tag:blogger.com,1999:blog-31256555256553707002024-03-13T07:17:35.364-07:00books updateANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comBlogger576125tag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-12951091237048983332022-08-04T03:15:00.001-07:002022-08-04T03:15:18.726-07:00Hijrahnya Rasul Kita <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP6SENUIjcTWjrQJ0DDKtlg1LP0Tf9a5HgmACyOcsw1f0In-UktzpFUHxOsXN7iFymp2qq4zPKReKreIeSCabRuPisXj8r_7oyylwNqGxbZvC1fjV3J7oy6ws2AM7nYpje0X6ba1MenPRpKOl_-ieRYiWNUM-BEQzyAoo06yEFf8HI0Zd5eKkEIr23/s632/IMG_20220804_130832_974.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="632" data-original-width="632" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP6SENUIjcTWjrQJ0DDKtlg1LP0Tf9a5HgmACyOcsw1f0In-UktzpFUHxOsXN7iFymp2qq4zPKReKreIeSCabRuPisXj8r_7oyylwNqGxbZvC1fjV3J7oy6ws2AM7nYpje0X6ba1MenPRpKOl_-ieRYiWNUM-BEQzyAoo06yEFf8HI0Zd5eKkEIr23/s320/IMG_20220804_130832_974.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Adalah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah menjelaskan dalam buku ad-Daulah al-Islamiyah bab Baiat Aqabah,</p><p><br /></p><p>_"Harus diingat bahwa Rasul ﷺ tidak pernah berpikir untuk hijrah dari Makkah hanya karena beliau menemukan banyak kesulitan di hadapan dakwah tanpa mampu bersabar, atau tidak berupaya untuk menanggulangi hambatan-hambatan tersebut. Sesungguhnya beliau ﷺ telah bersabar selama 10 tahun di Makkah. Selama itu beliau tidak pernah mengubah pikirannya dari dakwah. Beliau dan para pengikutnya memang mengalami berbagai teror dalam aktivitas dakwahnya, namun kejahatan-kejahatan kafir Quraisy tidak pernah bisa melemahkan dirinya sedikit pun. Perlawanan mereka tidak menyurutkan tekad beliau dalam berdakwah. Bahkan, keimanan beliau semakin bertambah pada dakwah, yang datang dari Tuhannya. Keyakinannya terhadap pertolongan Allah semakin kokoh dan kuat._</p><p><br /></p><p>_Akan tetapi, beliau ﷺ menyimpulkan bahwa setelah mencoba berbagai langkah untuk mengubah keadaan masyarakat Makkah, ternyata mereka berpikiran dangkal, berhati bebal, dan berkubang dalam kesesatan, yang seluruhnya dapat melemahkan cita-cita dakwah dalam dirinya, sehingga melanjutkan langkah-langkah tersebut dalam dakwahnya akan menjadi upaya yang sia-sia. Karena itu, beliau melihat bahwa dakwah harus dialihkan dari kondisi masyarakat semacam ini ke kondisi masyarakat lainnya. Lalu beliau berpikir tentang kemungkinan hijrah dari Makkah. Pikiran inilah yang membawa beliau untuk hijrah ke Madinah, bukan karena beliau dan para sahabatnya sering mendapatkan siksaan."_ </p><p><br /></p><p>Penjelasan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani tersebut menunjukkan gambaran "seperti apa" kokohnya kesabaran Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Dalam kitab-kitab sirah nabawiyah kita bisa melihat betapa keras siksaan yang ditimpakan kaum Quraisy terhadap Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Dan dengan semua yang diterima Rasul itu, Rasulullah tidak berpikir untuk berhenti. Jangankan berhenti, berpikir untuk keluar dari Makkah pun tidak.</p><p><br /></p><p>Namun benar, bahwa Rasulullah memang pada akhirnya, beliau keluar dari Makkah. Namun, bukan karena beratnya ujian yang beliau terima. Bukan karena beratnya siksaan kaum Quraisy yang ditimpakan kepadanya. Bisa jadi, beliau merasa bahwa ini merupakan sebuah konsekuensi dari jalan dakwah yang dilakukannya. </p><p><br /></p><p>Tetapi beliau berpikir untuk mengalihkan medan dakwah dari Makkah, adalah karena beliau merasa bahwa orang-orang Makkah sudah terlalu bebal untuk menerima dakwah yang bisa berakibat pada runtuhnya seluruh cita-cita dakwah Islam yang sesungguhnya.</p><p><br /></p><p>Dakwah dengan menentang sistem adalah dakwah yang tidak mudah. Dakwah dengan menentang sistem memiliki konsekuensi mahal yang hanya bisa dibayar oleh mereka yang berani membayarnya. Karena dakwah menentang sistem, berarti dakwah dengan menantang penguasa yang menerapkan dan menjaga sistem tersebut. </p><p><br /></p><p>Padahal, setiap penguasa memiliki penjaga dan antek yang senantiasa kokoh berdiri menghadapi para pengemban dakwah. Dan itulah jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah. </p><p><br /></p><p>Beliau telah berani menentang sistem jahiliyah, beliau menantang para penguasanya, menghinakan thaghut yang mereka muliakan. Beliau harus berhadapan dengan para penjaga sistem jahiliyah beserta antek-anteknya. Hingga kekerasan pun ditimpakan kepada beliau dan sahabatnya, namun beliau tak surut sedikit pun karenanya.</p><p><br /></p><p>Membaca penjelasan Syaikh an-Nabhani ini, seketika pikiran melayang membayangkan bagaimana Syaikh an-Nabhani dan para pengikutnya berusaha menetapi jalan yang Rasulullah pilih. Terbayang bagaimana para pengikut Syaikh an-Nabhani yang berada di Palestina, Suriah, Mesir, Sudan, Yaman, Turki, Malaysia, hingga Eropa bahkan Indonesia. </p><p><br /></p><p>Mereka begitu kokoh menerima setiap konsekuensi dari jalan dakwah yang mereka pilih, sebagaimana kokohnya keimanan para sahabat Rasul yang keimanan mereka senantiasa tertancap kokoh layaknya paku berkualitas baja; semakin dipukul, justru semakin dalam tertancap, dan sama sekali tidak bengkok.</p><p><br /></p><p>Terus terang diri ini sangat bersedih, karena merasa tak mampu menjadi seperti mereka. Diri ini hanya berharap mendapat secuil semangat agar kekokohan yang dimiliki para sahabat dan pengikut Syaikh an-Nabhani benar-benar merasuk dan melekat dalam diri ini. Ini semua adalah berkat keimanan dalam diri. </p><p><br /></p><p>Ya, keimanan membuahkan kesabaran. Dan kesabaran membuahkan kekuatan. Karena itulah, dalam kajian para pengikut Syaikh an-Nabhani, yang pertama kali dibahas adalah pembahasan tentang Thariqul Iman atau jalan menunju keimanan. Sebab, keimanan atau aqidah itulah yang melandasi semua yang menjadi tempat tumbuhnya pohon besar nan kokoh, yang akarnya menancap kuat di bumi, yang batangnya kokoh kuat tak mudah roboh. []</p><p><br /></p><p>Agus Trisa</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-79666353621537557552022-08-04T02:54:00.001-07:002022-08-04T02:54:42.042-07:00PENTINGNYA PUNYA RASA MALU <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4sHyeH5gaxnLLUO_g6-8XOWKp3Kmk72mb5iiZqG5bdwV12IrPjwuXaymD6XjtYxOS-_RQHBREF-pXEsUHsMXsdX5w4fwtcysDb4Uk0hnI9vdfgRSh3MDzy6zIziXqBlVAg157GwR9RBh6IRJktotzg2hMo4UwpBLIxgZCQ2Tl_0ha0Rz_8pLtt4Gy/s1024/IMG_20220803_200335_762.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4sHyeH5gaxnLLUO_g6-8XOWKp3Kmk72mb5iiZqG5bdwV12IrPjwuXaymD6XjtYxOS-_RQHBREF-pXEsUHsMXsdX5w4fwtcysDb4Uk0hnI9vdfgRSh3MDzy6zIziXqBlVAg157GwR9RBh6IRJktotzg2hMo4UwpBLIxgZCQ2Tl_0ha0Rz_8pLtt4Gy/s320/IMG_20220803_200335_762.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Seorang yang beriman atau Mukmin (Muslim) sejati, yang berakhlak mulia atau berkepribadian Islam. Adalah mereka yang memiliki rasa malu dan tahu malu.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Yaitu, malu bermaksiat kepada Allah. Dan malu memamerkan segala kemaksiatan dan kejahilannya. Malu mengulang-ulang kesalahan yang sama, untuk kedua kali dan kesekian kalinya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Malu bila tidak menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan malu bila tidak ibadah, tidak menuntut ilmu, tidak beramal shalih, tidak dakwah amar ma'ruf wa nahi munkar, dan tidak jihad fisabilillah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Serta malu bila melanggar Syariah-Nya, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Dan malu bila tidak berislam kaffah (Syariah dan Khilafah).</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Juga, malu bila sampai kurang ajar dan su'ul adab serta biadab. Dalam memusuhi dan mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Syariah dan Khilafah serta perjuangannya tersebut.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan juga malu-maluin saja, atau tidak tahu malu. Alias tidak tahu diri atas posisi dirinya dan hakikat jati dirinya sebagai manusia dan hamba yang diciptakan oleh Allah SWT.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Disinilah pentingnya, kita seorang yang beriman. Atau pun seorang Mukmin atau seorang Muslim itu memiliki rasa malu.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena, malu itu bagian dari keimanan dan bagian dari akhlak Islam. Dan bukti ketaqwaan kepada Allah SWT.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إنّ لكلّ دين خلقا، وخلق الإسلام الحياء</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak, dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu." (HR. Ibnu Majah).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p> الحياء من الإيمان</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Malu sebagian dari Iman." (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>الإيمان بضع و سبعون، أو بضع و ستون شعبة، فافضلها : لا إله إلا الله، و أدناها إماطة الأذى عن الطريق، و الحياء شعبة من الإيمان</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Iman itu terbagi tujuh puluh ataupun enam puluh cabang, yang paling tinggi tingkatannya adalah kalimat: " Lâ ilâha illa Allah", sedangkan yang paling rendah tingkatannya adalah menyingkirkan duri di jalan, dan Malu itu termasuk salah satu cabang iman." (HR. Muttafaqun alaih).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>الـحياء و الإيمان قرنا جمـيعا، فإذا رفع أحدهما رفع الأخر</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.” (HR. Al-Hakim dan Thabrani).