Terpilihnya Donald
Trump sebagai Presiden Amerika memunculkan banyak reaksi di dunia termasuk umat
Islam. Banyak yang melihat Amerika sekarang berbeda dengan sebelumnya, hanya
dengan melihat sosok kontroversi Trump. Benarkah demikian? Untuk mengaji hal itu
wartawan Media Umat Riza Aulia mewawancarai aktivis Hizbut Tahrir Eropa, Okay
Pala, yang datang ke Jakarta di tengah-tengah acara Konferensi Perempuan
Internasional pada Sabtu (11/5).
Bagaimana
pengaruh kebijakan Trump terhadap dunia Islam?
Jangan kita merasa
terjebak dengan kepribadian Trump, (yang kontroversial) tapi kita harus melihat
bahwa kebijakan Amerika tidak berubah dengan bergantinya presiden, mungkin ada
perubahan di dalam negeri tapi dalam kebijakan luar negeri, Amerika tetaplah
bermusuhan terhadap dunia Islam, yang berbeda hanya perubahan wajah dan
tingkatannya. Bush melakukan perang secara langsung, tapi akibatnya terjadi
krisis ekonomi yang tidak bisa dia menangkan, tidak mendapatkan cukup dukungan.
Ketika Obama terpilih, dia melakukan hal yang sama. Dia menggunakan drone untuk membunuh banyak Muslim.
Bagaimana
dengan Trump sekarang?
Sekarang Trump juga
melakukan hal yang sama, tapi pendekatannya berbeda. Contohnya dengan Turki,
terjadi pendekatan secara halus. AS membiarkan Turki tumbuh dengan Islam
liberal, tapi mereka membatasinya. Mereka khawatir, kalau tidak dibatasi dunia
Islam akan menuntut khilafah. Kita lihat dunia Islam saat ini memiliki
kecenderungan kepada Islam yang sangat kuat. Mereka sadar, saat mereka
memerangi dan membunuh umat Islam, akan banyak lagi yang menggantikannya. Jadi
taktiknya adalah dengan memberi jalan kepada Islam liberal. Trump hanya
melanjutkan apa yang dilakukan Obama.
Meskipun
terjadi krisis kapitalisme yang memperlemah Barat tapi kenapa tetap tidak mudah
untuk mempromosikan ide-ide Islam dan ide-ide khilafah?
Apakah dunia Barat
kuat maupun lemah, tetap saja sulit untuk menyebarkan ide-ide Islam karena kita
melihat bahwa para penguasa di dunia Islam didukung oleh Barat. Karena itulah
terjadi revolusi karena mereka adalah para diktator, jadi seruan untuk Islam akan
dihentikan. Walaupun kita melakukan yang terbaik, tapi banyak yang berakhir
dengan penjara. Pada semua tingkatan, seruan kita berusaha dihentikan. Memang
kita bisa memanfaatkan kelemahan kapitalisme ini, tapi umat yang jumlahnya
sangat besar ini memiliki banyak masalah yang berat, karenanya kita perlu
banyak waktu dan tenaga dan karena itulah terdapat kevakuman ideologi di Barat
dan dunia.
Lantas
masalahnya apa?
Sebenarnya kerusakan
kapitalisme sudah sangat nyata, lihatlah apa yang dilakukan Barat dengan
demokrasi, lihat apa yang terjadi dengan Mursi. Walaupun dia menang lewat
demokrasi tapi Amerika tetap saja mendukung rezim militer. Kita lihat
penyakit-penyakit kerusakan akhlak dan kemaksiatan yang datang dari dunia Barat
yang sekuler. Sebenarnya umat melihat hal ini tapi masalahnya adalah
alternatif. Kita melakukan hal yang terbaik untuk memunculkan alternatif itu
dan itulah perjuangan kita.
Jika
demikian, apa yang harus kita lakukan?
Ini
adalah pertanyaan yang paling umum ditanyakan di dunia Muslim. Yang paling
penting adalah bahwa pertanyaan membutuhkan jawaban yang benar. Yakni perubahan
ini harus terjadi dengan metode yang khas. Jika tidak, maka perubahan yang
hakiki tidak terjadi, meskipun kita mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga,
namun pada hal yang salah. Dalam banyak revolusi, kita melihat darah kaum
Muslim yang tumpah. Karenanya perubahan hanya akan terjadi dengan tegaknya
khilafah, pemerintahan Islam yang telah digariskan oleh Allah SWT. Untuk
meraihnya harus seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yakni perubahan
yang menyeluruh (inqilabiyah) dengan cara thalabun nusrah,
mendapatkan dukungan nyata dari pemilik kekuasaan (seperti militer). Dengan
cara itulah perubahan yang hakiki akan terwujud. []riza aulia
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 193
---