Kaum Kristen Meminta Bantuan
Khalifah Murad II
Sebelum Khalifah
Bayazid I [1360-1403 M] kalah dalam Perang Ankara melawan musuh bebuyutannya,
Timur Leng, dan ditawan, maka mulailah terjadi kekacauan di Anatolia.
Kesempatan ini digunakan oleh penguasa Bunduqiyah untuk mengambil Salonika.
Namun, putranya, Khalifah Murad II [1403-1451 M] yang berkuasa setelahnya,
tidak pernah melupakan Salonika. Tetapi, dia ingin merebutnya kembali dengan
cara yang baik.
Khalifah Murad II
mulai mengirim hadiah kepada para penguasa Bunduqiyah, dan meminta mereka untuk
meninggalkan kota tersebut, serta mengembalikannya kepada Kekhalifahan
'Utsmani. Penguasa Bunduqiyyah pun mengirim utusan untuk mengulur-ulur, dan buying time, sampai kesabaran Khalifah habis.
Saat kesabaran Khalifah sudah habis, ia sampaikan kepada utusan terakhir yang
datang kepadanya:
”Nenek moyang kami
telah membebaskan Salonika, sehingga ini telah menjadi kota Islam. Karena itu,
kami tidak mungkin mengizinkan masuk atau berkuasanya orang asing terhadap kota
ini. Jika kalian tidak mau meninggalkan Salonika, dan pergi dengan sukarela,
saya akan datang dan mengusir kalian dari sana dengan paksa!”
Untuk mewujudkan
ancamannya itu, Khalifah memang menunggu beberapa bulan. Ketika tak ada jawaban
sama sekali dari mereka, maka Khalifah menyiapkan armada laut tahun 1431 M.
Armada ini akhirnya bertemu dengan armada maritim Bunduqiyyah di dekat
Galipoli. Khalifah pun berhasil mengalahkan mereka dengan kekalahan telak.
Lalu, sampai ke Salonika, mengepungnya dan menyerangnya. Akhirnya, setelah
peperangan yang sengit, Salonika berhasil dikembalikan ke pangkuan Islam dan
Khalifah memasuki kota ini dengan kemenangan.
Ketika Khalifah Murad
memasuki kota Salonika, ia diberitahu bahwa utusan dari Kota Yania datang.
Mereka ingin menghadapnya, karena ada perkara penting. Khalifah pun terkejut
mendengar berita tersebut, karena kota ini tidak ada hubungan apapun dengannya.
Karena saat itu berada di bawah pemerintahan Italia.
Kota Yania berada di
bawah kekuasaan keluarga Italia, Tocco. Ketika Carlo Tocco II meninggal tahun
1430 M, anak saudaranya, Carlo Toko I, yang berkuasa, tetapi anak-anak Tocco I
ini secara ilegal memberontak dan merebut kekuasaan. Mulailah era kekacauan dan
peperangan menimpa rakyat. Ketika mereka mendengar Khalifah berada di wilayah
Salonika, yang dekat dengan wilayah mereka, mereka mengirim utusan.
Khalifah perintahkan
kepada ajudannya untuk mendengar apa yang disampaikan utusan tersebut. Kata
Khalifah, ”Selamat datang... Apa yang membuat kalian datang ke sini? Dan apa
yang kalian harapkan?” Kata utusan tersebut, ”Wahai Paduka Sultan yang agung,
hamba datang hendak meminta bantuan Paduka. Semoga, harapan kami tidak
salah." Kata Khalifah, "Mengapa saya bisa membantu kalian?"
Mereka melaporkan,”Wahai Tuan kami, sesungguhnya para penguasa kami selalu
menzhalimi kami. Mereka memperlakukan kami seperti budak. Mereka merampok
kekayaan kami, kemudian memaksa kami berperang." Jawab Khalifah, ”Apa yang
bisa saya lakukan? Ini adalah masalah kalian dengan penguasa kalian?”
Kata mereka ”Kami
bukanlah penganut Islam, wahai Paduka. Kami adalah penganut Kristen. Tetapi,
kami telah banyak mendengar tentang keadilan kaum Muslim. Mereka tidak pernah
menzhalimi rakyatnya. Mereka tidak memaksa siapapun untuk memeluk agama mereka.
Semua yang mempunyai hak, dihargai haknya oleh mereka. Kami telah mendengarkan
ini dari para pelancong dan pedagang yang telah mengunjungi kesultanan Paduka.
Karena itu, kami berhadap Paduka berkenan menjadikan kami dalam perlindungan
Paduka. Paduka hendaknya memerintah negeri kami, agar Paduka bisa membebaskan
kami dari kezhaliman para penguasa kami yang zhalim.” Utusan itu pun
menyerahkan kunci emas kota tersebut.
Khalifah pun memenuhi
harapan penduduk Kota Yania. Ia pun mengirim salah seorang panglimanya untuk
memimpin tentara ke kota ini. Kota ini pun berhasil dibebaskan dengan nyata
tahun itu juga, tepatnya tahun 1431 M.
Ini merupakan kisah
nyata, bukan dongeng. Begitulah, kaum Muslim benar-benar menjadi simbol
keadilan dan kebaikan. [Referensi: Ourkhan Muhammad 'Ali, Rawa'i' Min at-Tarikh al-'Utsmani, hal. 33-36]
Tabloid Media Umat
edisi 216