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>الـحياء من الإيمان و الإيمان فـي الـجنّة، والبذاء من الـجفاء والـجفاء فـي النّار</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga, dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar. Sedang, tabiat kasar tempatnya di Neraka." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>الحياء لا يأتي إلا الخير</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Malu tidak mendatangkan sesuatu, kecuali hanya kebaikan semata". (HR. Bukhari).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إنّ ممّا أدرك النّاس من كلام النّبوّة الأولى، إذا لم تستح فاصنع ما شئت.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat Kenabian terdahulu. Adalah, 'Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'." (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Thabrani).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-19557838314683768002022-07-28T02:05:00.001-07:002022-07-28T02:05:22.913-07:00CINTA SEJATI HAKIKI <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDbl3YDxmNv63K9e7CYdOh_S2hjB_bF3qvGYux_kTjYAXhIjJzvHwtSht9WDPogbENfrHMINjiFQyJluB3elUi9z_53da1RyesfxJ8crrBf1N-jAVvzDu7fCOcJllFXr94ItVf-vFEvu3QHC7nUie7h7yJgrL10ciudSPXLgHREkmtt1u8jquK9l1C/s1080/IMG-20220727-WA0033.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDbl3YDxmNv63K9e7CYdOh_S2hjB_bF3qvGYux_kTjYAXhIjJzvHwtSht9WDPogbENfrHMINjiFQyJluB3elUi9z_53da1RyesfxJ8crrBf1N-jAVvzDu7fCOcJllFXr94ItVf-vFEvu3QHC7nUie7h7yJgrL10ciudSPXLgHREkmtt1u8jquK9l1C/s320/IMG-20220727-WA0033.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sudah menjadi sunnatullah dan fitrahnya setiap manusia itu. Telah dikaruniai oleh Allah SWT berupa akal, segala potensi dan naluri (gharizah) dalam diri dan hidupnya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Yaitu: naluri beragama/bertuhan/mensucikan sesuatu (gharizah at-tadayun); naluri eksistensi diri/mempertahankan hidup (gharizah al-baqa'); dan naluri melanjutkan keturunan/seksual/kasih sayang dan cinta (gharizah an-na'u).</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi, setiap orang yang normal mestilah punya naluri dan rasa cinta, ingin mencintai dan ingin dicintai. Serta ingin menyalurkan dan mempertahankan cintanya kepada seseorang atau kepada sesuatu yang dicintainya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Hanya saja, cinta tidak boleh dibangun dan dilandasi oleh syahwat atau dorongan hawa nafsu semata. Atau pun jangan hanya dibangun dan dilandasi oleh gharizatun na'u (naluri seksual/melanjutkan keturunan) belaka.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sehingga, hanya berujung menjadi cinta buta belaka dan cinta semu. Yang justru, dapat menghilangkan akal sehat, mematikan hati nurani dan iman di dalam dada. Serta pun tentunya, hanya menyalahi fitrah penciptaan manusia itu sendiri.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Hingga pula, akan berakhir hanya menjadi budak cinta semu semata yang merusak hidup dan jiwa raga. Yang menghalalkan segala cara dan melanggar Syariah. Dan menyimpang dari fitrahnya sebagai manusia yang berakal, hamba Allah (Abdullah) dan Khalifatullah fil Ardhi (wakil Allah di muka bumi).</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi, cinta sejati dan hakiki itu adalah cinta yang dibangun dan dilandasi oleh keimanan, ilmu dan ketaqwaan. Dengan fondasinya serta ikatannya, adalah akidah Islam dan ideologi Islam. Serta standar perbuatan cintanya adalah Syariah Islam. Dan standar kebahagiaan cintanya pun adalah ridha Allah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Adapun wujud cinta sejati dan hakiki tersebut, adalah berupa ketaatan totalitas. Dan pengorbanan setulus hati, serta segenap jiwa raga kepada Allah dan Rasul-Nya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Juga, dengan meneladani dan mentaati totalitas secara kaffah dengan segenap jiwa raga kepada Rasulullah Saw.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Begitulah, seharusnya wujud cinta sejati dan hakiki tersebut. Sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bahkan, cinta sejati dan hakiki ini pun, telah dicontohkan dan dipraktekkan oleh para Sahabat Radhiyallahu anhum. Mereka sangat mencintai dan mengagungkan Allah dan Nabi Saw, lebih dari kecintaan mereka kepada diri dan anak-anak mereka.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sebagaimana yang terdapat dalam kisah ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, yaitu sebuah hadits dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Kami mengiringi Nabi Saw dan beliau menggandeng tangan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian Umar berkata kepada Nabi Saw: 'Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apapun selain diriku.' Maka Nabi Saw menjawab: 'Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.' Lalu Umar berkata kepada beliau: 'Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.' Maka Nabi Saw bersabda: 'Sekarang (engkau benar), wahai Umar'." (HR. Al-Bukhari (no. 6632), dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan diantara bukti cinta para Sahabat radhiyallahu 'anhum tersebut. Kepada Allah dan Rasul-Nya, adalah mereka cinta pula dengan seluruh ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Khususnya pula, mereka cinta kepada ajaran Islam perihal Syariah dan Khilafahnya. Yang notabene adalah ajaran, sunnah dan warisan Rasulullah Saw. Sebagaimana cintanya para Sahabat radhiyallahu 'anhum tersebut, kepada Sang Nabi Saw itu sendiri.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Gambaran cinta sejati dan hakiki kepada Allah dan Rasul-Nya. Diantara salah-satunya, bisa kita lihat dan baca dari ucapan Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu. Beliau berkata:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>ثَلَاثٌ لَأَنْ يَكُونَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيَّنَهُمْ لَنَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا: الْخِلَافَةُ، وَالْكَلَالَةُ وَالرِّبَا</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sungguh tiga perkara yang Rasulullah Saw terangkan kepada kami, lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, yakni: Khilafah, al-kalâlah dan riba.” (HR. Al-Hakim, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Begitupula, bila kita mencintai seseorang dan sesuatu. Seperti kita mencintai dunia dan seisinya, atau pun cinta kita kepada kedua orang tua kita, isteri kita dan sebaliknya, juga mencintai anak-anak kita serta sesama Muslim, dan lain-lain.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wajib dibangun dan dilandasi oleh cinta, iman dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya beserta ajaran Islamnya. Dan tidak boleh cinta kita kepada dunia dan seisinya tersebut, justru melalaikan kita, dan mengalahkan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan sesungguhnya pula, seseorang itu pun akan bersama dengan sesuatu yang dicintainya. Serta pula dia akan bersama dengan orang yang dicintainya tersebut.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hadits diriwayatkan, dari Sahabat Anas bin Malik radiyallahu anhu, beliau bercerita:</p><p><br /></p><p>“Seorang lelaki pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya, “Ya Rasulullah, kapan hari kiamat?”</p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw balik bertanya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p> وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Apa yang telah anda siapkan untuk hari Kiamat?”</p><p><br /></p><p>“Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”, Jawab lelaki tersebut.</p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw menanggapi:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَإِنَّكَ مع من أحببت</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya anda bersama orang yang anda cintai.” (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan hadits ini dalam kitab “Fathul Bari”:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“قَوْلُهُ :” (إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ) أَيْ: مُلْحَقٌ بِهِمْ حَتَّى تَكُونَ مِنْ زُمْرَتِهِم</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Anda bersama orang yang anda cintai, maksudnya, dibangkitkan bersama mereka, sampai anda menjadi bagian dari barisan mereka.”</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pernah mengatakan ucapan yang indah:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>فما فرحنا بعد الإسلام فرحا أشد من قول النبي-صلى الله عليه وسلم- “فإك مع من أحببت”, فأنا أحب الله ورسوله وأبا بكر وعمر فأرجو أن أكون معهم وإن لم أعمل بأعمالهم.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Kami tidak pernah lebih gembira setelah masuk Islam daripada gembiranya yang disebabkan sabda Nabi Muhammad Saw: ‘Sesungguhnya engkau bersama yang engkau cintai’, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.”</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Cinta sejati dan hakiki, akan membawa seseorang kepada keikhlasan, ketulusan, kedekatan dan ketaatan serta pengorbanan. Sehingga memberikan dampak membekas pada dirinya. Sehingga tercermin dalam pola pikir dan pola perilakunya, atau tercermin dalam kepribadiannya di dalam kehidupan sehari-hari.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Imam Ibnu Al-Qoyyim rahimahullah, menuturkan dalam kitabnya, Zadul Ma’ad:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>قَرَنَ كُلَّ صَاحِبِ عَمَلٍ بِشَكْلِهِ وَنَظِيرِهِ، فَقَرَنَ بَيْنَ الْمُتَحَابَّيْنِ فِي اللَّهِ فِي الْجَنَّةِ، وَقَرَنَ بَيْنَ الْمُتَحَابَّيْنِ فِي طَاعَةِ الشَّيْطَانِ فِي الْجَحِيمِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Pelaku satu perbuatan dikumpulkan bersama mereka yang sama kelakuannya, maka orang-orang yang saling mencintai karena Allah dikumpulkan bersama-sama di surga, dan orang-orang yang saling mencintai karena ketaatan kepada syaitan dikumpulkan di neraka.” [Zadul Ma’ad, 4/248].