Ada pernyataan MC pada acara pembukaan bahwa tidak berhijab (berkerudung) adalah bentuk keberagaman.
Alih-alih memberi
pembekalan untuk memantapkan akidah Islam, Perkemahan Rohis II yang
diselenggarakan pada 2-6 Mei 2016 malah dijadikan ajang untuk mendangkalkan
akidah para pengurus kerohanian Islam (Rohis) SMA/SMK se-Indonesia. Saat
pembukaan misalnya, anak-anak rohis disuruh menggunakan busana khas berbagai
agama yang telah disediakan. Ada yang mengenakan pakaian putih berkalung salib,
ada pula yang mengenakan baju biksu.
"Setahu saya yang
pakai kalung salib itu siswa Muslim karena ada teman saya yang bertanya
langsung ke siswa tersebut dan siswa tersebut menyatakan kalau dirinya
Muslim," ujar sumber Media Umat yang berada di lokasi kejadian.
Bentuk pendangkalan
akidah yang lainnya adalah pernyataan MC pada acara pembukaan bahwa tidak
berhijab (berkerudung) adalah bentuk keberagaman. "Makanya, dalam beberapa
tampilan hiburan terdapat siswl-siswi perempuan yang tidak berkerudung padahal
kegiatan Rohis,” ujar sumber tadi.
Dalam acara tersebut,
hadir pula pentolan liberal Abdul Moqsith Ghazali sebagai pembicara sarasehan.
Lebih kejinya lagi,
semua tindakan penyesatan itu disebut sebagai bentuk perwujudan dari
pengembangan "kepribadian Muslim yang damai dan toleran" serta ”Islam rahmatan lil 'alamin" seperti
tertuang dalam Piagam Cibubur 2016.
Piagam Cibubur ini
diucapkan oleh seluruh peserta Perkemahan Rohis melalui 12 (dua belas)
perwakilannya. Berikut penggalan naskah dua poin pertama dari lima poin Piagam
Cibubur:
“Demi kokohnya bangsa
Indonesia, kami Rohani Islam (Rohis) siswa SMA/SMK Indonesia dengan ini
berkomitmen untuk: (1) Menjadlkan Rohis sebagai wadah pembinaan yang
memanfaatkan seluruh ruang, kreasi seni, bakat, dan keterampilan dalam
mengembangkan kepribadian muslim yang damai dan toleran; (2) Mengantisipasl
masuknya paham-paham yang akan merusak citra Rohis sebagai pejuang Islam Rahmatan lil 'Alamin.”
Acara pun ditutup oleh
Direktur Pendidikan Agama Islam, Amin Haedari di lapangan utama Bumi Perkemahan
Cibubur, Jumat (6/5/2016) pagi.
Liberalisasi
Menurut Ketua Lajnah
Dakwah Sekolah (LDS) DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Dede Tisna, komitmen
yang dituangkan dalam Piagam Cibubur ini didasari pada pemikiran keberagaman
atau pluralisme.
"Islam mengakui
bahwa umat manusia ini memang plural, tetapi ide pluralisme yang mengakui semua
agama itu sama sehingga harus ada pencampuradukan dalam hal akidah, ini
bertentangan dengan firman Allah dalam QS Ali lmran 19,” bebernya.
Karena pemikiran yang
mendasari komitmen ini tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya, maka
poin-poin dari komitmen ini perlu dikritisi. "Apakah benar dalam rangka
menjadikan anak-anak Rohis ini sebagai generasi yang semakin bertakwa, atau
justru sebaliknya, semakin dikaburkan dari Islam rahmatan
lil ‘alamin yang sesungguhnya?” kritik Dede.
Ia pun mensinyalir apa
yang dibacakan sebagai komitmen oleh anak-anak Rohis dalam bentuk Piagam
Cibubur tersebut adalah komitmen yang telah disiapkan, bukan berasal dari
kesadaran anak-anak Rohis itu sendiri.
”Selama ini kita tahu
anak-anak Rohis adalah mereka yang taat dan komit terhadap ajaran agama islam,
bukan orang-orang yang mudah terbawa budaya yang tidak Islami. Maka menjadi hal
yang aneh ketika mereka tiba-tiba mau menyimulasikan diri dengan berpakaian
seperti pendeta,” ujarnya.
Karena, lanjut Dede,
anak anak Rohis sangat paham bahwa Islam lewat lisan Nabi Muhammad SAW telah
melarang umatnya melakukan tasyabuh.
Rasul SAW bersabda: Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian
dari mereka (HR Abu Dawud).
Jadi ini bukanlah
budaya yang ada pada anak-anak Rohis. ”Bisa jadi mereka yang melakukannya dalam
kondisi terpaksa karena mengikuti kehendak penyelenggara. Dan ini jelas upaya
pendangkalan akidah islam," tegasnya.
Dede juga menyinggung
kehadiran Abdul Moqsith Ghazali sebagai pembicara dalam acara Rohis tersebut.
”Kalau dia dihadirkan dalam saresehan kemping Rohis ini, maka semakin jelaslah
ada upaya liberalisasi pemikiran terhadap anak-anak Rohis yang hadir,"
ujarnya.
Karena, lanjut Dede,
semua tahu siapa dan bagaimana pemikiran Moqsith. ”Dia adalah tokoh liberal
yang giat menyuarakan liberalisasi Islam yang bertentangan dengan pemahaman
para ulama salafus shalih!" pungkasnya. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 174, Mei-Juni 2016
---