana Menteri
Abbott yang ingin mengatasi dan menindak kelompok-kelompok Islam seperti Hizbut
Tahrir. Padahal Hizbut Tahrir sangat mengingkari dan tidak pernah mendukung
aksi teroris. Mereka hanya mengkritik kejahatan dan sikap Abbott terhadap
Muslim dalam negeri dan luar negeri,” kata pernyataan itu.
Kambing
Hitam
Menanggapi sikap ngotot Tony Abbott, Hizbut Tahrir Australia
menyatakan Abbott sedang mengambinghitamkan Islam dan kaum Muslim atas
kekerasan yang dilakukan Barat. Dalam pernyataan persnya Selasa (24/2/2015),
Hizbut Tahrir menyoal sikap negara Barat termasuk Australia yang seolah-olah
sedang menjadi korban.
Sementera itu kaum
Muslimin diposisikan sebagai pelaku terorisme. Padahal negara-negara Baratlah
yang menjadi pelaku utama penjajahan di dunia. Barat sebagai negara agresorlah
yang justru harus bertanggung jawab terhadap berbagai konflik di dunia yang telah
membunuh jutaan umat Islam.
Apalagi Barat kemudian
menggunakan isu perang melawan terorisme yang dipersonifikasikan dengan ISIS
untuk membenarkan intervensi mereka di dunia Islam. Perang melawan ISIS
kemudian dijadikan legitimasi untuk membangun aliansi yang melibatkan
penguasa-penguasa regional di negeri Islam yang brutal. Atas nama perang
melawan teroris, perang melawan ISIS, Amerika Serikat berikut sekutu-sekutu
global maupun regionalnya menyerang negeri Islam.
Hizbut Tahrir juga
mempertanyakan kenapa dalam pernyaataan keamanan nasional yang disampaikan Tony
Abbott langsung menargetkan Islam dan umat Islam. Semua contoh dari penuntutan,
insiden-insiden dan kelompok-kelompok yang digunakan dalam Pernyataan Keamanan
Nasional adalah umat Islam. Tindakan kekerasan yang dilakukan non-Muslim
seperti kasus Pullenvale, tidak disinggung sebagai tindak kekerasan.
Tidak disebutkan para
"pengkhotbah penuh kebencian” seperti yang dilalukan Australian Defence
League (Liga Pertahanan Australia) sebagai kebencian. Padahal jelas-jelas
mereka di depan publik menyerang orang-orang asing terutama Muslim. Kenapa
hanya Islam yang disebut sebagai ideologi ekstrim, bagaimana dengan ideologi
Zionis Yahudi? Kenapa pula yang disinggung sebagai pejuang asing yang berbahaya
hanya umat Islam yang berjihad ke Suriah. Bagaimana dengan para pejuang asing
yang melakukan perjalanan untuk melatih dan berperang bersama tentera Yahudi
(IDF).
Tudingan menyebar
kebencian dan perselisihan pun dibantah Hizbut Tahrir. Sebab, yang dilakukan
Hizbut Tahrir adalah mengecam kekejian Barat dalam politik luar negerinya
terhadap umat lslam. Justru mereka yang berada di institusi politik dan
medialah yang terus-menerus menjelek-jelekkan Islam dan kaum Muslim. Mereka
juga terlibat dalam politik murahan yang diselimuti ketakutan denqan
menyebarkan perselisihan dan perpecahan.
Kenapa perang yang
dipimpin oleh Barat dengan menyerang dan menduduki negeri-negeri Islam tidak
dikatakan sebagai penyebab kebencian? Kenapa pula tindakan penjajah Yahudi di
Palestina yang membantai umat Islam, menghancurkan rumah-rumah pemukiman, rumah
sakit, dan sekolah-sekolah, yang membuat rakyat Palestina menderita, tidak
disebut sebagai penyebab konflik dan kebencian? Demikian pula, mereka yang
menghina Rasulullah SAW atas nama kebebasan tidak dikatakan sebagai penyebab
kebencian?
Terakhir, Hizbut
Tahrir Australia menegaskan, bukan Islam yang perlu direformasi. Kapitalisme
yang menjadi dasar dari ideologi penjajahan Baratlah yang harus dikritik dan
diganti. Islam dalam sejarahnya terbukti mampu membangun masyarakat yang
beragam hidup bersama secara damai ribuan tahun di bawah naungan khilafah.
Islam juga tidak mengenal kelompok terpinggirkan atau minoritas yang ditindas,
sebab semuanya adalah warga negara Daulah Khilafah yang wajib dilindungi oleh
negara, dijamin keamanan dan kesejahteraannya. Situasi yang sangat kontras
dengan kondisi dunia saat ini ketika dipimpin oleh ideologi kapitalisme. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 146, Maret 2015
---