Empat belas abad yang
silam Kekaisaran Romawi dan Kerajaan Persia tak pernah membayangkan kedigdayaan
mereka akan diruntuhkan oleh sebuah kekuatan yang mereka remehkan. Kekuatan
yang berasal dari kumpulan kabilah marjinal, yang hidup di daerah tandus, pekerjaan
tertinggi hanya saudagar dan selebihnya penggembala kambing, dan mayoritasnya
tak bisa membaca dan menulis. Kelompok-kelompok itupun kerap bertikai antar
satu dengan yang lain.
Sedangkan kekuasaan
Kekaisaran Romawi dan Kisra masih dominan meski tak dipungkiri terus-menerus
mengalami kemerosotan. Namun baik Kisra maupun Kaisar Romawi tak memiliki
hasrat untuk memperluas kekuasaan mereka hingga ke kawasan Mekkah ataupun
Yatsrib dan sekitarnya. Toh kekaisaran Romawi sudah memiliki koloni di Yaman
dan berbagi wilayah dengan Kisra di wilayah Syams.
Satu-satunya yang
menarik perhatian dan ambisi Raja Abrahah, selaku penguasa koloni Romawi di
Syams, adalah Ka'bah yang setiap tahun dikunjungi berbagai kabilah. la begitu
bernafsu untuk mengalihkan perhatian bangsa Arab ke Yaman sampai kemudian
berambisi untuk menghancurkannya, meski kemudian Allah yang justru
memporak-porandakan pasukan Abrahah.
Gambaran bangsa Arab
di seputaran Mekkah dan Yatsrib dideskripsikan oleh Allah SWT sebagai
masyarakat yang hidup dalam tekanan alam yang keras sehingga kerap didera
ancaman kelaparan di segala musim, dan tak aman dari konflik antar kabilah.
Dalam surat al Quraiys dijelaskan keadaan mereka:
"Karena kebiasaan
orang orang Quraisy (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan
musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan." (TQS. Al Quraisy: 1-4)
Momentum
Perubahan
Berawal dari tahanuts Muhammad SAW di Gua Hira, titik awal
perubahan itu datang. Wahyu yang datang kepada pribadi yang mulia perlahan
mulai membalikkan keadaan. Akai sehat dan fitrah kemanusiaan masyarakat
dibangkitkan kembali. Perlawanan terhadap kekuasaan yang bertumpu pada
kejahiliyahan manusia mulai berjalan. Satu per satu tokoh-tokoh Quraisy melihat
bahwa risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah jalan yang akan
mengeluarkan bangsa Arab bahkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya.
"Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (TOS. 5: 16).
Namun titik pusat
dakwah dan peradaban baru itu bukanlah Mekkah. Allah SWT masih menguji lagi
keteguhan dan kesabaran kaum Muslimin untuk mencari nuqtah al-irtikaz yang
dijanjikan-Nya. Jelang tahun ke-13 dari kenabian Allah SWT memberikan jalan
pertemuan antara Rasulullah SAW dengan sejumlah pemuka Aus dan Khazraj yang
justru demikian bersemangat menyambut kedatangan dakwah Islam dan tentu saja
Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya pada tahun
ke-13 kenabian dimulailah babak baru dakwah Islam, bukan lagi sekadar melakukan
pergolakan pemikiran dan perjuangan politik melawan dominasi sistem jahiliyah
di Mekkah, tapi membangun peradaban dan menyebarkan risalah Islam dengan dakwah
dan jihad. Para sahabat yang menjadi aktor hijrah ini mendapatkan pujian besar
dari Allah SWT:
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (TQS. Al-Baqarah: 218)
Tak ada yang bisa
mengingkari bahwa berkembangnya peradaban Islam berasal dari Madinah, dan itu
diawali dengan hijrah. Maka tak salah bila dikatakan hijrah adalah momentum
perubahan yang menata ulang peradaban dunia. Karena semenjak itulah umat
manusia seperti mendapatkan kembali fitrah mereka sebagai manusia, yang telah
dirusak oleh berbagai peradaban Timur maupun Barat.
Saat para Kaisar dan
Kisra juga para raja di berbagai belahan dunia ditempatkan sebagai wakil Tuhan,
dan tak bisa diganggu gugat oleh siapapun, justru Islam datang mengajarkan
mereka bahwa Tuhan itu satu (ahad), dan tak ada tempat bergantung selain Allah
(ash-Shamad). Sehingga Islam menghilangkan penghambaan manusia kepada sesama
makhluk, dan memerintahkan mereka menghamba hanya kepada al Khaliq,
satu-satunya Dzat yang layak disembah.
Perubahan
ltu Pasti!
Hijrah sekaligus
menetapkan bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Ketika kaum Muslimin
mengazamkan diri mereka untuk berdiri tegak di atas agama Allah, dan menantang
apapun yang merintangi mereka, janji Allah akan terjadinya perubahan
benar-benar akan terjadi.
"Dialah yang
mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi."
(TQS. Al-Fath: 28).
Secara sunnatullah,
Allah SWT menjanjikan perubahan akan terjadi bagi siapapun yang berkehendak dan
berusaha melakukannya. Tak peduli apakah yang mereka inginkan perubahan menuju
kebenaran atau kebatilan. FirmanNya:
"Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum Sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri." (TOS. Ar Ra'du: 11)
Sejarah mencatat Rusia
berubah menjadi negara Sosialisme -Komunisme ketika Lenin mengobarkan Revolusi
Bolshevik yang mengakhiri masa kekuasaan para Tsar di Rusia. Sejarah juga
mencatat keruntuhan Sosialisme-Komunisme pada tahun 90an setelah Presiden Soviet
Mikhail Gorbachev mengumumkan Glasnost dan Perestroika.
Bila ideologi batil
saja mendapatkan kepastian perubahan, apatah lagi memperjuangkan Islam. Dakwah
Islam yang dikobarkan Rasulullah SAW dan para sahabat telah mendobrak kejumudan
bangsa-bangsa Arab. Budaya takhayul diganti dengan pola pikir aqliyyah berlandaskan
iman, budaya ekonomi ribawi diganti dengan ekonomi syariah, permusuhan antar
suku bangsa dihapuskan dengan ukhuwah Islamiyyah, dan pemegang supremasi hukum
adalah Allah SWT, bukan manusia. Para aparatur negara dan khalifah hanyalah
pelaksana hukum-hukum Allah.
Hijrah telah
menorehkan sejarah emas bagi umat, bahwa tak ada yang bisa menghentikan
perubahan ke arah Islam. Dan tak ada perubahan hakiki kecuali kepada Islam.
Kini, tongkat perubahan itu ada di tangan umat, apakah umat akan bertekad
melakukan perubahan itu ataukah berdiam diri selamanya berada dalam kejumudan
dan kerusakan umat manusia sekarang ini.
"Dan katakanlah:
'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.' Sesungguhnya yang batil
itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (TQS. Al-Isra: 81). []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 160, Oktober-Nopember 2015
---