Bunyi gendang dan
dentuman kembang api menandai puncak perayaan Ceng Beng atau Sembahyang Kubur
di Pekuburan Sentosa, Jalan Soekarno Hatta, Pangkalpinang, Ahad (5/4/2015) dini
hari. Sekitar seribuan warga Cina berziarah ke makam keluarga dan leluhur.
Mereka mengeluarkan
peralatan sembahyang kubur berupa kertas sembahyang berwarna perak, kertas
berwarna putih, kertas berwarna kuning, hio sembahyang, kue jajanan, ayam rebus
utuh satu ekor, apel, jeruk, cangkir teh yang kemudian diisi teh, dan lilin merah.
Semua perlengkapan sembahyang itu diletakkan di altar pemakaman, Selanjutnya
dibakar beberapa hio yang diapit dengan kedua belah tangannya dan disembahnya.
Setelah itu ditancapkan hio yang telah dibakar tersebut di altar.
Perayaan Ceng Beng
berlangsung meriah dengan digelarnya festival budaya yang dibuka oleh Kasubdit
Promosi Dalam Negeri Kementerian Pariwisata, Hendri Karnoza. Festival ini
diselenggarakan Pemkot Pangkalpinang bekerja sama dengan Yayasan Perkuburan
Sentosa. Kegiatan ini tercatat sebagai agenda pariwisata untuk menyukseskan
Visit Pangkalpinang 2015.
Hadir pada acara
tersebut Wali Kota Pangkalpinang M Irwansyah, Wakil Wali Kota M Sopian, Ketua
Yayasan Sentosa Johan Riduan Hasan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Olahraga
Pangkalpinang Ahmad Elvian.
Menuai
Protes
Sebelumnya, Pemerintah
Kota Pangkalpinang melalui Disbudparpora Pangkalpinang mengeluarkan surat
edaran kepada seluruh SLTA di Pangkalpinang untuk berpartisipasi pada festival
yang rutin diadakan setahun sekali oleh para penganut Konghucu tersebut padahal
mayoritas siswa-siswi di Pangkalpinang beragama Islam. Tentu saja surat edaran
tersebut menuai protes dari umat Islam.
Maka delegasi HTI
Babel menemui Wakil Walikota Pangkalpinang Muhammad Sopian, Selasa (31/3) di
kantornya. Dalam pertemuan tersebut Ketua DPD I HTI Babel Sofyan Rudianto
menjelaskan kepada Wakil Walikota bahwa Cheng Beng bukan sekedar kebudayaan,
tapi adalah keagamaan, karena keagamaan tidak seharusnya kaum Muslimin
khususnya sekolah Muslim yang dapat imbauan diwajibkan ikut berpatisipasi, cara
ini termasuk kesyirikan karena ada pihak sekolah juga keberatan.
"Cheng Beng ini
bukan sekedar budaya tapi sudah masuk kegiatan keagamaan, karena ini menyangkut
masalah agama maka tidak seharusnya sekolah MusIim dilibatkan, karena cara ini
sudah termasuk kesyirikan,” terang Sofyan Rudianto.
Sementara itu aktivis
HTI Babel, Firman Saladin menambahkan, ...dalam Cheng Beng ini adalah ritual
ibadah penganutnya maka ditakutkan anak-anak Muslim jatuh pada budaya syirik.
”Kita takutkan anak-anak Muslim jatuh pada budaya syirik, biarkan saja agama Tionghoa
mau malakukan ibadah Cheng Beng, kita jangan menganggu ibadah mereka,"
ujarnya.
Firman menegaskan, HTI
Babel bukan berarti benci kepada Wakil Walikota, namun HTI Babel hanya
mengingatkan bahwa haram hukumnya kaum Muslimin terlibat perayaan agama lain.
Setelah mendengarkan
penjelasan dari delegasi HTI Babel, Wakil Walikota Pangkalpinang, M Sopian
berjanji akan mencabut surat edaran tersebut dan mengganti surat khusus Kepada
sekolah mayoritas tionghoa.
”Terima kasih atas
teguran ini, surat edaran ini akan kami cabut dan kami buat ulang surat untuk
sekolah di Pangkalpinang khusus sekolah yang mayoritas muridnya Tionghoa
saja," ujar M Sopian.
Sementara itu, Kepala
Disbudparpora Pangkalpinang, M Elvian mengatakan, imbaun kepada sekolah Muslim
sifatnya hanya imbauan dan tidak ada unsur pemaksaan. Di dalam kegiatan Cheng
Beng ini ada hiburan, pariwisata lokal untuk mempopuler potensi lokal juga salah
satu agenda pariwisata nasional. Selain itu di dalamnya ada acara karnaval
Lampion. "Kalau sekolahnya tidak ada siswa yang beragama Tionghoa tidak
apa-apa kalau tidak ikut," katanya.[]
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 149, April 2015
---