</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Selain dibangkitkan bersama orang-orang beriman dan shalih serta bertaqwa. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah juga mendapatkan keutamaan lainnya. Yaitu, Allah berikan naungan saat di hari tidak ada naungan, selain naungan-Nya. Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p> “سبعة يظلهم الله يوم لا ظل الا ظله منها”</p><p>“رجلان تحبا فى الله اجتمع عليه وتفرق عليه”~ </p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan di hari tidak ada naungan selain naungan Allah. Di antaranya adalah, “seseorang yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Syaikh Al-Mubarakfuri rahimahullah, memaparkan dalam Tuhfatul Ahwadzi, yang merupakan syarah kitab Sunan At-Tirmidzi.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bahwa dari ragam riwayat itu, keseluruhannya saling melengkapi tentang bagaimana seorang Muslim yang tidak mampu melakukan banyak amal shalih seperti orang-orang shalih.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Agar tetap optimis, dan terus mempertahankan cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan para shalihin, serta cinta terhadap ajaran Islam itu sendiri.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ أَحَبَّ قَوْمًا بِالْإِخْلَاصِ يَكُونُ مِنْ زُمْرَتِهِمْ وَإِنْ لَمْ يَعْمَلْ عَمَلَهُمْ لِثُبُوتِ التَّقَارُبِ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَرُبَّمَا تُؤَدِّي تِلْكَ الْمَحَبَّةُ إِلَى مُوَافَقَتِهِمْ</p><p><br /></p><p><br /></p><p> “Jika seseorang mencintai kalangan shalih dengan ikhlas, maka sebagaimana dinyatakan Nabi, ia termasuk golongan mereka kendati amalannya tidak seperti yang dilakukan orang-orang shalih tadi, sebab keterpautan hati dengan mereka. Kiranya rasa cinta itu memotivasi agar bisa berbuat serupa.” [Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah), juz 7, hal 53].</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi begitulah, sesungguhnya hakikat dan wujud cinta sejati dan hakiki tersebut. Yang dibangun dan dilandasi oleh ilmu, iman dan ketaqwaan, atau pun ideologi dan akidah Islam. Akan melahirkan dan mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di Akhirat.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-50632808208824497522022-07-24T18:55:00.005-07:002022-07-24T19:01:05.488-07:00KITA MUSLIM YANG SATU <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHgRx-oRSzr94qcdaBsTgAXoZuX3uPkVaD-DCHD5SLjKq_3jxBngCAHCx-wVa9J-sqMoQwXtgVw29p9eXGycdgC8Fs4KDQWQ0u3YMEnCFPXBtYzPS2ZgAQ4Bv551wiQ7afUTW4iDHPSfwYr-ocBgpKUhDchcWCSe3IAeHNnbZZfMxSyia7iulMXdGx/s1080/IMG-20220709-WA0166.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHgRx-oRSzr94qcdaBsTgAXoZuX3uPkVaD-DCHD5SLjKq_3jxBngCAHCx-wVa9J-sqMoQwXtgVw29p9eXGycdgC8Fs4KDQWQ0u3YMEnCFPXBtYzPS2ZgAQ4Bv551wiQ7afUTW4iDHPSfwYr-ocBgpKUhDchcWCSe3IAeHNnbZZfMxSyia7iulMXdGx/s320/IMG-20220709-WA0166.jpg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Kita adalah Mukmin, Mukmin adalah Muslim, dan kita Muslim adalah umat Islam. Umat Islam itu adalah bersaudara yang satu tubuh, dan satu jiwa. Serta satu pemikiran dan satu perasaan, yang diikat oleh satu akidah pula, yaitu akidah Islam. </p><p><br /></p><p>Karena itulah, pada hakikatnya umat Islam yang diikat oleh akidah Islam tersebut. Apapun suku, bangsa, warna kulit dan mazhab, maupun harakah dakwahnya. Adalah sejatinya mereka bersaudara yaitu saudara seakidah, seiman dan se-Muslim. </p><p><br /></p><p>Umat Islam itu memiliki fitrah berupa ruh berjama'ah atau syu'ur jama'i. Yang artinya, itulah yang disebut bahwasanya umat Islam itu pada hakikatnya. Adalah satu tubuh, satu jiwa, satu pemikiran dan satu perasaan. Serta satu-kesatuan yang tak terpisahkan. </p><p><br /></p><p>Dan umat Islam itu, tidak akan bisa hidup sebatang kara, atau hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Serta tidak akan bisa hidup dalam keterpecahan dan perpecahan. Sebab, secara alamiahnya dan fitrahnya, umat Islam itu saling membutuhkan antar satu sama lainnya. </p><p><br /></p><p>Karena itu, umat Islam dalam memenuhi nalurinya (gharizah). Baik naluri beragama, naluri mempertahankan hidupnya, maupun naluri melanjutkan keturunan. Dan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya (hajatul 'udhawiyah). Maka, sebuah keniscayaan umat Islam itu pasti akan berinteraksi antar satu sama lainnya. </p><p><br /></p><p>Mereka pun, mestilah bergaul dan berkumpul bersama-sama. Serta dengan dorongan akidah Islam atau mabda' (ideologi) Islam, yang sudah mengkristal (ber-mutajasad) di dalam benak umat Islam tersebut. </p><p><br /></p><p>Maka, mereka pun secara alamiah akan bersatu membentuk barisan jama'ah yang lebih besar nan kokoh. Dan mereka pun akan saling menjaga, serta saling membela, dan saling melindungi. </p><p><br /></p><p>Bahkan, umat Islam itu pun akan saling mencintai dan saling menyayangi karena Allah. Sebagai bukti ketaatan dan kecintaan, serta loyalitas mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, serta juga kepada Islam itu sendiri. </p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, sesungguhnya kita umat Islam adalah Muslim yang satu, yaitu satu umat dan umat yang satu. Yakni, umat Islam yang notabene adalah umatnya Nabi Muhammad Saw. </p><p><br /></p><p>Yang dijuluki "Khairu Ummah ukhrijat linnaas (umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia)". Untuk menebar Islam rahmatan lil 'alamin, yang menebar rahmah dan berkah bagi seluruh penjuru alam. </p><p><br /></p><p>Jadi, kita Muslim yang satu itu adalah satu akidah, satu ideologi, satu agama, satu Nabi, satu kiblat, satu aturan, satu hukum, satu bendera, satu negara dan satu kepemimpinan. Bahkan, umat Islam itu pun sesungguhnya satu sejarah asal-usul jati dirinya. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (QS. Al-Baqarah: 213).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan juga kita umat Islam, sebagai Mukmin ataupun sebagai Muslim yang satu itu. Benar-benar bagaikan satu bangunan yang kokoh, dan saling mengokohkan pula satu sama lainnya. </p><p><br /></p><p>Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Saw, beliau bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Orang Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.’ Kemudian beliau menganyam jari-jemarinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hadits An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Saw, beliau bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>«مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Orang-orang Mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)’.” (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hadits Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Saw, beliau bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>«إِنَّ الْمُؤْمِنَ مِنْ أَهْلِ الْإِيمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ يَأْلَمُ الْمُؤْمِنُ لِأَهْلِ الْإِيمَانِ كَمَا يَأْلَمُ الْجَسَدُ لِمَا فِي الرَّأْسِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Orang Mukmin bagi ahli iman seperti kedudukan kepala bagi tubuh, rasa sakit seorang mukmin bagi ahli iman seperti tubuh merasa sakit karena (penyakit) yang ada di kepala.” (HR. Ahmad).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah Saw dari Nabi Saw bersabda: “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya. Dia tidak akan mendzhaliminya dan tidak akan pula menyerahkannya kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang Muslim, niscaya Allah akan melapangkan pula kesulitan-kesulitannya di Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang Muslim, niscaya Allah akan menutupi pula kesalahannya kelak di Hari Kiamat." (HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580, Ahmad no. 5646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426; dari Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>عَنْ أبْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ لا يَضْلِمُهُ ولايخذله وَلا يُسْلِمُهُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata: "Rasulullah Saw bersabda: Seorang Muslim itu adalah saudara Muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan mendzhalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)... </p><p><br /></p><p><br /></p><p>... Harusnya, sudah sepatutnyalah kita sebagai umat Islam itu akur dan guyub. Serta wajib kembali bersatu dan istiqamah sedulur saklawase dari dunia hingga akhirat. </p><p><br /></p><p>Dan kita umat Islam pun, sebagai Muslim yang satu harusnya tidak boleh berpecah-belah. Seperti buih di atas lautan yang dihempas gelombang ombak lautan. Ataupun, seperti banyaknya batang lidi yang berserakan di lantai, tanpa simpul ikatan yang mengikatnya. </p><p><br /></p><p>Kita sebagai Muslim yang satu. Justru harusnya, seperti banyaknya batang lidi yang terikat kuat nan kokoh dalam sebuah simpul ikatan. Dan juga, seperti kawanan jutaan hingga milyaran ikan teri, yang bersatu dalam sistem formasi kawanan raksasa ikan teri di tengah kedalaman samudera. Hingga ditakuti oleh ikan-ikan predator yang hendak memangsanya. </p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, Allah SWT telah melarang kita untuk berpecah-belah dan saling bermusuhan. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran: 103).