Oleh: Fahmi Shadry,
Anggota DPP Lajnah Khusus Pengusaha HTI, Pebisnis di bidang Digital
Communication Technology
Muslimpreneur rahimakumullah, sebagai Muslim
sudah pasti kita selalu melaksanakan shalat Jum’at berjamaah di masjid. Kalau
kita perhatikan pada akhir khutbah, salah satu doa yang sering dipanjatkan
khatib adalah tahta liwa'i Sayyidina Muhammad
(berada di bawah Liwa Rasulullah SAW) kelak di hari penghisaban.
Al-Hafizh Ibnu Hajar
al-Asqalani di dalam Fathu al-Bari'
(VI/126) menyebutkan: Al-Liwa' adalah rayah; juga disebut 'alam (bendera). Bendera ini dipegang oleh panglima tentara dan
diemban di atas kepalanya. Ibnu Abbas ra. berkata: "Rayah Rasulullah berwarna hitam dan Liwa’ beliau berwarna putih; tertulis disitu La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah” (HR.
Abu Syaikh al-Asbahani dalam Akhlaq an-Nabiy wa
Adabuhuu). Kalimat tauhid inilah yang membedakan Islam dan kekufuran.
Panji ini akan
dikibarkan oleh Rasulullah SAW kelak pada hari kiamat sebagaimana sabdanya:
"Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan tidak ada kesombongan.
Di tanganku ada Liwa' al-Hamdi dan tidak
ada kesombongan. Tidak ada nabi pada hari itu, baik Adam dan lainnya kecuali di
bawah Liwa'-ku” (HR. at-Tirmidzi)
Liwa' dan Rayah
Rasul merupakan kemuliaan bagi para pemegangnya. Rasulullah SAW menyerahkan ar-Rayah dalam berbagai peperangan kepada
panglima pasukan. Ali bin Abi Thalib ra. mendapatkan kemuliaan dengan diserahi ar-Rayah oleh Rasulullah SAW untuk memimpin
pasukan ke Khaibar. Dalam perang Badar al-Kubra, Ali ra. juga menjadi pemegang ar-Rayah dan sangat berperan dalam perang
tersebut.
Rayah Rasulullah Saw. merupakan panji tauhid
dan menjadi lambang eksistensi kaum Muslimin dalam peperangan maupun di luar
peperangan. Para sahabat mempertahankan ar-Rayah
dengan taruhan nyawa. Dalam perang Uhud, Mus'ab bin Umair mempertahankan ar-Rayah hingga kedua lengannya putus ditebas
musuh, ia berusaha mempertahankan dengan menelungkupkan bendera itu di dada dan
lehernya hingga akhirnya syahid. Lalu ar-Rayah
itu dipegang oleh Abu ar-Rum hingga tiba di Madinah. Pada saat perang Mu' tah,
Rasulullah Saw. menyerahkan ar-Rayah
kepada Zaid bin Haritsah, dan beliau berusaha mempertahankannya hingga syahid,
lalu digantikan oleh Ja'far bin Abi Thalib hingga syahid, kemudian dipegang
oleh Abdullah bin Rawahah hingga syahid juga.
Para pengusaha Muslim
generasi awal berada di garis terdepan sebagai panglima pasukan pembela panji
Rasulullah. Rasulullah SAW memberikan panji kepada Abu Bakar Shiddiq ra. untuk
memimpin ekspedisi militer ke Bani Kalb di Nejd. Umar bin Khattab ra. memimpin
pasukan ke Turbah. Ali bin Abi Thalib ra. memimpin pasukan ke Khaibar, Fadak,
Thaiy. Abdurrahman bin Auf ra. memimpin ekspedisi militer ke Daumatul Jandal.
Zubair bin Awwam ra. menjadi pemegang panji Muhajirin pada saat fathu Makkah. Selain itu mereka juga tidak
segan-segan mengorbankan jiwa dan hartanya untuk membela lslam, sebagaimana
dilakukan oleh Utsman bin Affan yang sering menanggung biaya jihad, Thalhah bin
Ubaidillah yang dijuluki Rasulullah sebagai syahid yang hidup, Saad bin Muadz
yang kematiannya menggetarkan Arasy
Allah.
Mereka adalah
pengusaha yang tidak dilalaikan oleh perniagaan atau jual beli dari mengingat
Allah, mereka berusaha mengamalkan firman Allah dalam surat An-Nuur:
“Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat
Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut
kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang (37);
(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada
mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,
dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (38).
Rasulullah SAW
bersabda: ”Ketika Allah mengumpulkan manusia pertama hingga manusia terakhir
pada hari kiamat nanti, maka akan terdengar suara penyeru yang dapat didengar
oleh semua makhluk, ”Pada hari ini semua orang akan tahu, siapakah yang lebih
berhak mendapatkan kemuliaan, yaitu hendaklah berdiri orang-orang yang tidak
dilalaikan oleh perdagangan dan tidak pula oleh jual-beli karena mengingat
Allah”. Maka hanyalah segelintir dari mereka yang berdiri, kemudian setelah itu
akan dihisab semua makhluk" (HR. an-Nasa'i dan Ibnu Abi Hatim)
Semoga kita berada di
bawah Liwa' al-Hamdi Rasulullah Saw.
pada hari kiamat kelak dengan tetap istiqamah berjuang jiwa raga dan hartanya
demi tegaknya Islam dan berkibarnya Liwa'
dan Rayah di muka bumi dalam naungan
khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Aamiin.[]
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 196
---
SMS/WA Berlangganan
Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759