Muslimpreneur,
Belum lama ini, dalam
sebuah diskusi terbatas yang dihadiri beberapa pengusaha, perbankan, dan
birokrat di sebuah padepokan wirausaha berbasis pertanian daerah Sukabumi
diulas kritis tentang revolusi mental. Semua adalah peserta aktif. Hampir semua
menyoal kritis istilah ini, dari mulai filosofinya, praktiknya hingga relasinya
dengan kondisi permasalahan negeri ini kekinian. Optimisme yang membuncah di
awal pemerintahan Jokowi-JK kini mulai pudar. Janji-janji manis yang pernah
terucap dulu kini mulai berubah pahit. Perubahan sikap mental yang dijanjikan
tak kunjung bertemu dengan kebijakan yang diambil dan sikap yang dipraktikkan.
Jauh panggang dari api. Perubahan yang terjadi hanya asesoris belaka. Faktanya,
rakyat tetap dan makin menderita. Akhirnya, muncullah istilah revolusi mental
jadi mental (dibaca meuntal). Hadeuh!
Forum kemudian diajak
untuk menyelami secara sederhana kondisi negeri ini untuk bisa mendudukkan
masalahnya, menjawab akar persoalannya hingga akhirnya bisa menyimpulkan solusi
yang sesungguhnya.
Muslimpreneur,
Sejak lama, negeri
kita memang terjerembab dalam kubangan kapitalisme dan imperialisme. Suka tidak
suka, nyatanya negeri kita dikategorikan dalam negeri yang berpotensi menjadi
negara gagal. Data lawas tahun 2012 menyebutkan, dari 178 negara yang dinilai,
semuanya penganut kapitalisme, Indonesia ada di urutan 60-an. Nomor satunya
adalah Finlandia dan peringkat akhirnya adalah Zimbabwe. Ada 10 sebab
kehancuran negeri ini, 5 sebab di antaranya dikontribusi oleh sikap mental
remaja yang bermasalah dan selebihnya oleh sikap mental golongan bukan remaja
alias orang tua. Sikap mental yang dimaksud lebih pada perilaku menyimpang
hingga pedoman tata nilai dan laku yang kabur! Ke-10 sebab ini satu dengan
lainnya saling menjalin, menguatkan dan merusakkan!
Mata yang kasat meski
minus akan sangat jelas melihat bahwa kerusakan yang kita alami sudah bukan
persoalan serial dan parsial. Melainkan sudah sistemik dan ideologis. Sistemik
karena satu dan lainnya saling berkaitan dan tak lagi bisa dipisahkan dengan mudah
mana pangkal mana ujung. Ideologis karena ini memang persoalan yang ditimbulkan
secara menerus dan eskalatif dari penerapan ideologi kapitalisme.
Kalau sudah begini, di
mana akar masalahnya? Jelas sudah ideologi kapitalisme itulah akarnya. Ideologi
yang bermuara dari sekulerisme, ideologi buatan manusia yang memisahkan agama
(Islam) dari kehidupan. Sudah lama kita meninggalkan agama yang mulia ini.
Islam hanya dihadirkan untuk mengurus perkara kelahiran, pernikahan dan
kematian. Islam disingkirkan ketika kita mengurus semua aspek kehidupan! Jika
ini akar masalahnya, maka apa solusi tuntasnya?
Jawabannya jelas hanya
satu, yakni buang kapitalisme sekulerisme dan gantikan dengan Islam. Jadi,
“revolusi mental" yang sesungguhnya adalah revolusi total, kembali
seutuhnya kepada Islam sebagai fitrah hidup kita. Kita mesti hijrah menuju
penerapan Islam seutuhnya dalam seluruh aspek kehidupan kita. Demokrasi
digantikan dengan sistem pemerintahan Islam. Kapitalisme digantikan dengan
sistem ekonomi Islam. Hedonisme individualisme digantikan dengan sistem sosial
dan tata pergaulan Islam. Materialisme digantikan dengan sistem pendidikan
Islam. Sinkretisme dan pluralisme dihapuskan. Ini semua ada dalam penerapan
syariat Islam seutuhnya dalam naungan Khilafah Islamiyyah! Ilnilah sesungguhnya
makna 'revolusi mental‘! '
Astaghfirullah
hal adziim... Allahumma sholli 'ala Muhammad...
Ya Allah Yang Maha
Rahmaan dan Rahiim, kembalikanlah kemuliaan Islam dan Umatnya melalui tegaknya
kembali khilafah atas manhaj kenabian sebagaimana yang telah Engkau janjikan
dan jadikan kami pengusaha Muslim orang-orang yang beramal ikhlas untuk menegakkannya...
kami rindu agar hidup kami kembali dipenuhi keberkahan yang Engkau turunkan
dari langit dan bumi...
Aamiin allahumma aamiin. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 163, Desember 2015
---