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi, saudaraku umat Islam dimana pun kalian berada! Sungguh, bila kita Muslim yang satu ini kembali bersatu. Dalam ikatan simpul akidah Islam yang satu. </p><p><br /></p><p>Maka, niscaya kita akan kembali bersatu teguh dan menjadi kokoh. Serta bisa kembali menjelma, menjadi satu adidaya raksasa super power "Khalifatullah fil Ardhi". Seperti di masa lalu, kita pernah berjaya selama rentang 13 abad lamanya, dan menguasai 2/3 dunia, serta menjadi mercusuar dunia. </p><p><br /></p><p>Namun, sebaliknya bila kita Muslim yang satu ini tetap berpecah-belah dan juga tetap saling bermusuh-musuhan. Maka, kita rapuh dan kian terus terjajah, serta terhina, dan binasa. </p><p><br /></p><p>Seperti, kondisi kita saat ini, di berbagai belahan penjuru negeri dan juga di penjuru negeri ini. Hingga kondisi kita laksana anak ayam yang kehilangan induknya. Dan juga bagaikan kebun tanpa pagar. Serta bagaikan menu hidangan di atas meja makan, yang diperebutkan oleh orang-orang yang kelaparan dan sangat rakusnya. </p><p><br /></p><p>Karena itulah, bersatu kita teguh, kuat nan kokoh, dan berjaya. Namun, bila sebaliknya kita bercerai-berai dan saling bermusuh-musuhan. Maka kita rapuh, lemah dan terjajah, tertindas serta terhina dan binasa.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>#IstiqamahBersaudara</p><p>#SedulurSaklawase</p><p>#UmatIslamUmatYangSatu</p><p>#IslamSatukanUmat</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-65274248750327454162022-07-24T17:14:00.000-07:002022-07-24T17:14:04.362-07:00ISLAM YES, KHILAFAH YES <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkfWg-hc9CHT8yJ9svept_Tky1hKzii0SD9uteWT7nl8YurBCgccPRjl5kmrocoRXciTgxew_735UxwN-xF-oDekrINIoBmq61liZRlgh33cCCGjOrxkKENLciay_cX1l9DG8tf-C5RtCP7WX3PtwzzWU4WWAAU30ObFXGlD-q9EloGLzWYaUq11ox/s1024/IMG_20220715_140602_603.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkfWg-hc9CHT8yJ9svept_Tky1hKzii0SD9uteWT7nl8YurBCgccPRjl5kmrocoRXciTgxew_735UxwN-xF-oDekrINIoBmq61liZRlgh33cCCGjOrxkKENLciay_cX1l9DG8tf-C5RtCP7WX3PtwzzWU4WWAAU30ObFXGlD-q9EloGLzWYaUq11ox/s320/IMG_20220715_140602_603.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Setan itu ada dua jenis. Pertama, setan dari jenis golongan jin. Dan yang kedua, setan dari jenis golongan manusia.</p><p><br /></p><p>Dan kedua setan tersebut, sama-sama suka menggoda umat manusia. Juga meniupkan keragu-raguan dan rasa was-was, dalam benak umat manusia. Serta mereka pun memerintahkan yang munkar dan mencegah yang ma'ruf.</p><p><br /></p><p>Kedua setan itu, seringkali membolak-balikkan fakta, juga sering kali menjungkir-balikkan logika akal dan hati nurani manusia.</p><p><br /></p><p>Mereka menjadikan yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Yang bohong dan khianat dianggap jujur, dan yang jujur dianggap bohong dan khianat.</p><p><br /></p><p>Terus-menerus begitu selalu setiap saat yang mereka kerjakan. Untuk mengganggu, menggoda, menyesatkan dan menjerumuskan umat manusia. Dalam kesesatan, kemaksiatan, kedzaliman, kemungkaran, kekufuran, kejahatan dan dosa.</p><p><br /></p><p>Jika kita diganggu oleh setan dari jenis golongan jin, maka terkadang cukup kita bacakan ayat kursi. Maka, si setan dari golongan jin itu pun langsung kabur terbirit-birit sambil kepanasan.</p><p><br /></p><p>Namun, jika setan dari golongan manusia mengganggu kita. Maka, terkadang bila kita bacakan ayat kursi dia tidak juga kunjung mau kabur. Kecuali, bila kita "lempar pakai kursi", maka si setan dari jenis golongan manusia itu pun biasanya barulah kabur terbirit-birit ketakutan.</p><p><br /></p><p>Yang paling berbahaya dari kedua jenis setan tersebut, adalah sekelompok setan liberal. Setan liberal mereka terkadang pandai beretorika ilmiah dan bernas.</p><p><br /></p><p>Sehingga sukses banyak menyesatkan umat manusia. Dan sukses pula memurtadkan secara politis dan ideologis, banyak umat Islam menjadi pengikut setianya.</p><p><br /></p><p>Diantara ajaran dan bisikan sesat setan liberal, adalah kata setan liberal itu: "Bahwasanya Khilafah itu bukan rukun iman dan bukan rukun Islam". Jadi kata si setan liberal: "Khilafah itu tidak wajib, jadi Islam yes, Khilafah no", katanya.</p><p><br /></p><p>Duh kirain pinter itu setan liberal. Padahal, menuntut ilmu, dakwah dan jihad. Serta hukum qishash juga bukan rukun iman dan bukan rukun Islam lho ?!</p><p><br /></p><p>Lantas apakah menuntut ilmu, dakwah dan jihad serta, hukum qishash juga menjadi tidak wajib. Karena, menuntut ilmu, dakwah dan jihad serta, hukum qishash itu tidak termasuk rukun iman dan rukun Islam menurut logika setan liberal tersebut ?!</p><p><br /></p><p>Sehingga apakah juga menurut logika setan liberal itu Islam yes, menuntut ilmu no, dakwah dan jihad no serta hukum qishash juga no, begitu ?!</p><p><br /></p><p>Padahal, jelas dalam Islam bahwasanya menuntut ilmu, dakwah dan jihad. Serta hukum qishash itu hukumnya wajib. Sekalipun bukan termasuk rukun iman, dan bukan rukun Islam.</p><p><br /></p><p>Sebab, menuntut ilmu, dakwah dan jihad, serta hukum qishash adalah bagian dari ajaran Islam. Yang hukumnya wajib, dan dalilnya pun banyak termaktub dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Sekalipun menuntut ilmu, dakwah dan jihad, serta hukum qishash tersebut. Tidak termasuk rukun iman dan rukun Islam.</p><p><br /></p><p>Namun, dalam Islam sesungguhnya menuntut ilmu, dakwah dan jihad, serta hukum qishash. Itu adalah tuntutan dan tuntunan dari rukun iman dan rukun Islam itu sendiri.</p><p><br /></p><p>Jadi, Islam yes, menuntut ilmu yes, dakwah dan jihad yes. Serta hukum qishash juga yes.</p><p><br /></p><p>Sama halnya dengan Khilafah, sekalipun Khilafah tidak termasuk rukun iman dan rukun Islam. Tapi, Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam itu sendiri. Yang juga hukumnya wajib, dan dalilnya pun banyak, termaktub dalam Al-Quran dan As-Sunnah.</p><p><br /></p><p>Sesungguhnya, tanpa Khilafah. Maka, akan banyak sekali hukum-hukum Islam itu -khususnya yang terkait mu'amalah (politik, ekonomi, sosial, budaya, pergaulan hidup pria-wanita,pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan)- tidak bisa diterapkan secara totalitas dan secara sempurna dalam segala aspek kehidupan.</p><p><br /></p><p>Bukankah, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk masuk Islam secara totalitas (kaffah). Dan Allah SWT pun melarang kita untuk mengikuti jejak langkah setan yang terkutuk. Sebagaimana dalam firman-Nya, yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 208 ?!</p><p><br /></p><p>Seperti contoh: QS. Al-Baqarah: 178, perihal kewajiban melakukan hukum qishash. Lantas bagaimanakah caranya menerapkan dan mengamalkan QS. Al-Baqarah: 178 tersebut, jika bukan dengan Khilafah ?!</p><p><br /></p><p>Bahkan, sesungguhnya Khilafah pernah ada dan pernah berkuasa. Serta pernah berjaya selama rentang 13 abad lebih lamanya. Sehingga Islam bisa tersebarluas ke segala penjuru dunia. Hingga Islam pun bisa sampai ke negeri Nusantara kita ini. Sehingga kita pun menjadi mayoritas Muslim di negeri ini.</p><p><br /></p><p>Bahkan, dalam Islam sesungguhnya Khilafah itu sendiri. Justru merupakan tuntutan dan tuntunan, dari rukun iman dan rukun Islam itu sendiri.</p><p><br /></p><p>Sebab, Khilafah adalah ajaran Islam dan warisan Rasulullah Saw. Serta sunnah Rasulullah Saw, dan mahkota kewajiban dalam Islam.</p><p><br /></p><p>Karena dalam Islam, Khilafah adalah metode baku (thariqah) dalam menerapkan, menjaga dan menyebarluaskan Islam. Secara totalitas dan secara sempurna, dalam segala aspek kehidupan dan ke segala penjuru dunia.</p><p><br /></p><p>Jadi, Islam yes, Khilafah yes !!!</p><p><br /></p><p>Demokrasi no, kapitalisme sekularisme no dan liberalisme juga no..!!!</p><p><br /></p><p>Sosialisme komunisme juga no..!!!</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>#IslamYes</p><p>#KhilafahYes</p><p>#DemokrasiNo</p><p>#KapitalismeSekulerismeNo</p><p>#LiberalismeNo</p><p>#SosialismeKomunismeNo</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-33301683670478723282022-07-24T16:20:00.001-07:002022-07-24T16:20:16.588-07:00Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhoFQ42v3Bd9-_M0UEpix6fG0QPllRIds-A2MlGw1Rr_UawvUAuvWIicnlISAYbOaEm-EPQzP1uH66ok_EcGVoMEPFBJMSFMZlHMToeXQtsQA9YkQMlnqj8bx27Z-MQDTbZ6fyp4ykJuZJZJeG1sNBofG0gOcZNqY2VHYhj-cQquA2eJCCGdJQqrFH/s1080/IMG-20220724-WA0102.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhoFQ42v3Bd9-_M0UEpix6fG0QPllRIds-A2MlGw1Rr_UawvUAuvWIicnlISAYbOaEm-EPQzP1uH66ok_EcGVoMEPFBJMSFMZlHMToeXQtsQA9YkQMlnqj8bx27Z-MQDTbZ6fyp4ykJuZJZJeG1sNBofG0gOcZNqY2VHYhj-cQquA2eJCCGdJQqrFH/s320/IMG-20220724-WA0102.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Pada tanggal 30 Oktober 1918, gencatan senjata Mudros menandai kekalahan dan berakhirnya partisipasi Kesultanan (Khilafah) Utsmaniyah dalam Perang Dunia I. Setelah itu, <b>Sekutu yang menang mulai menduduki wilayah Utsmaniyah </b>pada 12 November 1918. </p><p><br /></p><p><b>Sekutu ingin membubarkan Khilafah Utsmaniyah</b>. Akibatnya, Perjanjian Sèvres ditandatangani pada 10 Agustus 1920, yang berusaha untuk menghapuskan Khilafah Utsmaniyah dan membagi wilayahnya. Karena perjanjian itu memberlakukan persyaratan yang berat, itu tidak diterima oleh nasionalis Turki. </p><p><br /></p><p>Sementara Perjanjian Sèvres masih dalam pembahasan, gerakan nasional Turki di bawah Mustafa Kemal Pasha mendirikan Majelis Nasional Agung Turki di Ankara pada April 1920 dan memisahkannya dari Pemerintah Utsmaniyah di Istanbul. </p><p><br /></p><p>Sementara itu, orang-orang Yunani telah memulai operasi militer di Anatolia untuk menekan Kesultanan Utsmaniyah agar menerima Perjanjian Sèvres. Namun kemenangan Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal dalam Perang Kemerdekaan Turki memaksa Yunani untuk menandatangani Gencatan Senjata Mudanya pada 11 Oktober 1922. Perjanjian tersebut mengakhiri perang antara Turki, Yunani, dan Sekutu. Menurut persyaratan, orang-orang Yunani harus meninggalkan Trakia Timur. Setelah </p><p><br /></p><p>Mengikuti Perjanjian Mudanya, proses perdamaian sekali lagi dimulai dengan undangan Sekutu kepada pemerintah di Istanbul dan Ankara untuk mengirim perwakilan ke konferensi perdamaian. Namun <b>Majelis Nasional Agung Ankara menanggapi dengan membubarkan Kesultanan Utsmaniyah</b> pada 1 November 1922.