Oleh: Zakariya al-Bantany
Kita sebagai manusia tentu tidak sempurna dan banyak sekali kekurangannya, serta banyak sekali celahnya. Meskipun, Allah telah menciptakan kita sebagai manusia, dengan sebaik-baiknya rupa (fisik) sebagai makhluk dengan segala potensinya.
Karena, pada hakikatnya kita ini adalah makhluk yang sangat lemah, terkadang dzhalim, dan sangat membutuhkan yang lain. Serta, kita pun sangat menggantungkan diri dan hidup kita kepada Allah Tuhan kita. Dalam memenuhi setiap naluri dan kebutuhan pokok kita sehari-hari, di bumi miliknya Allah.
Di dalam diri kita sendiri ada potensi benar dan ada potensi salah. Sebab, kita tidak maksum. Terkadang kita berbuat benar, namun pula terkadang kita sering berbuat salah. Baik saat dalam keramaian, maupun saat dalam kesendirian kita.
Karena, kita bukanlah Malaikat dan bukan pula Nabi atau pun Rasul. Kita ini, hanyalah manusia biasa.
Bahkan, sebenarnya banyak sekali aib dalam diri kita. Namun, Allah Tuhan kita Yang Maha Rahmah dan Maha Pemurah, sudah sangat baik sekali telah menutupi aib-aib kita tersebut.
Rasulullah Saw bersabda:
يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ، وَيَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيُقَرِّرُهُ، ثُمَّ يَقُولُ: إِنِّي سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ اليَوْمَ
"Nanti salah seorang di antara kalian akan didekatkan kepada Tuhannya, lalu Allah berfirman, "Bukankah kamu telah mengerjakan dosa ini dan itu?" Ia menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Bukankah kamu telah mengerjakan dosa ini dan itu?" Ia menjawab, "Ya." Dia membuat hamba itu mengakui semua dosanya, lalu Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku menutupi aibmu di dunia dan Aku mengampuninya pada hari ini." (HR. Bukhari).
Rasulullah Saw juga bersabda:
إِنَّ الله -عَزَّ وَجَلَّ- حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ، يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسِّتْرَ
"Sesungguhnya Allah Pemalu dan suka menyembunyikan, Dia mencintai rasa malu dan menyembunyikan aib." (HR. Abu Dawud, Nasa'i, dan Ahmad).
Jadi, sekali lagi tentunya sangat logis. Bila ada potensi benar dan ada potensi salah dalam diri kita. Sebagai manusia biasa yang serba lemah dan tidak abadi, serta bakal mati.
Namun, sebaik-baik manusia adalah orang yang beriman (Mukmin). Dan sebaik-baik orang yang beriman, adalah mereka yang berilmu dan bertakwa. Serta senantiasa muhasabah (menghisab/mengevaluasi/intropeksi) dirinya setiap saat sebelum ajal menjemputnya.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Rasulullah Saw pun bersabda, dalam sebuah riwayat hadits:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda:
"Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan, orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Tirmidzi. Ia berkata, “Ini hadits hasan).
Rasulullah Saw pun mengajarkan doa kepada kita, dalam bermuhasabah diri:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي، وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي، وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
"Ya Allah, aku memohon keselamatan dunia dan akhirat pada-Mu. Aku memohon ampunan dan keselamatan agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Tutupilah segala kekuaranganku, tenangkanlah hatiku, jagalah depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung pada-Mu dari musibah yang tak terduga." (HR. Ibnu Hibban, dari Abdullah bin Umar ra).
Aaamiin...
Wallahu musta'an, nastaghfirullahal 'adzhim.
Wallahu a'lam bish shawab. []