Dampak negatif yang
cukup dahsyat akibat kesetaraan gender patut diperhitungkan. Harga yang
harus ditebus atas nama kebebasan dan kesetaraan gender ini diantaranya:
kemerosotan moral, free sex, angka gugat cerai semakin tinggi,
ketidak-harmonisan keluarga, diabaikannya fungsi ibu sebagai pendidik dan juga
lose generation. Kondisi ini tak hanya dialami oleh perempuan muslim, tapi juga
perempuan di Amerika dan Eropa yang notabene jadi corong kebebasan dan
kesetaraan gender (satu dari empat perempuan menjadi korban perkosaan).
Seringkali kemajuan
perempuan diukur dari besarnya keterwakilan politik perempuan di lembaga
legislatif dan partisipasinya di ranah publik, serta kebebasannya untuk
mengaktualisasikan diri tanpa diskriminasi dan batasan. Namun “kemajuan”
tersebut selalu diiringi dengan hancurnya institusi keluarga akibat tingginya
angka perceraian, kerusakan moral berupa merajalelanya pornografi hingga
perzinaan dan kekerasan berwujud perkosaan hingga pembunuhan terhadap
perempuan. Kondisi ironis tersebut disebabkan dunia saat ini didominasi oleh
sistem demokrasi-kapitalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dan
mengukur segala sesuatu dengan ukuran materi.
Remaja putri kita
harus menyadari kebobrokan paham kebebasan yang saat ini menjadi idola mereka.
Kebebasan mengumbar aurat hanya menghasilkan banyak pelecehan, perkosaan dan
kriminalitas. Kebebasan meraih popularitas dan materi dengan menjadi bintang
iklan, dan bintang sinetron hanya menghasilkan kebahagiaan semu. Industri
fashion yang mendorong perempuan mengenakan pakaian seminim mungkin hanya
memenuhi hasrat syahwat laki-laki. Semua itu justru mematikan potensi
intelektual, potensi keahlian dan merusak akhlak remaja putri.
Guantanamo . Sebuah
artikel di Commondreams.org
mencatat hal berikut yang dilakukan pada Khadr: “Khadr
menyatakan bahwa ia terbelenggu dalam posisi yang menyakitkan dan dibiarkan
sampai sepuluh jam dalam sel yang membekukan, diancam dengan perkosaan dan akan
dipindahkan ke negara lain di mana ia bisa diperkosa, dan pada satu kesempatan
tertentu, ketika ia telah ditinggalkan dalam posisi kaki dan tangan terbelenggu
yang menyakitkan sampai ia buang air kecil pada dirinya sendiri: “Polisi
Militer menuangkan minyak pinus di lantai dan pada saya, dan kemudian, dan
dengan terbaring pada perut dan tangan dan kaki diborgol di belakang badan
saya, polisi militer itu menyeret saya bolak-balik melalui campuran air seni
dan minyak pinus di lantai. Kemudian, saya dimasukkan kembali ke sel saya,
tanpa diizinkan mandi atau ganti pakaian. Saya tidak diberi baju ganti selama
dua hari. Mereka melakukan ini padaku saya beberapa minggu kemudian. ” http://www.andyworthington.co.uk/2010/07/16/defiance-in-isolation-the-last-stand-of-omar-khadr/
situs WikiLeaks telah merilis lebih dari 400.000
dokumen-dokumen rahasia AS tentang perang Irak dari Januari 2004 sampai
Desember 2009. Bocoran dokumen itu mengungkapkan rincian terjadinya perkosaan,
penyiksaan, pembunuhan warga sipil yang dilakukan dari helikopter tempur dan
insiden lainnya oleh pasukan koalisi dan pasukan Irak, yang bahkan dilakukan di
bawah kontrol Obama pada tahun 2009. Dokumen itu juga mengungkapkan bagaimana
tentara koalisi menutup mata atas laporan tentang penyiksaan dan pembunuhan
yang dilakukan secara ekstrajudisial oleh pemerintah boneka Irak. Pemerintah AS
belakangan mengakui kepada BBC bahwa dokumen yang diterbitkan Wikileaks itu adalah dokumen yang asli.
Selama 25 tahun
terakhir tercatat hampir 1 miliar aborsi dilakukan oleh perempuan Eropa, AS dan
Federasi Negara bekas Uni Sovyet. Perempuan di negara Barat yang konon
menjunjung tinggi HAM sangat rentan menjadi korban perkosaan. Data statistik
nasional AS menunjukkan 78 pemerkosaan terjadi setiap jam, atau 1872 kasus
setiap harinya. Saat ini terdapat 1,3 juta perempuan AS mengidap trauma
kejiwaan akibat pemerkosaan. Belum lagi kasus-kasus tingginya angka perceraian,
rendahnya perhargaan terhadap lembaga perkawinan, fenomena single mother
dan budaya konsumsi alkohol yang menjangkiti perempuan. Fakta-fakta ini
menunjukkan bahwa perempuan di negara Barat juga tidak menemukan kebahagiaan
hidup sebagaimana mereka impikan.
Polisi Thailand telah
menemukan mayat lebih dari 2.000 janin yang disembunyikan di kuil Budha di
Bangkok. Pihak berwenang percaya janin itu berasal dari klinik-klinik aborsi
ilegal.
Sebagian besar jasad
janin itu ditemukan hari Jumat di kamar mayat kuil itu. Awal pekan ini,
tumpukan kantong plastik berisi lebih dari 300 janin ditemukan.
Kolonel polisi Sombat
Milintachinda mengatakan mayat janin itu tampaknya sudah disimpan lebih dari
setahun.
Beberapa karyawan kuil
ditangkap, dan polisi mengatakan setidaknya seorang pengurus telah mengaku
berperan dalam menimbun mayat janin-janin itu. (republika.co.id,
20/11/2010)
Kapitalisme telah
berjudi dengan keuangan negara, yang menyebabkan krisis ekonomi global, dan
diperparah oleh kemiskinan dunia. Sistem ekonominya yang berdasarkan riba dan
privatisasi sumberdaya publik telah memberi makan kaum kaya dan membuat lapar
kaum miskin. Kapitalisme telah memungkinkan pasar bebas membeli rasa hormat
dari diri seorang perempuan, yang memungkinkan eksploitasi tubuhnya pada iklan,
hiburan dan industri seks. Semua itu ditandai dengan kebebasan berekspresi dan
kepemilikan dan dilakukan atas nama mengamankan keuntungan. Kebebasan pribadi
dan kebebasan seksual telah menolak budaya sopan-santun individualistik,
memuaskan diri serta melahirkan perilaku yang tak bertanggung jawab yang telah
menyebabkan mewabahnya kerusakan keluarga, alkoholisme, penyalahgunaan obat,
perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan penelantaran Lansia dalam
masyarakat Barat. Jelas bahwa kebebasan, demokrasi dan Kapitalisme tidak pernah
bisa membawa kemajuan, martabat, keadilan dan kemakmuran yang benar bagi umat
manusia.