</p><p><br /></p><p>Majelis Nasional Turki kemudian memilih semua perwakilan Turki untuk konferensi, dengan demikian memecahkan masalah perwakilan. Konferensi Perdamaian Lausanne secara resmi dimulai pada 20 November. </p><p><br /></p><p>Perjanjian Lausanne ditandatangani pada 24 Juli 1923, dan mengakhiri pendudukan Istanbul. Pasukan terakhir Sekutu berangkat dari kota pada 04 Oktober 1923. </p><p><br /></p><p>Turki juga harus menyerahkan bekas provinsi Arabnya dan mengakui kepemilikan Inggris atas Siprus dan kepemilikan Italia atas Dodecanese. Perantara menyebabkan pengakuan internasional atas kedaulatan Republik Turki yang baru. Republik Turki dideklarasikan pada 29 Oktober 1923, dengan Mustafa Kemal Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya. [] </p><p><br /></p><p>_@fiveminthistory_</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-84077324470207812632022-07-24T15:55:00.000-07:002022-07-24T15:55:01.790-07:00HIJRAH ITU LILLAH <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8me_IbAXjLG8-JaNE-V93LJUrvTPPJXoi4Qnfa2Y9DDRjlJFt13dtQpoAQ3Gdn7SyUpk5454_eVFy_MqfDeu7nwziF-zQOPOXzLh0q3j-VnhuuTHaWEhwxU1ZPn9UXHtKIj6dtEpDswXY41mkdC2eX-apyLlxvMRaf1FKeQr4QsGXFz-yDvwGJHEw/s787/IMG_20220723_131858_350.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="787" data-original-width="787" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8me_IbAXjLG8-JaNE-V93LJUrvTPPJXoi4Qnfa2Y9DDRjlJFt13dtQpoAQ3Gdn7SyUpk5454_eVFy_MqfDeu7nwziF-zQOPOXzLh0q3j-VnhuuTHaWEhwxU1ZPn9UXHtKIj6dtEpDswXY41mkdC2eX-apyLlxvMRaf1FKeQr4QsGXFz-yDvwGJHEw/s320/IMG_20220723_131858_350.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Mungkin diantara kita, dahulu ada yang hidupnya bergelimang dengan maksiat dan dosa. Serta hidup dalam kejahiliyahan.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan mungkin pula, banyak diantara kita masih melalaikan kewajiban ibadah kepada Allah. Dan juga tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Namun, sebaik-baik orang yang maksiat dan berdosa serta lalai. Adalah mereka yang segera bertaubat dan segera hijrah (pindah).</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Yaitu, hijrah (pindah) dari kekufuran, kejahiliyahan, maksiat dan dosa, kepada Islam secara kaffah, dan ibadah. Serta ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya semata.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan berupaya semaksimal mungkin terikat dengan Syariah-Nya secara kaffah, dalam segala aspek kehidupan. Juga, tiada bosannya berupaya meng-upgrade atau pun meningkatkan kualitas dan kuantitas ilmu, iman dan taqwa dalam diri.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Serta tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama, untuk kedua kalinya atau pun kesekian kalinya. Sekaligus pula, totalitas meninggalkan kekufuran, ketidaktaatan, maksiat dan dosa atau pun kejahiliyahan tersebut.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, hijrah itu haruslah yang pertama dan yang paling utama. Terlebih dahulu niatnya diluruskan, wajib didasari dan dilandasi lillah (karena Allah). Bukan didasari oleh sesuatu yang lainnya atau pun kepentingan lainnya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Meskipun, mungkin seringkali kita terasa lelah dalam menjalani proses hijrah. Dan meskipun seringkali kita pula, digoda oleh gemerlapnya dunia dan masa lalu kita.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi, hijrah itu mutlak harus lillah dan konsisten lillah. Serta hanya mengharapkan ridha-Nya semata. Sekaligus juga, mengharapkan ampunan-Nya, rahmah, mahabbah dan berkah-Nya semata pula.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah [2]: 218).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً </p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (QS. An-Nisaa' [4]: 100).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari, No. 1 dan Muslim, No. 1907, [dan Hadits ke-1 Arba'in Nawawi: Amal Tergantung Niat]).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>#HijrahBarengBareng</p><p>#HijrahKaffah</p><p>#HijrahKeIslamKaffah</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-84601867029571005372022-07-24T15:50:00.001-07:002022-07-24T15:50:41.863-07:00ISLAM ITU ADIL, DEMOKRASI ITU ZALIM <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrR1Mx7nexXgIesLwc8OvrOaRHeR0YO3VYBfnWSa_QyIeft-bP5Ff-AQzkiNR0b7yKoOpAqxVKSddTH_45Q7X87ecKHwpt4NUDCOLkSf7VZ9bnWkKWocsUH7yMLy-1gf70Ka5bvXr3t_gU3qyjG5ZSUzgJ_iQERicdwCC8LGtWuQM8Xg5SAtTyk5a0/s1080/IMG-20220723-WA0077.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrR1Mx7nexXgIesLwc8OvrOaRHeR0YO3VYBfnWSa_QyIeft-bP5Ff-AQzkiNR0b7yKoOpAqxVKSddTH_45Q7X87ecKHwpt4NUDCOLkSf7VZ9bnWkKWocsUH7yMLy-1gf70Ka5bvXr3t_gU3qyjG5ZSUzgJ_iQERicdwCC8LGtWuQM8Xg5SAtTyk5a0/s320/IMG-20220723-WA0077.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Di negara demokrasi itu, sangat banyak sekali yang namanya pengadilan. Dan juga banyak sekali gedung pengadilan. Beserta petugas pengadilan, dan aparat penegak hukum keadilan.</p><p><br /></p><p>Namun, keadilan di dalam negara demokrasi itu realitas faktanya tidak ada. Sebab, keadilan dalam negara demokrasi itu, hanyalah ilusi belaka. Yang tersimpan di dalam kotak pandora hitam, penuh noda, ilusi dan fatamurgana.</p><p><br /></p><p>Jadi, sangat wajar dalam negara demokrasi itu, hukum itu laksana pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Bahkan, parahnya kini hanya makin tajam ke Islam, namun justru makin tumpul ke kafir.</p><p><br /></p><p>Sesungguhnya keadilan itu hanya ada pada Islam. Sebab, Islam adalah keadilan itu sendiri. Selain Islam pasti zalim, kufur dan bathil.</p><p><br /></p><p>Karena itulah, demokrasi itu pasti zalim, kufur dan bathil. Juga demokrasi sesat menyesatkan dan haram.</p><p><br /></p><p>Jadi, mustahil demokrasi itu adil, dan mustahil pula bisa mewujudkan keadilan. Justru, demokrasi itu menjadi biang masalah berbagai kezaliman, penjajahan dan kerusakan. Di berbagai penjuru muka bumi ini, dan khususnya pula di seluruh penjuru negeri ini.</p><p><br /></p><p>Maka, hanya Islam yang adil dan mampu pula mewujudkan keadilan itu sendiri. Sebab, Islam bersumber dari Dzat Yang Maha Adil. Yaitu, Allah SWT Sang Maha Pencipta dan Maha Penguasa alam semesta, manusia, dan kehidupan.</p><p><br /></p><p>Allah itu Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Dan Allah itu Maha Tahu apa yang terbaik bagi umat manusia, kehidupan dan alam semesta. Maka itulah, Allah menurunkan dan hanya memilih Islam. Sebagai agama, ideologi, way of life, dan sistem kehidupan yang paripurna dan terbaik. Bagi seluruh umat manusia, kehidupan dan alam semesta tersebut.</p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, Islam memiliki fikrah (pemikiran/mafahim/blueprint/konsepsi)-nya. Berupa seperangkat sistem peraturan hidup (an-Nidzham), yang menjadi solusi real untuk mewujudkan keadilan itu sendiri. Yaitu, Syariah Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Dari perkara akidah, ibadah, makanan, minuman, pakaian, nafsiyah, dan akhlaqiyah. Hingga pula perkara mu'amalah [politik, ekonomi, sosial, budaya, pergaulan pria-wanita, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan]).</p><p><br /></p><p>Dan Islam pun memiliki thariqah (roadmap/metodologi)-nya, untuk menerapkan Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Yaitu, berupa kiyan siyasiy (institusi politik). Yang disebut Khilafah/Imamah (Daulah Islam/Darul Islam). Sehingga terwujudlah keadilan tersebut, di muka bumi dan di alam semesta.</p><p><br /></p><p>Dan ini pernah terbukti selama lebih dari 13 abad lamanya. Ketika Khilafah/Imamah (Daulah Islam/Darul Islam) masih ada dan memimpin peradaban dunia. Sejak masa Rasulullah Saw berhasil mendirikan Daulah Islam yang pertama di Madinah. Dan kemudian beliau Saw pun menjadi kepala negara pertamanya. Kemudian dilanjutkan masa Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, dan Khilafah Abbasiyah. Hingga terakhir Khilafah Utsmaniyah, yang berakhir pada 03 Maret 1924 masehi.</p><p><br /></p><p>Jadi, sangat wajar dan logis. Bila banyak ilmuwan dan sejarawan Barat, yang secara objektif meneliti sejarah Khilafah. Akhirnya, mereka berkesimpulan mengakui keadilan dalam negara Khilafah Islam. Dan mereka pun memuji Khilafah Islam tersebut.