Ratusan pengasuh
pondok pesantren, majelis taklim, dan santri dari Jawa Barat berkumpul dalam
acara Haflah Santri Jawa Barat dalam rangka Tarhib Ramadhan 1439 H, dengan tema
"Politik Santri Jawa Barat untuk Kemuliaan Umat Muhammad SAW”, di
Pesantren Modern Baiturrahman Bandung, Kamis (10/5/2018).
Di acara tersebut para
santri menyerukan penegakan politik Islam yang hakiki yang dituangkan dalam
rekomendasi politik santri Jawa Barat.
”Santri Jawa Barat
menegaskan rekomendasi politik kaum santri, yaitu: politik dalam makna yang
sebenarnya adalah bagian dari Islam; ulama dan santri wajib terlibat dalam politik yakni melakukan amar ma'ruf
nahi munkar, muhasabah lil
hukkam (mengoreksi
penguasa), dan dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya syariah
dan khilafah,” ungkap Asep Soedrajat sebagai perwakilan santri Jawa
Barat.
Asep menuturkan bahwa
Jawa Barat adalah Provinsi Santri, karena lekat sekali dengan Islam dan
perjuangan sejak masa sebelum kemerdekaan.
Santri Jawa Barat,
lanjut Asep, tidak akan terkait dengan gerakan dukung-mendukung politik praktis
pilkada Jawa Barat yang dinilai berisi kepentingan segelintir orang saja, bukan
untuk kepentingan masyarakat, terutama para santri.
“Santri Jawa Barat tidak terlibat dukung-mendukung
dalam politik praktis Pilkada Jawa Barat termasuk kepentingan-kepentingan yang
ada di dalamnya. Dan menolak pragmatisme partai politik yang hanya berorientasi
pada kepentingan kelompok atau partai politik masing-masing,"
ungkap Asep.
Ia menambahkan bahwa
santri Jawa Barat menyerukan para politisi dari partai politik Islam agar ikut
bersama-sama memperjuangkan hukum Allah dan mewujudkan satu kepemimpinan Islam
yakni khilafah.
”Santri Jawa Barat
menyerukan para pihak untuk mewujudkan
partai politik Islam yang hakiki sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Ali Imran ayat 104 dan kepemimpinan dalam Islam yakni al-Khilafah,”
jelasnya.
Acara tersebut
dihadiri para tokoh. Mereka yang menyampaikan taushiyahnya antara lain adalah
Prof KH Buya Salimuddin (Ponpes Baiturrahman), KH Nanang Maulana Ishaq (Ponpes
Madinatul 'Ulum), dan KH Ali Bayanullah, al-Hafizh (Ponpes Darul Bayan).
Buya Salimuddin
menyampaikan terkait khabar akhir zaman
dan umat manusia akan memasuki fase kelima yakni khilafah. Maulana Nanang
menyampaikan tanggung jawab amar ma'ruf nahi
munkar dan perjuangan menegakkan khilafah adalah tanggung jawab seluruh
umat Islam, bukan tanggung jawab satu kelompok saja. Ajengan Ali menegaskan
mengenai aktualisasi
politik ulama dan santri dalam dakwah menegakkan khilafah.
Pada sesi mudzakarah, Saif M Al Amrin (Majelis Rubath
An-Nahdhah) menyampaikan bahwa ulama dan santri dalam sejarahnya terlibat
langsung dalam perjuangan. Asep Soedrajat (Majelis Cinta Rasulullah)
menyampaikan hakikat politik ulama dan santri, dan tanggung jawab muhasabah lil hukkam.
Dalam sesi tanggapan,
para peserta menyampaikan fakta-fakta bahwa Jawa Barat adalah bagian dari
pergerakan para santri seperti kisah-kisah Mbah Muqayyim pada kesultanan
Cirebon dalam penentangannya terhadap kompromi antara haq dan bathil.[]fs
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 220