Seorang muslim tidak
boleh meninggalkan fardhu atau mengerjakan hal-hal yang haram, hanya karena
rasa takut dihina, dipenjara, atau setelah disiksa dengan siksaan yang ringan,
atau karena ingin mempertahankan pekerjaannya, menyelamatkan hartanya, dan sebagainya.
Sebab, semua ini masih termasuk dalam batas kemampuan manusia dan bukan di luar
kemampuannya. Juga, hal seperti itu belum sampai kepada batas “al Ikraahul
Mulji'”, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Kalau saja setiap
masalah yang memberatkan diri seorang Muslim terdapat rukhshah baginya untuk
meninggalkan semua fardlu /kewajiban dan mengerjakan perbuatan-perbuatan haram
/maksiyat, tentulah Islam tidak dapat tegak di bumi ini. Bahkan, tidak akan
pernah muncul suatu ummat yang berjuang secara terus menerus.
dalam hal mengerjakan
amar ma’ruf dan nahi mungkar, atau berjuang untuk meruntuhkan sistem
komunis/sosialis maupun sekularisme yang kufur, atau berjuang untuk menegakkan
negara khilafah Islam yang akan menjalankan urusan pemerintahannya berdasarkan
apa yang telah diturunkan Allah SWT [Islam]; maka Allah SWT telah mewajibkan
kaum muslimin untuk mengorbankan harta dan diri mereka; di samping menahan diri
dalam menerima cobaan, siksaan, kehinaan, dan kesulitan, serta senantiasa
bersabar dalam menghadapi tantangan tersebut. Sebagaimana sikapnya dalam
melakukan jihad, walaupun hukum-hukum jihad berbeda dengan hukum-hukum yang
menyangkut amar ma’ruf nahi munkar atau hukum-hukum yang menyangkut tegaknya
khilafah Islam.
Pasca Muktamar Tokoh
Umat di Balai Sudirman, Jakarta, Sabtu (23/4/2016), tokoh muslimah dari
berbagai daerah kembali berkumpul di Kantor Dakwah Muslimah Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), Crown Palace A23 Tebet Jakarta Selatan. Tetap dengan semangat
menghadiri Sillah Ukhuwah Tokoh Muslimah “Berjuang Mewujudkan Islam Rahmatan
Lil ‘Alamin” yang diselenggarakan Muslimah HTI.
Sementara Tokoh Insal
Kamil Bandung Ibu Euis Rifky mengatakan pula, “Kepada semua yang berjalan di
jalan Allah, kita berjuang untuk Allah, karena Allah,” ucapnya menguatkan
langkah para pejuang Islam.
“Jangan lelah untuk
terus berjuang, menapaki jalan istiqomah dan pesan Rasulullah agar kita terus
dalam keistiqomahan adalah kita wajib berjamaah,” pesan cinta yang
disampaikannya pada tokoh muslimah.
mantan artis kondang
hari mukti yang melantunkan lagu Indonesia Milik Allah, dalam penampilannya
Ust. Hari Mukti juga tak lupa mengajak Peserta Rapat Untuk berjuang menegakkan
syariah dan khilafah sebagai solusi tuntas akan masalah yang dihadapi negeri negeri
muslim hari ini.
Puisi puisi kecil yang
berisi tentang akan berlalunya demokrasi, imperialisme, dan liberalisme, serta
paham paham barat yang menggurita di pemikiran ummat menjadi penampah semangat
peserta Rapat.
Ahad (10/5) Hizbut
Tahrir Indonesia Kota Bekasi menyelenggarakan acara Daurah Islamiyah di RM
Hayam Wuruk, Harapan Indah. Acara bertajuk “Raih Kemuliaan, Berjuang Tegakkan
Khilafah” tersebut diikuti secara antusias oleh puluhan asatid dan jamaah masjid di seputar Pondok Ungu Permai, Bekasi.
Acara yang bertujuan
untuk mengajak peserta agar bersedia berpartisipasi aktif dalam dakwah
melanjutkan kehidupan Islam ini menampilkan dua pembicara. Pembicara pertama
Ustadz Miqdad Ali Azka, Lc. (Pengasuh Pondok Pesantren Nida’ al-Haar) memaparkan tentang al-Jama’atul
Muslimin, dalil-dalilnya dan hukum berdiam diri dari kewajiban
mewujudkan kembali al-Jama’atul Muslimin
yang telah diruntuhkan pada tahun 1924.
KH Mahmudi Syukri,
pengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Dau Malang merasa terpanggil untuk
berjuang bersama Hizbut Tahrir.
