Di tengah keengganan
Kemenkominfo merehabilitasi sejumlah situs Islam yang diblokir dengan tudingan
radikal, pemerintah terkesan lamban memblokir situs porno. Padahal kriteria
radikal masih bias dan porno sudah jelas. Sehingga negeri mayoritas Muslim menjadi
negara terbesar ketiga di dunia sebagai pengakses situs esek-esek tersebut.
”Ternyata lndonesia
berada di peringkat ketiga yang paling banyak mengakses situs porno dan di
peringkat pertama adalah India,” kata Haliq mengutip hasil survei yang
dilakukan oleh situs google.com, Ahad (12/4/2015) seperti diberitakan antara.
Menurut Haliq hasil
survei yang dilakukan oleh situs penyedia data dan pencari tersebut sangat
mengkhawatirkan. Karena salah satu penyebaran HlV/AlDS melalui hubungan
seksual. Dengan banyaknva pengakses situs porno di Indonesia, tidak menutup
kemungkinan maraknya seks bebas berpotensi menularkan virus HIV melalui
hubungan seksual. Bahkan, jelas dia, daerah yang paling besar mengakses situs
porno adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Padahal kota ini dijuluki
sebagai kota pelajar.
”Kami sangat khawatir,
dengan semakin mudahnya masyarakat mengakses situs porno maka penyebaran HIV
sulit ditanggulangi. Untuk itu kami meminta kepada Kementerian Kominfo untuk
memblokir situs porno maupun berbau porno," jelasnya.
Di sisi lain, KPA
Nasional juga telah melakukan survei bersama Kementerian Kesehatan RI, ternyata
hasilnya baru sekitar 20 persen pelajar mengetahui apa itu HIV dan AIDS. Untuk
itu, pihaknya terus melakukan berbagai upaya agar seluruh masyarakat tahu apa
itu HIV, bagaimana penyebarannya, pencegahannya dan menanggulangi jika sudah
teridentifikasi positif mengidap penyakit yang belum ada obatnya ini.
"Cara yang paling
mudah mencegah penularan adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
meningkatkan kadar keimanan kita dan jangan sekali-kali melakukan kegiatan yang
berpotensi tertular HIV,” ujar Haliq.
Jumlah penderita HIV
AIDS di Indonesia saat ini mencapai 150 ribu orang. Mayoritas pengaidap
penyakit ini berusia produktif antara 17 hingga 30 tahun. Bahkan, ada perbedaan
penyebaran virus ini dibandingkan beberapa tahun lalu. Awalnya penularan HIV
mayoritas dari jarum suntik pengguna narkoba. Tetapi dalam beberapa tahun
terakhir mayoritas penularan dari hubungan seksual.
Liberalisasi
Budaya
Pelan tapi pasti
Indonesia telah masuk ke pelukan liberalisasi budaya. Dan korbannya adalah para
remaja. Penulis buku Detik-Detik Penghancuran Keluarga lwan Januar menyatakan
setidaknya ada tiga faktor yang membuat liberalisasi leluasa merusak generasi.
”Pertama, bangsa kita
hari ini tumbuh dalam pola pikir sekuleristik, agama hanya dianggap sebagai
pelengkap, bukan pedoman hidup sebagaimana mestinya," ungkap Iwan kepada
Media Umat.
Hal itu, menurut Iwan,
berdampak tiadanya rem yang dapat menghentikan budaya permisif dan hedonis ini.
Padahal, rem paling ampuh untuk hentikan perilaku itu ya rasa malu dan takut
pada Allah. ”Kalau sekadar kehamilan bisa pakai kondom, kalau penyakit kelamin
bisa pakai kondom juga, dll. Paling mujarab ya berasal dari diri sendiri, iman
dan takwa,” bebernya.
Kedua, karena asas
negaranya sekulerisme maka banyak pihak merasa sah saja membuat karya yang
berorientasi seksual, film, lagu, bacaan, dsb. ”Lihat saja sinetron untuk
remaja dan anak- anak selalu ada bumbu percintaan, berpelukan, atau
keintiman," ungkapnya.
Ketiga, negara abai
terhadap realita ini. Nyaris tak ada tindakan preventif untuk keamanan remaja.
Menteri agama saja begitu toleran pada perayaan Valentine dengan menyebut
"Saya tak pernah rayakan. Tapi saya hormati yang rayakan dengan cara dan
tujuan yang baik."
Iwan pun menawarkan
solusi. Di antaranya adalah penanaman akidah Islam secara benar kepada umat,
kontrol sosial masyarakat, dan negara bertindak tegas terhadap setiap produk
yang mengandung ajaran liberalisme. Nah itu semua hanya bisa jika sistem negeri
ini diubah dari sistem kapitalisme liberal kepada sistem lslam.[]
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 149, April 2015
---