Oleh: Hafidz341, Tim
LDS DPP HTI, Pimpinan Redaksi Majalah Remaja Islam D’Rise
Udah umum kalo kita
selalu nyari comfort zone. Yaitu sebuah area di mana kita enjoy nikmatin hidup.
Setiap orang berhak menikmati comfort zone masing-masing tanpa pandang bulu.
Baik bulu mata, bulu hidung, bulu ketek atau bulu kaki. Lagian, ngapain juga sih
pake pandang-pandang bulu orang. Dibayar kagak, bete iya!
Untuk remaja, banyak
yang terlihat nyaman dengan berbagai kegiatan yang memanjakan kesenangan. Mulai
dari ngeband, dugem, hangout ke luar kota, touring, atau nonton konser musik.
Nggak ketinggalan acara belanja barang trendi plus memoles penampilan dengan
busana seksi nan aduhai. Meski kehidupan model gini berat diongkos dan bisa
merendahkan martabat, banyak yang rela maksain diri. Karena ini dunia gue!
Untuk mereka yang
tengah kasmaran, asyik aja berpetualang di rimba asmara. Gaul ama lawan jenis,
dibarengi aksi tebar pesona. Setelah sukses pdkt, dilanjutkan dengan tahap
penembakan untuk dapetin status jadian. Abis itu, baru jalan bareng dan saling
mengobral cinta. Padahal udah banyak buktinya kalo pacaran yang haram itu turut
melestarikan budaya seks bebas, aborsi, sampe prostitusi. Tapi tetep aja nggak
kapok-kapok meski sering putus-sambung atau pacarnya selingkuh dua lingkuh.
Karena ini cinta gue!
Kita sering mikir kalo
sekarang udah hidup enak, ngapain juga capek-capek mengubah kebiasaan. Cewek
yang udah nyaman ke mana mana pake baju full press body atau rok mini, bakal
mikir seribu kali kalo harus berbusana Muslim yang nutup aurat. Cowok yang biasa
Jelalatan ngeliat jidat licin, bakal kelimpungan kalo harus selalu nundukkin
pandangan. Inilah comfort zone syndrome yang bisa mengorbankan harga diri!
Hati-hati
dengan Zona Nyaman!
Suatu ketika seorang
ayah bertanya pada anaknya ketika mereka berhasil menangkap dua ekor katak yang
berkeliaran di kebun belakang rumahnya. "Jika kita masukkan salah satu
katak itu ke dalam baskom yang berisi air panas, kira-kira apa yang akan terjadi?"
"Saya yakin katak
itu akan sangat terkejut dan berusaha sekuat dirinya keluar dari air panas
tersebut," jawab anaknya. “Lantas bagaimana jika satunya lagi kita
masukkan dalam baskom yang berisi air kolam itu dan perlahan-lahan kita
panaskan air sampai mendidih?" sambung sang ayah. Sang anak terdiam
sejenak. Dia bingung menjawabnya.
“Awalnya, katak
tersebut akan merasa nyaman dalam baskom itu. Ketika ia mulai digigit rasa
panas dan menyadarinya, semua sudah terlambat. Ia sudah tidak cukup tenaga
untuk keluar dari baskom tersebut. Itulah yang akan terjadi pada kita jika
terlena dalam kenyamanan, sementara kenyamanan tidak selamanya mau bersahabat
dengan kita," ungkap sang ayah.
Kisah katak rebus di
atas nendang banget rasanya, eh hikmahnya. Orang yang sudah nyaman dengan
kehidupannya, sering kali alot untuk diajak berubah. "Tenang Belanda masih
jauh," gitu kata mereka. Pikirnya, musuh kita cuman kompeni aja kaya masa pendjadjahan
doeloe. Padahal hari gini gitu lho, udah nggak zamannya penjajahan fisik. Yang
ada serangan pemikiran dan budaya.
Musuh kita bukan lagi
tentara bersenjata lengkap yang tengah mengekang kalasnikov atau AK-47. Tapi
budaya sekuler dan pemikiran sesat yang dikemas dalam gaya hidup trendy yang
sangat dekat dengan keseharian kita. Mulai dari popularitas, kehidupan glamour,
workaholic, seks bebas, permisifisme, atau hedonisme yang gencar menggoda kita
lewat media massa. Sialnya, banyak dari kita yang kepincut terus menjadikannya
bagian dari comfort zone sehingga lupa dengan aturan hidup Islam.
Kehidupan dunia remaja
kian jauh dari nilai-nilai Islam. Dalam berbusana, mereka berlomba-lomba
mengumbar aurat. Dalam berperilaku, prinsipnya serba boleh asal nggak ganggu
orang lain. Dalam berpkir, yang penting tujuan tercapai pake cara apa aja. Dan
dalam urusan asmara, jorjoran mengobral cinta. Akibatnya cukup fatal. Remaja
tumbuh jadi generasi instant yang lemah mental dan ogah kerja keras. Budaya
seks bebas pun semakin beringas.
Ternyata, banyak
kesenangan dunia yang kita anggap comfort zone. Padahal kenyataannya, bisa
mengancam kehidupan kita sebagai Muslim. Gini jadinya kalo kita hidup dalam
aturan kapitalis sekuler yang menuntut orang untuk cinta dunia dan takut mati
alias lupa kehidupan akhirat.
Islam nggak melarang
kamu untuk mencari dan menikmati comfort zone. Tapi ingat, sebagai Muslim
kenyamanan hidup bukan semata diukur oleh rasa senang yang memanjakan diri.
Tapi juga ridho Allah yang jadi bekal untuk kehidupan akhirat nanti. Kalo
dua-duanya bisa kita rangkul, asyik banget tuh. Dan itu bisa kita dapatkan
dalam aktivitas dakwah.
Yap, berdakwah adalah
kewajiban yang Allah SWT bebankan pada setiap individu Muslim tanpa kecuali.
Karena itu, Allah SWT ngasih jaminan kepada para pengemban dakwah kalo mereka
bakal hidup aman dan nyaman dunia akhirat. Seperti ditegaskan dalam firman-Nya
(artinya): "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (TQS. Muhammad:
7). So. ayo ikut ngaji dan aktif berdakwah. Yuk!
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 153, Juni-Juli 2015
---