“Ini adalah satu di
antara kewajiban agung yang telah dilupakan banyak orang, yaitu menegakkan
ad-Daulah al-Islamiyyah,” ungkapnya dalam Liqa Syawal yang dihadiri sekitar 340
ulama, asatidz, tokoh masyarakat, intelektual, dan pengusaha, Ahad (24/8) di Pondok
Pesantren I’anatut Tholibin, Pujon Malang, Jawa Timur.
Menurutnya, sudah
menjadi kewajiban ulama untuk mendukung perjuangan tersebut. “Bagaimana mungkin
kita khianat terhadap ilmu yang dititipkan Allah SWT kepada kita dengan
melupakan kewajiban mendirikan ad-Daulah al-Islamiyah? Padahal hukum hudud itu
wajib sampai hari kiamat yang tidak bisa ditegakkan tanpa khilafah,” ungkap
salah satu alumnus berprestasi Ribath Tarim, Yaman tersebut.
Hizbut Tahrir
Indonesia kembali mengajak umat Islam untuk berjuang menegakkan Khilafah.
Demikian akhir dari pidato politik HTI yang disampaikan oleh pengurus DPP HTI,
Bey Laspriana pada acaraKonferensi Islam dan Peradaban HTI Cirebon Raya pada
Ahad 1/6.
“Pada kesempatan ini
HTI kembali mengajak untuk menegakkan khilafah. Kami sampaikan pesan amir
Hizbut Tahrir , al ‘alim al jalil al syeikh Atha’ Abu Rasytah , beliau berkata:
Sesungguhnya kami tengah berjuang, sedang mata kami melihat khilafah dan hati kami
berdebar-debar menyambutnya.,” ujar ustadz Bey Laspriana. Oleh karena itu
katanya sambutlah seruan perjuangan ini.
Ulama itu pewaris para
nabi, sehingga patut dan wajib melakukan apa yang pernah dilakukan oleh para
nabi, yakni berjuang menegakkan agama Allah. Begitu ujar Ustadz Ir. Acep
Muhyidin yang merupakan Ketua Lajnah Khusus Ulama HTI DPD II Sumedang dalam
acara Kupas Media Politik dan Dakwah Al-Wa’ie DPC HTI Jatinangor.
Acara ini berlangsung
pada Ahad, 13 April 2014 diadakan di Aula Pertemuan Rumah Makan Soeharti
Jatinangor. Tema sentral kegiatan ini ialah Pudarnya Peran Politik Ulama. Kupas
Al-wa’ie ini menghadirkan Ust. Acep Muhyidin (LKU DPD II Sumedang) dan Ust. Jeni
Anwar (Ulama Jatinangor).
Dalam penjelasannya,
Ustadz Jeni Anwar membagi 5 kriteria para ulama yang merupakan bentuk pudarnya
peran ulama dalam berpolitik. Yaitu Ulama yang apolitis, Ulama yang membela
penguasa zhalim, ulama yang mempromosikan ide kufur, ulama selebritis, dan terakhir
ulama yang justru menganggap syariah dan khilafah itu ancaman. Beliau menjelaskan bahwa seharusnya
ulama hari ini memperjuangkan syariah dan khilafah. Sebab hari ini ummat
membutuhkan bukan ulama cinta dunia tetapi ulama yang mencintai akhirat pula.
Sementara Ustadz Acep menjelaskan bahwa bahwa peran ulama di bidang politik
saat ini sangat minim. Ulama hanya dijadikan oleh para penguasa sebagai alat
kekuasaan mereka.
Acara tersebut
dihadiri berbagai elemen masyarakat, termasuk ulama yang ada di
Jatinangor.Dengan acara seperti ini, diharapkan para ulama sadar agar ikut
berjuang dalam menerapkan syariah secara kaffah dalam bingkai Khilafah.
testimoni dari tokoh
Muballighah Riau yang disampaikan oleh Ibu Nur Aina (Muballighagh ICMI
Riau). Nur Aina mengungkapkan perasaan haru dan terkesan ketika bertemu
dengan aktivis Muslimah Hizbut-Tahrir yang menurutnya tidak pernah lelah
mendatangi masyarakat untuk mengajak pada perjuangan Khilafah, senantiasa
istiqomah dalam perjuangan. Ia juga mengajak para peserta ikut dalam pembinaan
di MHTI, “karena MHTI membuka kesempatan seluas-luasnya untuk berjuang
bersamanya”