Oleh: Luky B Rouf,
Lajnah Dakwah Sekolah – DPP HTI
Munculnya pembela
Islam yang kumatan tak Iain dan tak bukan karena masih bercokolnya virus
sekulerisme di tubuh kaum Muslimin, baik individu maupun masyarakat.
Sekulerisme itu cara memandang kehidupan dan masalahnya dengan cara pandang
separoh agama (Islam), dan separohnya nggak pake agama.
Hal ini sangat kentara
di kehidupan kita sehari-hari. Contoh yang sering kita bisa lihat dampaknya
adalah menjadikan aturan, syariah, hukum Islam ini macam makanan prasmanan.
Diambil yang senang, suka dan yang enak-enak doang, sesuai selera. Ketika berbicara
tentang hukum shalat, haji, puasa, iya ayo aja dijalanin. Tapi giliran bicara
hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina, sering dibilangnya itu
Islam aliran keras, fundamental dan sebagainya.
Selanjutnya, berawal
dari sekulerisme juga kemudian cap teroris atau radikal diaminkan oleh
(sebagian) masyarakat. Dan bagi yang menjadi pembela Islam sejati, seharusnya
tak gentar dengan stempel-stempel seperti itu. Karena memang sejatinya Islam
nggak bakal bisa disatuin dengan yang bukan Islam. Islam itu jelas, kalo
diibaratkan warna, Islam itu putih, bukan abu-abu. Sehingga Islam mau
dicampuradukkan dalam wadah sekulerisme, nggak bakal bisa nyampur. Islam yang
haq nggak bisa dicampurkan dengan yang sekulerisme yang batil.
“Katakanlah
(Muhammad), ”Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
keburukan itu menarik hatimu.” (TQS. Al-Ma'idah: 100).
“Demi langit yang
mengandung hujan; demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya
Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan (antara yang haq dan yang
batil). Sekali-kali ia bukanlah gurauan. (TQS. ath-Thar'iq: 12-14).
Maka bagi para pembela
Islam sejati, harus teguh, kokoh memegang prinsip Islam. Kalo soal stempel
radikal, fuhdamental, teroris, ekstrimis, maka ingatlah dulu dakwah Rasulullah
SAW di Mekah juga pernah mendapat julukan kayak gitu. Dulu orang-orang Quraisy
kumpul di Darun Nadwah untuk menamai Muhammad SAW sebagai 'gila', 'dukun',
'pesihir', tapi secara akal dan fakta itu salah, bahkan orang-orang musyirikin
Mekah terpecah memahami pelabelan itu.
Hari ini, orang-orang
Barat dan pengekornya menamai Islam sebagai 'Islam radikal', 'Islam garis
keras', 'Islam fundamental; dan secara nalar dan riil di lapangan stempel itu
hanya untuk jualan ide dan dolar saja.
“Mereka berkehendak
memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru)
menyempurnakan cahaya-Nya, Walau orang-orang kafir membencinya” (QS. At-Taubah:
32).
Yuk istiqamah menjadi
pembela Islam sejati. Jangan luntur perjuangan dan pembelaan kita hanya karena
stempel nggak jelas kayak gitu. Ingatlah, stempel kayak gitu datangnya dari
musuh-musuh Islam, orang-orang kafir. Saudara kita kaum Muslimin, tidak salah
sepenuhnya, mereka hanya terbawa arus atau karena di benak mereka terjangkiti
virus sekulerisme. Musuh kita yang sejati bukan kaum Muslimin. Jika kita mau
berhadap-hadapan maka yang pantas jadi musuh adalah orang-orang yang memusuhi
dakwah Islam. Layaknya seperti orang-orang musyrikin di Mekah, dan atau kaum
kafirin di Madinah, di masa dakwah Rasulullah SAW.
Sehingga jika ingin
melihat profil para pembela Islam yang sejati, bukan pembela Islam yang kumatan
bacalah profil para sahabat Nabi SAW. Perikehidupan mereka bisa kita jadikan
teladan, dan mereka itu dihasilkan dari gemblengan ruhiyah, jasadiyah, fikriyah
dari pembinaan bersama Rasulullah SAW. Maka jangan pernah tinggalkan
majelis-majelis ilmu, seperti yang sudah disebutkan di tulsan ini bagian
pertama. Jangan remehkan forum-forum kecil halaqah, justru dari situlah
singa-singa podium mengaung, menyerukan dakwah Islam. Dari forum tersebut juga
macan-macan padang pasir menggelora semangatnya untuk berjihad fi sabilillah. Allahu
Akbar! []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 196
---
SMS/WA Berlangganan
Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759