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Mereka diantaranya seperti:</p><p><br /></p><p>*1. Thomas Walker Arnold (Sejarahwan Kristen)*</p><p><br /></p><p>T.W. Arnold ini adalah seorang orientalis dan sejarawan Kristen. Meski dia beragama Kristen, ia ternyata memuji kerukunan beragama dalam negara Khilafah. Dalam bukunya, The Preaching of Islam: A History of Propagation Of The Muslim Faith. Ia banyak membeberkan fakta-fakta kehidupan beragama dalam negara Khilafah. Ia berkata:</p><p><br /></p><p>"The treatment of their Christisn subject by of Ottoman emperors -at least for two centuries after their conquest of greece- exhibits a toleration such as was at that time quite uknown in the rest of Eroupe (Perlakuan terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Khilafah Turki Utsmani -selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani- telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa)." [The Preaching of Islam: A History of Propagation Of The Muslim Faith, 1896, hlm. 134].</p><p><br /></p><p>Dia juga berkata:</p><p><br /></p><p>"....Kaum kalvinis Hungaria dan Transilvania serta Negara Utaris (Kesatuan). Yang kemudian menggantikan kedua negara tersebut, juga lebih suka tunduk pada pemerintah Turki daripada berada dibawah pemerintahan Hapsburg yang fanatik: kaum protestan Silesia pun sangat menghormati pemerintah Turki dan bersedia membayar kemerdekaan mereka dengan tunduk pada hukum Islam... kaum Cossack yang merupakan penganut kepercayaan dan selalu ditindas oleh Gereja Rusia, menghirup suasana toleransi dengan kaum Kristen dibawah pemerintahan Sultan."</p><p><br /></p><p>Orientalis Inggris ini juga berkata:</p><p><br /></p><p>"Ketika Konstantinopel dibuka oleh keadilan Islam pada 1453, Sultan Muhammad II menyatakan dirinya pelindung gereja Yunani. Penindasan pada kaum Kristen dilarang keras dan untuk itu dikeluarkan sebuah dekrit yang memerintahkan penjagaan keamanan pada uskup Agung yang baru terpilih, Gennadios, beserta seluruh uskup dan penerusnya. Hal yang tak pernah didapatkan dari penguasa sebelumnya. Gennadios diberi staf keuskupan oleh Sultan sendiri. Sang Uskup juga berhak meminta perhatian pemerintah dan keputusan Sultan untuk menyikapi para gubernur yang tidak adil..."</p><p><br /></p><p><br /></p><p>*2. Will Durant (Sejarawan Barat)*</p><p><br /></p><p>Will Durant adalah seorang sejarahwan barat. Kalau T.W. Arnold tadi memuji kerukunan beragama negara Khilafah, Will Durant justru memuji kesejahteraan negara Khilafah. Dalam buku yang ia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, ia mengatakan:</p><p><br /></p><p>"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka."</p><p><br /></p><p><br /></p><p>*3. Mary McAleese (Presiden ke-8 Irlandia)*</p><p><br /></p><p>Orang ketiga yang memuji negara Khilafah adalah Mary McAleese. Ia adalah Presiden ke-8 Irlandia yang menjabat dari tahun 1997 sampai 2011 . Selain Presiden, Ia juga anggota Delegasi Gereja Katolik Episkopal untuk Forum Irlandia Baru pada 1984 dan anggota delegasi Gereja Katolik ke North Commission on Contentious Parades pada 1996. Meski dia beragama kristen Katolik, namun tak disangka, ia memuji kedermawanan negara Islam (negara Khilafah).</p><p><br /></p><p>Dalam pernyataan persnya, ia memuji bantuan Khilafah Turki Utsmani ke negaranya, Irlandia, sekitar tahun 1847. Bantuan itu dikirimkan ke Irlandia saat terkena musibah kelaparan hebat (The Great Famine), yang membuat 1 juta penduduknya meninggal dunia. Terkait bantuan itu, Mary McAleese berkata:</p><p><br /></p><p>“Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini,"</p><p><br /></p><p>Untuk mengenang jasa Khilafah tersebut, kini Irlandia menggunakan logo Khilafah Turki Utsmani (Bulan Sabit) di Club Sepak Bolanya. "Selain itu, kita melihat simbol-simbol Turki pada seragam tim sepak bola kita," katanya.</p><p><br /></p><p> </p><p>*4. Karen Amstrong (Mantan Biarawati)*</p><p><br /></p><p>Tak hanya dari kalangan sejarahwan dan presiden saja yang memuji Khilafah. Namun, kalangan mantan biarawati pun takjub akan Khilafah. Siapa dia? Dialah Karen Amstrong. Dia adalah mantan biarawati sekaligus penulis terkenal.</p><p><br /></p><p>Tak beda jauh dengan T.W. Arnold, penulis Amstrong ini juga memuji kehidupan beragama yang ada dalam negara Khilafah (baca: peradaban Islam). Dalam negara Khilafah, agama selain Islam mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Bahkan, menurut Karen Amstrong, kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di Andalusia. "Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus" tulis Karen Amstrong.</p><p><br /></p><p>[<a href="http://m.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2017/10/19/53842/empat-orang-barat-ini-memuji-negara-khilafah/">http://m.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2017/10/19/53842/empat-orang-barat-ini-memuji-negara-khilafah/</a>].</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>So my brothers, do you still want democracy or do you just choose the Khilafah ?!</p><p><br /></p><p>Wis Khilafah wae, titik tidak pakai koma. Khilafah yes, Syariah yes, Islam yes. Dan demokrasi no, kapitalisme no, sekulerisme no, titik.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>#DemokrasiNo</p><p>#IslamYes</p><p>#SyariahKhilafahYes</p><p>#ReturnTheKhilafah</p><p>#KhilafahReborn</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-89571953814551901802022-07-22T23:08:00.000-07:002022-07-22T23:08:03.203-07:00KONTINU BERAMAL SHALIH <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimMtR0XxTnlgSJ-tS70dym0syp02418ULk2BDvzjwDGV2J7nhxKdiHMavd541qQ1yysr22062jfuwzh-t733-SOYGx9klTiGB-8odoTods9o7MB-7snRUBaILZkgEWfBD0vQIvSvacPt1J4YP8qsSVdE2pMhDX85muZLf9wQB8fo63IAJIXkhQdCND/s1040/IMG-20220722-WA0023.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimMtR0XxTnlgSJ-tS70dym0syp02418ULk2BDvzjwDGV2J7nhxKdiHMavd541qQ1yysr22062jfuwzh-t733-SOYGx9klTiGB-8odoTods9o7MB-7snRUBaILZkgEWfBD0vQIvSvacPt1J4YP8qsSVdE2pMhDX85muZLf9wQB8fo63IAJIXkhQdCND/s320/IMG-20220722-WA0023.jpg" width="240" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam Islam agama kita ini, yang namanya amal shalih atau ibadah itu ada banyak sekali ragamnya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Baik yang hukumnya wajib (fardhu), maupun yang hukumnya sunnah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Baik itu ibadah yang bentuknya mahdhah (ritual), maupun ibadah yang bentuknya ghairu mahdhah (bukan ritual/terkait mu'amalah).</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT menyukai dan mencintai hamba-Nya, yang konsisten dan kontinu dalam beramal shalih tersebut. Baik beramal shalih yang banyak, atau meskipun sedikit. </p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hal ini, dijelaskan dalam beberapa hadits Rasulullah Saw.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Diantaranya dari Masruq meriwayatkan, bahwasanya beliau berkata kepada Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘Anha:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَتْ : الدَّائِمُ ، قُلْتُ : فَأَيُّ اللَّيْلِ كَانَ يَقُومُ ؟ قَالَتْ : إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Amalan apa yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw? Maka, Aisyah Ra menjawab, 'Yang terus-menerus dilakukan'. Kemudian Masruq berkata lagi, 'Diwaktu apa pada malam hari Rasulullah Saw bangun untuk shalat?' Maka, Aisyah Ra menjawab, 'Apabila beliau mendengar ayam jantan berkokok'." (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>'Alqomah pernah bertanya pula pada Ummul Mukminin 'Aisyah Ra, "Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah Saw beramal ? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal ?” 'Aisyah Ra menjawab:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau Saw lakukan." (HR. Muslim no. 783).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Nabi Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan ketahuilah bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p> أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin dilakukan meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim, Lihat Shahiihul Jaami’ no. 163).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi Saw. Beliau Saw juga bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari).</p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, semoga kita tetap konsisten dan kontinu dalam beramal shalih tersebut. Meskipun sedikit sekalipun. Namun, banyak itu lebih baik dan afdhaliyah demikian.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Semata-mata hanya mengharapkan ridha, mahabbah, dan rahmah Allah. Juga maghfirah atau ampunan dan berkah Allah SWT. Aaamiin. </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-78549182724121879392022-07-22T21:47:00.002-07:002022-07-22T21:47:56.321-07:00SEKOLAH HAKIKI ANAK <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXm9Rhfw4d12liSA1HN3L18pI6n5g8HGH0ohlgcRoXDOLh5H5os7KZPC1GNQJOszSykG9QkxzYylFGyl19NUsX-39sqObSGm-NWkSPpE8xWydxqAq02KoQ-vqrsheSgnl3PNmS_rvxiaDXp86rUCqavr67LRt8Tsyt2v7GNw4_U6DtJvDPotRIDSDZ/s640/IMG_20220721_170927_989.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXm9Rhfw4d12liSA1HN3L18pI6n5g8HGH0ohlgcRoXDOLh5H5os7KZPC1GNQJOszSykG9QkxzYylFGyl19NUsX-39sqObSGm-NWkSPpE8xWydxqAq02KoQ-vqrsheSgnl3PNmS_rvxiaDXp86rUCqavr67LRt8Tsyt2v7GNw4_U6DtJvDPotRIDSDZ/s320/IMG_20220721_170927_989.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Anak-anak itu melihat dan mencontoh kedua orang tuanya. Dan anak-anak itu kesehariannya di rumah, lebih banyak mengkopi-paste keyakinan, kebiasaan dan kehidupan kedua orang tuanya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Selebihnya, anak-anak mengkopi-pastenya dari luar (lingkungan sekitar, masyarakat dan sistem negara). Termasuk dari lingkungan formal sekolah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena itulah, orang tua dan rumah sesungguhnya adalah sekolah hakiki pertama dan selamanya bagi anak-anak. Buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu pula, dengan anak-anak, tidak jauh dari karakter dan perilaku kedua orang tuanya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تَنْتِجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya?" (HR. Bukhari).