Menteri Agama Lukman
Hakim kembali melontarkan pernyataan nyinyir kepada umat Islam. Ia mengatakan
bahwa kegiatan Rohis (Kerohanian lsIam) perlu diawasi dengan alasan ada
bibit-bibit radikalisme lahir dalam kegiatan pembinaan agama Islam di
sekolah-sekolah tersebut.
Meski membantah,
Menteri Agama tetap menegaskan bahwa kepala sekolah atau madrasah haruslah
mengawasi kegiatan keagamaan yang dibuat oleh para siswanya.
"Sesungguhnya, yang benar adalah saya mengajak semua guru-guru untuk dapat
memberikan perhatian penuh kepada siswa-siwa kita," ujarnya.
Jadi setiap madrasah,
sekolah apapun jenjangnya, apakah dasar, menengah, atau atas, khususnya para
kepala sekolahnya, menurut Lukman, harus lebih memberikan perhatian yang besar,
khususnya terkait kegiatan keagamaan yang dilaksanakan para siswa-siswinya.
Tuduhan keji terhadap
Rohis sebagai sarang bibit-bibit radikalisme bukan hanya kali ini. Sebelumnya,
stasiun TV swasta Metro TV pernah menyebut bahwa terorisme masuk dari
masjid-masjid sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler agama di sekolah.
Upaya menyudutkan
Rohis dan Islam juga terbukti dengan adanya survei yang dilakukan oleh Wahid
Foundation. Dalam survei tersebut Wahid Foundation menyebut bahwa 86 persen
Rohis ingin pergi berperang ke Suriah.
Diungkap Yenny Wahid,
Direktur Wahid Foundation, dalam survei itu juga terpetakan karakteristik
kelompok radikal di Indonesia yakni berusia muda dan laki-laki, cenderung
memahami ajaran agama secara literalis. Mereka banyak terpapar informasi
keagamaan yang berisi kecurigaan dan kebencian, cenderung mengingkari atau
menentang pemenuhan hak-hak kewarganegaraan terhadap kelompok lain yang tidak
disukai, cenderung membenarkan dan mendukung tindakan dan gerakan radikal.
Juru bicara Muslimah
Hizbut Tahrir Indonesia, Iffah Ainur Rochmah menyatakan bahwa salah kaprah
apabila tuduhan-tuduhan tersebut ditujukan kepada anak-anak Rohis seluruhnya.
Dalam sejarahnya, anak Rohis justru anak-anak yang membanggakan dan berprestasi
dalam pendidikan.
”Jelas-jelas anak-anak
Rohis adalah anak manis yang tidak memunculkan masalah apapun bahkan banyak
yang prestasi akademisnya membanggakan. Kok
malah dianggap berbahaya?” ungkapnya kepada Media Umat.
Iffah mengatakan
faktor ditakutinya Rohis hingga harus diawasi oleh pemerintah karena anak-anak
Rohis bisa menjadi generasi
baru yang tulus dan peduli pada persoalan bangsa yang akan kritis pada negara.
”Kritis terhadap
kezaliman rezim dan mendorong kembali pada syariat Islam secara kaffah. Kalau memang ini alasan di balik
rencana pengawasan Rohis maka ini preseden buruk yang menunjukkan rezim hari
ini mengidap Islamophobia!” tegas Iffah.
Rohis bisa menjadi
harapan baru generasi Islam. Ditambah lagi, kondisi pendidikan Islam yang jauh
dari aturan Islam di tengah gempuran sistem liberal yang mengatasnamakan
kebebasan sedang merusak generasi Islam.
"Rohis
meminimalisir dampak kerusakan bahkan memelopori komunitas pemuda yang
beridentitas Islam di tengah gempuran identitas sekuler liberal, bahkan Rohis
bisa turut menjadi bagian penting gerbong kebangkitan Islam,” kata Iffah.
Dalam perkembangan
faktual sekarang, justru Islamlah yang dibutuhkan dalam sistem pendidikan
sekarang, karena pendidikan sekuler sekarang jelas-jelas semakin banyak
menghasilkan kebobrokan.
”Di antaranya tidak
adanya semangat mendalami dan menguasai ilmu apalagi mengembangkan. Akhlak dan
perilaku liberal, muncul banyak masalah baru di kalangan anak muda. Bunuh diri,
plagiarisme, duta ide liberal, tren artis, aborsi remaja, narkoba, tawuran, dan
lain-lain. Kondisi ini sangat membutuhkan Islam,” jelas Iffah.
Pernyataan pengawasan
terhadap Rohis, menurut Iffah, dapat menjauhkan pendidikan Islam. Hal tersebut
bisa memperburuk kondisi pelajar dan pendidikan saat ini. Bahkan mungkin juga
bisa menghasilkan generasi yang justru antipati terhadap Islam.
Praktisi pendidikan SM
Pertiwiguno mengatakan, Islam sangatlah berperan penting dalam ilmu dan
pendidikan. Tidak ada dikotomi ilmu agama dan ilmu umum, semuanya terkait. Dan
kalau ditanya seberapa pentingnya Islam dalam ilmu dan sistem pendidikan, kita
tanya kembali seberapa inginnya Anda bahagia?” ungkapnya.
Menurutnya,
ketika kita mempelajari ilmu Islam dan memakai sistem pendidikan Islam itulah
jalan kebahagiaan yang sebenarnya. ”Itulah pentingnya pendidikan Islam, untuk
menemukan sebuah kebahagiaan dalam menuntutut ilmu, yah kalau salah milih jalan kita nanti tidak akan bahagia," kata
Kepala Sekolah salah satu sekolah Islam di kota Bogor tersebut. []fatihsholahuddin
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 200
---