Oleh: Isti Shofiah,
SP.d., Aktivis Dakwah tinggal di Pasuruan
Media massa merupakan
sarana efektif yang mampu menjangkau massa dalam jumlah yang besar dan luas.
Media jelas memberikan pengaruh besar pada corak dan warna kehidupan politik
dan budaya masyarakat di manapun berada. Media massa memengaruhi semua kelas sosial
masyarakat tanpa memilah usia dan latar belakang. Lihatlah bagaimana media
diakses mulai dari anak-anak hingga kalangan lanjut usia.
Menurut McQuail (2000:
102) “media massa bertanggung jawab atau mempunyai peran besar terhadap apa
yang disebut kebudayaan massa atau budaya populer, dan dalam prosesnya media
massa telah 'menjajah' bentuk budaya lain”. Artinya media massa dapat mempengaruhi
gaya hidup seseorang bahkan budaya di dalam kehidupan masyarakat. Lihatlah gaya
hidup Barat yang mendunia seperti makanan (food),
hiburan (fun) dan busana (fashion). Tiga F tersebut dalam menjajakannya
tidak lepas dari peran media.
Media massa bukanlah
produk bebas nilai. Semua produk media pasti membawa nilai-nilai dan
mengajarkan gaya hidup tertentu. Karena itu media memiliki dua potensi di dalam
kehidupan. Yakni berpotensi untuk mengajak ke neraka dan ke surga.
Mengajak
ke Neraka
Anggota KPAI Maria
Ulfah mengatakan bahwa kekerasan pada anak dimulai dari internet (29/4/2015).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat selama 4 tahun terakhir
jumlah kekerasan kepada anak terus meningkat. Terakhir di 2014 ada 5.066 kasus.
Sebanyak 322 kasus kekerasan pada anak di tahun 2014 dipicu dari sosial media
dan internet.
Media di dalam sistem
kapitalisme ini hanya menjadi alat penjajahan budaya Barat atas budaya-budaya
lain, khususnya budaya di negeri-negeri Islam. Bagaimana tidak, film-film
produksi Barat (Amerika) sangat mendominasi pembentukan budaya global.
Kemudahan akses untuk menonton maupun mengunduh video-video tak pantas pun
meracuni bahkan merusak pemikiran masyarakat, khususnya anak-anak.
KPAI mencatat bahwa
kejahatan seksual lewat internet menjadi kategori kasus yang tinggi. Semisal
jumlah korban kejahatan seksual terus naik. Sampai tahun 2014 ada 53 anak yang
menjadi korban. Sementara anak pelaku kejahatan seksual online ada 42 anak, anak
korban pornografi dari media sosial ada 163 orang. Terakhir anak pelaku
kepemilikan media pornografi di video dan diunggah di media sosial ada 64 anak.
Media massa juga
merupakan hal yang utama dalam menciptakan opini publik demi terwujudnya
dukungan terhadap invasi yang mereka (asing) lakukan ataupun membendung opini
yang akan membangkitkan ideologi Islam yang mampu menggeser dominasi ideologi
mereka. Masih ingat di benak kita bagaimana pemberitaan bom Prancis beberapa
waktu lalu yang menjadi headline news
secara bersamaan di setiap media massa.
Namun lain halnya jika
itu terjadi pada kaum Muslim seperti di Palestina yang setiap hari ada ratusan
jiwa yang meninggal karena serangan zionis Israel. Tak semua media menayangkan
kdndisi yang terjadi pada saudara-saudara Muslim di sana. Begitulah media massa
kapitalis yang selalu memihak pada kepentingan asing tanpa peduli baik buruknya
pada kehidupan masyarakatnya.
Hal tersebut
menunjukkan lemahnya negara dalam mengatur media yang ada karena tidak
membatasi konten media secara tegas. Memang ada aturan seperti UU penyiaran
namun aturan yang ada bersifat lentur, mudah disiasati sehingga tulisan dan
tayangan yang merusak akidah, menyebarkan paham kebebasan, mengandung
pornografi dan kekerasan masih mendominasi.
Negara tidak mampu
melindungi masyarakat khususnya ibu dan generasi bahkan sebaliknya
menjerumuskan mereka dalam kehancuran akibat media yang meracuni pemikiran dan
menghasilkan prilaku merusak. Walhasil, media dalam konteks tersebut mengajak
manusia ke neraka.
Mengajak
ke Surga
Dalam pandangan Islam
media massa merupakan media komunikasi massal yang berfungsi dalam menciptakan
opini publik yang kemudian akan menjadi opini umum.
Media massa sesuai
perspektif Islam sangat diperlukan sebagai sarana menjelaskan semua tuntunan
hidup yang bersumber dari syariat, berupa nilai-nilai dan panduan bersikap
dalam semua aspek kehidupan serta dorongan berprilaku sesuai panduan tersebut.
Media massa juga mendorong peningkatan kualitas hidup melalui penggambaran yang
benar untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, betul-betul
menjadi media yang sehat dan mencerdaskan masyarakat.
Dalam kacamata Islam,
media massa memiliki peran strategis dalam mencegah kemungkaran serta mengajak
kemakrufan di tengah-tengah masyarakat. Media massa ada untuk mengajak
masyarakat untuk lebih ber-taqarrub dan
bertakwa kepada Allah SWT. Tentunya dalam mewujudkan media massa yang ramah
masyarakat khususnya ibu dan generasi serta mampu mengajak ke Surga-Nya
hanyalah dengan kembali pada lslam, menata media sesuai dengan Islam dan
menghadirkan kembali Khilafah Islamiyah. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 165, Januari 2016
---