Maraknya pencabulan,
pemerkosaan, sampai pembunuhan sangat mengkhawatirkan kita. Pelakunya pun
tak jarang masih berusia sangat muda. Seperti yang terjadi di Gowa Sulawesi
Selatan, lima orang siswa SD memperkosa temannya sendiri , akibat kecanduan nonton
film porno. Maraknya pula pencabulan yang dilakukan justru oleh ayah
sendiri yang seharusnya menjadi pelindung, atau oleh guru sendiri yang
seharusnya menjadi teladan.
“Militer selalu gagal
dalam usahanya memerangi praktik kekerasan dan pelecehan seksual,” ujar Odierno
seperti dilansir AFP, Jumat (17/5/2013).
“Inilah saatnya kita
memerangi kekerasan dan pelecehan seksual, dan menjadikannya misi utama kita,”
imbuhnya.
Pernyataan Odierno ini
muncul setelah seorang tentara AS terjerat kasus kejahatan seks terhadap
bawahannya. Padahal tentara ini bertugas pada program pencegahan pemerkosaan.
Kemudian pekan lalu, seorang perwira Angkatan Udara AS ditangkap atas tudingan
melecehkan seorang wanita.
berbagai tindakan
sadisme yang menjamur pada berbagai kota di Indonesia seperti pembunuhan
disertai mutilasi dan pemerkosaan yang berujung pada pembunuhan. Rentetan
peristiwa sadis yang menghiasi kehidupan di negeri ini menandakan masyarakat
sedang mengalami depresi sosial tingkat tinggi. Penyebabnya tidak sekedar
karena faktor psikologis atau kelemahan iman individu semata.
Namun, berakar pada
masalah sistemik karena terjadi secara massif, berulang-ulang dan merata di
berbagai daerah.
Peluang kejahatan itu
makin terbuka dengan begitu bebas dan intimnya pergaulan laki-laki perempuan.
Banyak wanita biasa bepergian di malam hari seorang diri. Banyak wanita tak
risih bepergian dengan laki-laki, termasuk yang baru dikenal. Kasus pemerkosaan
seorang siswi SMP oleh 10 orang pria di Jakarta pada awal April lalu berawal
dari janji pertemuan korban dengan seorang pria yang dikenalnya di jejaring
sosial. Kasus perkosaan yang berujung pembunuhan terhadap seorang siswi di
Sleman oleh sekelompok remaja, juga dengan skenario yang sama.
Banyak kasus
pemerkosaan terjadi karena korban masuk perangkap pelaku; diajak jalan atau
bertemu di suatu tempat untuk kemudian dicabuli. Semua itu sulit terjadi
seandainya kaum wanita menjaga diri untuk tidak bercampur baur atau bepergian
dengan laki-laki secara bebas.
penculikan,
penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan perempuan dan anak-anak di tangan rezim
Suriah yang begitu mengerikan dan sadis serta menyoroti situasi di kamp-kamp
pengungsian yang mengenaskan—tempat di mana perempuan dan anak-anak Suriah
berjuang keras untuk dapat bertahan hidup, hidup secara tidak manusiawi, dan
dalam kondisi yang memprihatinkan.
Hubungan pria dengan
wanita di rumah, di jalan dan di kantor didominasi oleh suatu pesan, bahwa
wanita adalah komoditas seksual. Dan sebagai akibatnya, kita melihat kenaikan
tingkat kejahatan seksual, pelecehan seksual, pemerkosaan, kurangnya komitmen
pria, ayah yang melarikan diri dari tanggung jawab, kehamilan remaja, yang
semuanya menjadi penyakit di masyarakat. Kebebasan pribadi mungkin telah
memberikan kebebasan bagi wanita bertelanjang, namun efek pahit yang datang
bersama dengan hal pemuliaan hak – yakni kebebasan bagi orang lain untuk
memperlakukan wanita sebagaimana mereka inginkan – suatu hal yang tidak mudah
ditelan begitu saja oleh seluruh dunia.
Cita-cita nasionalisme
selalu bertolak belakang dengan harapan. Paham ini bukannya membantu sebuah
negara menjadi lebih baik, tetapi justru menjadi penghancur. Itulah mengapa
seorang tokoh kemerdekaan, Soedewo, pernah mengatakan, “Nasionalisme bersemboyan
Right or Wrong my Country itulah yang
bertanggung jawab atas peperangan dan pemerkosaan hak secara kasar; atas
penjajahan dan exploitas bangsa lemah. Disebut terakhir ini dipaksakan ke dalam
perbudakan, diruntuhkan dan dipermalukan moralnya, demoralisasi.” (Ridwan
Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia).
Peristiwa pemerkosaan
anak yang dilakukan ayah kandung, kakak, paman, guru dan tetangga korban dipicu
oleh berbagai kondisi. Akibat mabuk, nonton video porno, istri yang tidak ingin
melayani suami, atau istri pergi jauh meninggalkan keluarga, dan kondisi rumah
yang tidak layak, adalah di antara pendorong bagi pelaku untuk melakukan
perilaku bejat ini. Di sisi lain rangsangan seksual di masyarakat kian
hari makin bertambah. Materi-materi pornografi dan pornoaksi baik film,
majalah dan media porno lainnya begitu mudah diperoleh. Begitu juga
dengan banyaknya perempuan termasuk anak-anak yang mengumbar aurat dan
sensualitas mereka dengan pakaian seronok seperti rok mini, baju ketat, celana
pendek, dan sebagainya. Tentu semua ini menimbulkan hasrat seksual pada mereka
yang lemah iman.
Di masyarakat sekular
dalam sistem demokrasi seperti saat ini, orang yang imannya lemah banyak
jumlahnya.
Baru-baru ini,
pemerkosaan merupakan fenomena paling menyedihkan dan mengerikan di India,
dimana korbannya adalah para gadis India, dan beberapa turis asing. Fenomena
itulah yang akhirnya memicu gelombang kemarahan di jalanan.
Dari berbagai
peristiwa itu yang paling menonjol adalah kasus perkosaan wanita di sebuah bus,
di kota New Delhi, India, dan akhirnya korban pun meninggal pada bulan Desember
lalu. Kemudian, diikuti oleh kasus pemerkosaan terhadap seorang turis Swiss, di
India, yang diculik saat ia berkeliling bersama dengan suaminya.
Statistik pemerintah
menunjukkan bahwa kasus pemerkosaan terjadi setiap 22 menit di India.
sekarang banyak dari
kasus-kasus pemerkosaan yang dilaporkan setiap hari di media India