Buat
Resolusi Takwa, Bukan Sekadar Profit!
Oleh: Risky Irawan,
Ketua Lajnah Khusus Pengusaha HTI Kota Bogor, Praktisi Bisnis Syariah
Pengusaha-pengusaha
Muslim saat ini dalam kondisi yang terpuruk. Bagaimanapun tidak, negeri-negeri
Islam sekarang berada pada keadaan politik yang semakin terperosok bahkan bisa
dikatakan paling buruk, karena pada hakikatnya mereka masih dijajah dan bahkan
dikuasai oleh negara-negara kapitalis. Mereka tunduk di bawah kepemimpinan
berpikir demokrasi kapitalis. Memang betul adanya para penjajah tidak lagi
bercokol di negeri-negeri Islam, tetapi secara de
facto, mereka masih mengeksploitasi negeri-negeri Muslim.
Jujur saja, betapa
sulitnya Anda berkompetisi dengan kekuatan ekonomi asing dan aseng bukan?
Terlebih kaum Muslim sendiri masih banyak yang berkompetisi di saat kita semua
perlu berkolaborasi. Bagaimana dengan tekanan dari internal pemimpin negeri
ini? Pengusaha semakin diberatkan dengan pajak yang mencekik. Padahal sama-sama
kita ketahui dalam Islam, pajak bukanlah sumber utama pembangunan. Anda sebagai
pengusaha dituntut untuk menyejahterakan karyawan, tapi pemerintah sendiri
seolah-olah malah lari dari kewajibannya memberikan pelayanan kesehatan bagi
seluruh rakyatnya dengan memberikan wewenang penuh kepada pihak swasta untuk
membisniskan jaminan kesehatan baik bagi si kaya maupun si miskin.
Bagaimana dalam
melakukan perizinan? Apakah sudah betul-betul menjaga para pejabatnya dari
praktek riswah (suap-menyuap)?
Bagaimana dengan
praktek perbankan yang masih didominasi oleh riba? Alih-alih ingin membantu
para pebisnis UMKM dari keterbatasan modal, malah menjebaknya dalam lubang dosa
yang amat sangat pedih.
Kita semakin dipaksa
didekatkan dengan kubangan dosa, dan dijauhkan dari Islam.
Dengan beberapa fakta
diatas apa yang bisa kita lakukan? Diam saja dari pola yang terstruktur ini?
Memang sih ada yang bertahan, tapi sampai berapa lama? Mari kita berjuang bukan
hanya untuk omzet Anda saja, bukan hanya untuk laba dan popularitas bisnis Anda
saja. Tapi pengusaha Muslim sejati harus bisa lebih dari itu. Bagaimana kita
betul-betul bisa mengontribusikan diri berada di jalan Allah dengan segenap
kemampuan yang ada. Bukan dengan apa yang Anda bisa lakukan, tapi lakukan
dengan segenap kekuatan Anda. Lakukan dengan penuh ketakwaan, ikut
berkontribusi aktif memperjuangkan Islam, memperjuangkan agama Allah. Sudah
sepatutnyalah kita kembali kepada rules
Allah. Menjalankan bisnis yang berporos pada ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa
dalam arti yang sebenar-benarnya.
Bagaimana
pengusaha yang bertaqwa itu?
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, sebagaimana dikutip Imam
as-Suyuthi dalam Ad-Durr al-Mantsur,
berkata, ”Takwa kepada Allah itu bukanlah berpuasa pada siang hari, shalat pada
malam hari dan memadukan keduanya. Namun, takwa kepada Allah itu adalah
meninggalkan apa saja yang telah Allah haramkan dan menunaikan apa saja yang
telah Allah wajibkan."
Ibnu al-Qayyim
al-Jauziyyah rahimahullah dalam
kitabnya, Zad al-Muhajir ila Rabihi,
juga berkata, "Hakikat takwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan
mengharapkan ridha-Nya, baik atas perkara yang Allah perintahkan maupun Allah
larang.”
Orang yang bertakwa
juga tidak akan berani memakan harta dan melakukan transaksi riba. Orang yang
bertakwa tidak akan mau menghalalkan segala cara dalam melakukan aktivitas
hidupnya. Ia senantiasa menggunakan rules
dan menghadirkan Allah dalam setiap hembusan nafas. Ia akan menolak segala
sesuatu yang bertentangan denganlslam.
Orang yang bertakwa
juga tidak akan menolak Islam. Orang yang bertakwa pun tidak akan mempersempit
makna Islam sebagai agama yang mengatur urusan pribadi. Ia akan menggunakan
Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Ia berupaya mengamalkan
Islam sekuat tenaga.
Orang bertakwa pasti
menginginkan syariah diterapkan secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
Dan tentunya semua itu akan terjadi dalam naungan khilafah. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 188
---