Oleh: Nasrudin Joha
Miris, melihat
kerusakan demi kerusakan ditampakkan di negeri ini. Dari bencana alam sampai
bencana akidah. Dari soal ekonomi hingga soal politik, hukum dan soal sosial
masyarakat.
Setelah heboh ujaran
'lakalawalakatailabila' kini publik dikejutkan dengan ungkapan 'alpatekah'.
Belum lekang heboh alpatekah, kini umat Islam semakin miris dengan fatwa ulama
yang tunduk pada panitia, bukan pada Al quran dan AS sunnah.
Seorang atlet muslimah
berhijab, menolak menanggalkan hijab karena terikat dengan syariat. Seraya
memilih didiskualifikasi panitia ketimbang didiskualifikasi sebagai hamba yang
taat.
Seorang Muslimah yang
memilih pilihan kemuliaan dengan tetap mempertahankan mahkota kesucian,
ketimbang menanggalkannya demi sebuah ilusi medali yang tak memberi derajat
diri berupa tambahan kebajikan dihadapan Illahi rabbi. Seorang Mukminah sejati,
yang tak takut celaan orang yang suka mencela, dan tak berharap pujian karena
menggendong piala. Seorang Muslimah yang telah mengambil pilihan kampung
akhirat, ketimbang dunia yang serba fana.
Celakanya, sikap mulia
ini bukannya di bela malah disayangkan. Bukannya mendakwa panitia, justru sang
muslimah yang diminta taat pada aturan panitia. Seorang Kiyai, yang perlahan
sehasta demi sehasta meninggalkan kehangatan kaumnya. Merapat pada pencela dan
para penista agama.
Bagaimana mungkin
ketaatan seorang muslimah justru yang dipersoalkan ? bagaimana bisa seorang
ulama justru tunduk pada fatwa panitia ? Bukankah ulama itu pewaris para Nabi ?
Bukankah nabi mewariskan Al Quran dan menyeru taat terhadapnya ? Apakah ada
seruan ketaatan pada panitia ?
Perlahan, Allah SWT
buka aib setiap hamba secara terbuka. Jika Allah hendak membuka aib, Kemana
hamba akan mempertontonkan kemuliaan ? Jika Allah SWT berkehendak menghinakan
manusia, akankah berguna berlindung dibalik kekuatan manusia ?
Sungguh tahun-tahun
pemurnian ini benar-benar memisahkan mana ulama sejati dan mana ulama imitasi.
Umat dapat mengindera secara jelas, Kemana akan melabuhkan pilihan dan
kepercayaan.
Wahai diri,
berhati-hatilah atas fitnah dunia, yang bisa datang dari harta, benda,
kedudukan, wanita bahkan label ulama. Tidak ada yang bisa menjamin keselamatan
diri, kecuali ketaatan penuh pada ilahi rabbi. Tegarlah menapaki jalan,
luruslah dalam menghadapi tentangan, tetaplah berjalan diatas titian yang telah
dipilih para Rasul dan Ambiya.
Rezim represif anti
Islam ini, semakin lama semakin tegas mengumumkan diri sebagai entitas yang
menyelisihi Islam. Tetaplah sabar dan terus Istiqomah dalam perjuangan,
InsyaAllah dengan satu pukulan telak, rezim ini pasti jatuh dan tersungkur.
Bersiaplah, untuk
mengumandangkan takbir kemenangan. Menyambut kejatuhan tirani, mengubur setiap
kesombongan dan membuang sejarah kelam penindasan.
Saling berwasiatlah,
kalian tidak akan pernah rehat sebelum rezim ini menyerah atau dengan terpaksa
mengumumkan kekalahan. Tidak ada pilihan, rezim ini kalah atau kalian yang
mengibarkan bendera kemenangan. []..