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Hadits yang sangat populer ini. Menegaskan, bahwa sesungguhnya semua anak manusia itu, fitrahnya baik karena lahir dalam keadaan suci.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bagaikan kertas, semua anak manusia itu terlahir. Seperti kertas putih yang bersih dan lembut, tanpa noda, dan tanpa cacat serta tanpa goresan.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Kedua orang tuanyalah, yang menjadikan anak-anak manusia tersebut. Menjadi Yahudi, Nasrani (Kristen), Majusi, Hindu-Buddha, Atheis, Konghuchu, atau pun Islam. Dan lain-lainnya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Maka, bila kita menghendaki anak-anak kita memiliki karakter khas Mukmin dan Muslim yang sejati. Yakni, berakidah Islam (bertauhid) yang kuat dan kokoh, ideologis, mukhlis, dan berkeribadian Islam (bersyakhsiyah Islamiyah), baik pola pikir dan pola hidupnya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Atau menjadi anak-anak yang shalih-shalihah, dan penyejuk mata, serta beradab. Alias bertaqwa sebenar-benarnya taqwa, dan menjadi generasi Qurani-Rabbani. Serta menjadi Khairu Ummah (umat yang terbaik). Dan menjadi pejuang atau pembela Islam yang terpercaya dan terdepan. </p><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh karena kita, adalah teladan bagi anak-anak kita. Dan kita pun sehari-harinya hidup bersama anak-anak kita di rumah. Serta membersamai mereka hampir setiap harinya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Maka, mutlak kita sebagai orang tua afdhaliyahnya, harus terlebih dahulu menjadi pribadi Muslim (Mukmin) sejati yang shalih-shalihah dan beradab. Kuat dan kokoh akidah Islamnya (bertauhid), serta bersyakhsiyah Islamiyah, dan bertaqwa sebenar-benarnya bertaqwa. Serta pula menjadi pejuang dan pembela Islam yang terpercaya dan terdepan.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Seperti, teladan Agung generasi terbaik Islam yang pertama, yaitu Rasulullah Saw, para Sahabat radhiyallahu 'anhum dan Salafush Shalih. Juga, seperti generasi terbaik setelahnya, pada masa para Ulama-Mursyid dan para pahlawan Islam di era Khilafah Islam.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Tentu dengan kita selalu belajar dan belajar mendulang ilmu. Serta terus mengupgrade diri dengan Tsaqafah Islam (khazanah keilmuwan dan pemikiran Islam) yang kaffah (menyeluruh), secara mendalam dan cemerlang. Dan berkhidmat pula kepada umat dan para Ulama-Mursyid yang hanif dan pejuang.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Serta pula kita pun turut berjuang, bersama barisan jama'ah dakwah kaum Muslimin sedunia. Untuk tegaknya Islam kaffah dan berlanjutnya kembali kehidupan Islam, dalam bingkai Khilafah Rasyidah. Serta demi izzul Islam wal Muslimin, dan dalam meninggikan kalimat Allah yang Maha Agung di seluruh penjuru dunia.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai orang tua yang shalih-shalihah, bersyakhsiyah Islam, ideologis, dan mukhlis. Juga menjadi pejuang Islam, dan pembela Islam yang terpercaya dan terdepan. Serta menjadi sekolah hakiki yang terbaik bagi anak-anak kita. Aaamiin.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-16518128170623276922022-07-18T21:23:00.001-07:002022-07-18T21:23:32.020-07:00Ketika Usulkan Lima Asas Pancasila, Bung Karno Akui Terinspirasi dari Tokoh Freemasonry <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFL5cYdTV0X7ZiwrT4WtNHiOmkONe5yut6K7nqVdOR--MtwAhiwadV3k2-MPeLL7XY2oOfReMd1gIEpAXjk7zv9m50gafOLxrwhWtmtW2g9b2IUin1toIDhOiK5nji7wyw4SrvA4I8JAnJvFgnPFiL9E-vCux1aqubFNGJgy3MlhwEDB1F6zJnwmXn/s1080/IMG-20220718-WA0070.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFL5cYdTV0X7ZiwrT4WtNHiOmkONe5yut6K7nqVdOR--MtwAhiwadV3k2-MPeLL7XY2oOfReMd1gIEpAXjk7zv9m50gafOLxrwhWtmtW2g9b2IUin1toIDhOiK5nji7wyw4SrvA4I8JAnJvFgnPFiL9E-vCux1aqubFNGJgy3MlhwEDB1F6zJnwmXn/s320/IMG-20220718-WA0070.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Ide Pancasila bukan terinspirasi dari khazanah budaya bangsa. Filolog Salman Iskandar mengatakan, Bung Karno mengakui ketika mengusulkan lima asas terpengaruh salah satu tokoh Freemasonry.</p><p><br /></p><p>"Bung Karno mengakui juga di dalam buku ‘Lahirnya Pancasila’. Bung Karno mengakui dia ketika mengusulkan lima asas tadi terpengaruh dengan salah seorang tokoh Freemason dari Tiongkok, Dr. Sun Yat Sen," tuturnya dalam video ‘Pengkhianatan Kelompok Sekular Menghapus Piagam Jakarta’ di kanal youtube.com/khilafahchannelreborn (2/6).</p><p><br /></p><p>Ia menjelaskan bahwa tokoh Tiongkok yang dimaksud Sun Yat Sen, dia adalah seorang penulis buku yang karyanya San Min Chu I kalau diterjemahkan Tiga Prinsip bagi Rakyat. "Tiga prinsip berkenaan dengan rakyat tadi, dan ini kemudian menginspirasi Bung Karno untuk mengusulkan lima asas, lima dasar dikenal dengan Pancasila," imbuhnya.</p><p><br /></p><p>Lanjut ia memaparkan bahwa lima asas ataupun lima dasar berkenaan dengan dogma doktrin yang biasa diusung oleh kalangan Freemasonry yang dibawa oleh kalangan Tarekat Mason Bebas ke negeri ini semenjak tahun 1920. "Apalagi ketika era adanya pergerakan di antara para pemuda yang mengedepankan berkenaan dengan konsepsi kebangsaan. Apalagi setelah adanya kongres para pemuda yang pertama dan ke dua tahun 1928. Kongres para pemuda yang pertama kali di Jakarta diselenggarakan di loji pihak kolonial Belanda, tempat berkumpulnya dan tempat ibadahnya kalangan Freemasonry Belanda yang ada di Batavia," jelasnya. </p><p><br /></p><p>Kemudian ia mengatakan usulan Pancasila yang disampaikan oleh Bung Karno dalam pidato politiknya tanggal 1 Juni 1945. Pertama, kebangsaan Indonesia atau nationalism. Ke dua, perikemanusiaan atau internationalism yang kemudian bentuknya humanity atau kemanusiaan. "Ke tiga, berkenaan dengan mufakat atau demokrasi. Ke empat, kesejahteraan sosial atau socialism. Terakhir, ketuhanan atau religiosity, atau mengarah ke bentuk monotheism cultural atau berkenaan dengan paham ketuhanan berkebudayaan. Yang hari ini ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila," imbuhnya. </p><p><br /></p><p>_Ide Transnasional_ </p><p><br /></p><p>Bukan digali dari budaya bangsa, filolog Salman Iskandar mengatakan Pancasila justru merupakan ide transnasional. “Pancasila itu justru merupakan ide transnasional,” ungkapnya. Sehingga ia mempertanyakan, apakah klaim Pancasila yang digali dari khazanah budaya bangsa itu benar? </p><p><br /></p><p>"Sampai-sampai kemudian dikisahkan Bung Karno ketika pidato politik 1Juni 1945 yang kemudian menelurkan istilah Pancasila itu sampai kemudian ada narasi, ada penjelasan bahwa Bung Karno merumuskan dasar negara Pancasila ketika di wilayah Ende Flores, sampai di wilayah Ende Flores ada tempat di mana Bung Karno menuliskan gagasan, berpikir tentang dasar negara Pancasila di bawah pohon sukun," ungkapnya. </p><p><br /></p><p>Menurutnya, klaim yang kemudian dibesar-besarkan bahwasannya Pancasila digali dari khazanah budaya bangsa. Bila diperhatikan isi dari pidato politik Bung Karno 1945, maka akan mendapatkan penjelasan bahwa Bung Karno justru terinspirasi mengusulkan berkenaan dengan lima asas terpengaruh dengan hasil penelaahan dialektika intelektual Bung Karno dengan khazanah pemikiran yang berasal dari para tokoh-tokoh yang ada di luar bangsa.</p><p><br /></p><p>“Artinya ide-ide yang dirumuskan Bung Karno justru tidak digali dari khazanah budaya bangsa, namun justru kemudian ini menjadi bukti bahwa ide yang dipidatokan oleh Bung Karno merupakan ide transnasional. Kalau ada pernyataan klaim Pancasila merupakan digali khazanah budaya bangsa, itu bertabrakan dengan isi pidato politik Bung Karno,” tegasnya.</p><p><br /></p><p>_Akar Pemikiran_ </p><p><br /></p><p>Menurut Salman, Bung Karno terpengaruh dengan San Min Chu I dari Dr. Sun Yat Sen. Kemudian terpengaruh international cosmopolite ataupun humanism cosmopolite dari Adolf Baars. Selanjutnya terpengaruh pernyataan Mohandas Mahatma Gandhi, bahkan terpengaruh dengan pemikiran Mustafa Kemal dari Turki. </p><p><br /></p><p>Ia menyebutkan, dalam buku yang berjudul ‘Lahirnya Pancasila’ yang diterbitkan oleh Departemen Penerangan Republik Indonesia tahun 1960, dijelaskan dalam pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di antaranya mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka harus berasaskan nationalism ataupun kebangsaan, atau paham kebangsaan yang mewujud dalam bentuk nation state. “Ke dua Bung Karno demi untuk meredam berkenaan dengan kehawatiran bentuk dari nationalism itu mengarah ke bentuk ultra-nationalist atau fascist atau chauvinist, maka kemudian Bung Karno mengusulkan asas yang ke dua, dasar yang ke dua mengacu ke bentuk yang mengarah ke humanism cosmopolite atau internationale,” sambungnya.</p><p><br /></p><p>Menurutnya, Bung Karno dalam bukunya yang berjudul ‘Sukarno: an Autobiography as Told to Cindy Adams’ yang diterjemahkan sangat patriotik ‘Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, mengakui Adolf Baars adalah tutornya ketika berkuliah di ITB. Adolf Baars adalah orang yang memperkenalkan ide-ide Marxisme, komunisme, Leninisme. </p><p><br /></p><p>“Adolf Baars adalah anak didik atau kader terbaik Henk Sneevliet, kemudian membawa ide-ide progresif revolusioner Marxisme, sosialisme, komunisme ke negeri kita, yang kemudian mendidik tokoh-tokoh muda di Sarekat Islam (SI) di wilayah Semarang seperti Semaun, Darsono, bahkan Datuk Ibrahim Tan Malaka untuk bergabung di dalam ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) yang kemudian itu menjadi cikal bakal dari persyarikatan komunis di Hindia atau yang kita kenal Partai Komunis Indonesia,” paparnya. </p><p><br /></p><p>Demi untuk menjadikan paham kemanusiaan atau humanism cosmopolite mengakar ke dalam karakteristik bangsa Indonesia, dan menentang berkenaan dengan ultra-nationalism ataupun fascism ataupun chauvinism, Bung Karno juga terpengaruh dengan sosok Mohandas Mahatma Gandhi, salah seorang bapak bangsa dari tanah India. “Bung Karno sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi bahwa ‘my nationalism is humanity’, bahwa kebangsaan kami ini adalah kemanusiaan. Yang dalam konteks ini menghormati, menghargai bangsa di luar bangsa Indonesia, bukan mengedepankan keegosentrisan kami sebagai bangsa Indonesia,” imbuhnya.</p><p><br /></p><p>Ia mengatakan, kebangsaan yang dianut oleh Bung Karno serta yang diperjuangkan adalah kebangsaan netral agama, tapi berpijak pada semua agama. “Ini adalah bentuk tidak langsung apa yang kita ketahui sebagai bagian dari secularism yang memang itu kemudian dipopulerkan dan diusung oleh Bapak Turki Modern, Mustafa Kemal” ungkapnya.</p><p><br /></p><p>“Bahkan di dalam buku Bung Karno sendiri yang kita ketahui sebagai ‘Di Bawah Bendera Revolusi’, sosok Bung Karno ternyata merupakan pengagum berat dari sosok Mustafa Kemal dalam upaya pembaharuan menjauhkan Islam, menjauhkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat Turki, dan itu yang kemudian menginspirasi Bung Karno untuk kemudian menjadikan dasar negara netral terhadap agama,” pungkasnya. [] </p><p><br /></p><p>Alfia Purwanti</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-24420336446936618912022-07-13T17:20:00.001-07:002022-07-13T17:20:31.308-07:00BAHAYANYA TIDAK TAHU ilmu agama Islam <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEieMGMYrIET5acSFzyWk7_Yr0w6qGQmaozn1sYNwS4GUjm4oru-8Y4Vd88invysMXoikoO-cUhYJe8MCmC_xUrjRL3U6JVoGp5fIaDtY0PiQpY7Fo_TCHmMV-IPdbLSvwfxX9BWfdIB9WOhjxM1PM80sXczPyYaWB727VXwQTVK6u_vE0BqAZ5DDz/s720/Tumblr_l_80663763662996.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEieMGMYrIET5acSFzyWk7_Yr0w6qGQmaozn1sYNwS4GUjm4oru-8Y4Vd88invysMXoikoO-cUhYJe8MCmC_xUrjRL3U6JVoGp5fIaDtY0PiQpY7Fo_TCHmMV-IPdbLSvwfxX9BWfdIB9WOhjxM1PM80sXczPyYaWB727VXwQTVK6u_vE0BqAZ5DDz/s320/Tumblr_l_80663763662996.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Tidak tahu itu adalah sebuah kegelapan dan kebodohan (kejahiliyahan). Serta sebuah malapetaka atau bencana dahsyat. Bagi seorang hamba dan bagi seluruh umat manusia.</p><p><br /></p><p>Maka, orang yang tidak tahu itu sungguh bahaya dan dalam bahaya. Juga membahayakan orang lain, keluarga, masyarakat, agama dan negaranya.</p><p><br /></p><p>Karena ketidaktahuannya, pada akhirnya ia merasa sudah benar. Hingga akhirnya ia tersesat dari jalan kebenaran, dan menjerumuskan orang lain dalam ketidakbenaran.</p><p><br /></p><p>Serta, membawa fitnah dan kerusakan bagi keluarga, masyarakat, agama dan negaranya tersebut.</p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, sebelum berkata dan sebelum berbuat. Kita itu wajib, harus pakai ilmu (pengetahuan) dan didasari ilmu (pengetahuan) terlebih dahulu.</p><p><br /></p><p>Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Bukhari rahimahullah:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>العلم قبل القول و العمل</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ilmu (pengetahuan dan pemahaman) itu sebelum berkata dan sebelum berbuat." [Al-'Ilmu, Shahih al-Bukhari].</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Juga, Allah SWT pun telah menegaskan dalam firman-Nya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra’ : 36).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Ringkasnya, setelah menyebutkan pendapat para Salafush Shalih tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rahimahullah, berkata:</p><p><br /></p><p>“Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Allah SWT melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan prasangka yang merupakan perkiraan dan khayalan.” [Tafsir Al-Qur’an al-'Adzhîm, Surat Al-Isra’: 36].</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Maka, bila kita tidak tahu atau belum tahu, dan belum punya ilmunya, maka diam itu lebih baik. Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَــــيْرًا أَوْ لِيَـصـــمُــتْ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari). </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan yang terbaik pun, adalah bertanya dan belajarlah dengan ketawadhuan penuh adab. Kepada yang lebih tahu dan lebih paham atau ahli ilmu (para Alim).</p><p><br /></p><p>Khususnya, bertanya dan belajar kepada Ulama-Mursyid yang faqih fiddin (menguasai Tsaqafah Islam) secara mendalam dan cemerlang. Serta menguasai dan sangat memahami secara mendalam dan cemerlang terhadap fakta (realitas) kehidupan.</p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan teruslah belajar dan belajar Islam agama kita ini. Secara mendalam dan cemerlang dari A sampai Z. Dari bab akidah, ibadah, akhlaq, hingga bab mu'amalah. Khususnya pula, bab siyasah/daulah (politik/negara): Khilafah (Imamah). Tiada hentinya belajar tersebut.</p><p><br /></p><p>Karena juga, yang namanya belajar atau menuntut ilmu itu. Bagi seorang Muslim, itu hukumnya adalah wajib 'ain (fardhu 'ain).</p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ على كل مُسْلِمٍ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.”(Shahih al-Jami': 3913).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَحْدِ إِلَى اللَّهْدِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.”(HR. Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itu pun harus dengan ilmu." (HR. Thabrani).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dengan belajar dan belajar tersebut. Itu pun, agar kita semakin tahu dan semakin paham dengan semua ajaran Islam. Khususnya, perkara akidah dan hukum Syariah.</p><p><br /></p><p>Sehingga, kita menjadi tahu serta paham mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang haram dan mana yang halal. Serta mana pahala dan mana dosa, atau mana yang surga dan mana yang neraka.</p><p><br /></p><p>Dan juga agar kita pun tahu dan paham, secara mendalam dan cemerlang pula. Dengan segala urusan dan realitas (fakta) kehidupan. Serta, segala problematikanya dan solusinya menurut Islam.</p><p><br /></p><p>Daripada kita nyinyir, bully dan komentar negatif terhadap ajaran Islam agama kita sendiri dan sesama Muslim saudara kita sendiri. Serta sok pintar, atau pun asbun alias asal bunyi. Yang justru malah itu semakin menambah banyaknya dosa kita saja.</p><p><br /></p><p>Itulah, kenapa kita itu wajib hukumnya mengawali segala sesuatu perkataan, perbuatan dan termasuk pula komentar kita, pilihan hidup kita. Termasuk mimpi kita atau cita-cita kita, maupun tujuan hidup kita, dengan ilmu (pengetahuan dan pemahaman) ?!</p><p><br /></p><p>Agar kita itu tidak salah jalan dan jalan salah, atau agar kita itu tidak salah paham dan paham salah. Serta pula agar kita pun tidak gagal paham dan paham gagal, maupun agar kita itu tidak sesat dan menyesatkan.</p><p><br /></p><p>Juga, biar kita itu tidak asbun alias asal bunyi doang. Dan agar pula kita itu tidak rusak, tidak makin rusak dan merusak. Serta, agar kita tidak terus-menerus dalam kemaksiatan dan dosa.</p><p><br /></p><p>Karena, kita itu bakal mati dan juga setiap perkataan, beserta perbuatan kita tersebut. Termasuk pula, komentar dan pilihan hidup kita. Baik atau pun buruknya, dan besar atau pun kecilnya.</p><p><br /></p><p>Semuanya itu akan dihisab atau dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT, kelak di Yaumil Hisab. </p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian.” (QS. Ali Imran: 185).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT pun berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْۗ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya."</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 6-8).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Di Yaumil Hisab kelak kita dihisab atau diadili oleh Allah, hanya pakai cara hukum-hukum Allah atau Syariah-Nya semata. Bukan pakai cara hukum Pancasila, demokrasi, liberal, komunis, ataupun hukum kufur jahiliyah lainnya.</p><p><br /></p><p>Dan setelah dihisab di Yaumil Hisab kelak. Balasannya hanya ada dua pilihan di Akhirat nanti, yakni surga ataukah justru di neraka.</p><p><br /></p><p>Itulah, yang akan menentukan nasib masa depan kita di Akhirat. Apakah kita akan dimasukkan ke dalam surga (jannah) oleh Allah SWT ?!.</p><p><br /></p><p>Ataukah justru sebaliknya Allah akan memasukkan dan melemparkan kita ke dalam neraka. Minimal berabad-abad lamanya, atau maksimal selama-lamanya. Na'udzubillahi mindzalik.</p><p><br /></p><p>Bila seorang hamba yang beriman ditimbang lebih banyak amal shalihnya, maka positif ia bakal ke surga.</p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shalih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga-surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (QS. Thaha: 75-76).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إنَّ في الجنةِ مائةَ درجةٍ ، أعدَّها اللهُ للمجاهدين في سبيلِه ، كلُّ درجتيْنِ ما بينهما كما بين السماءِ والأرضِ ، فإذا سألتم اللهَ فسلُوهُ الفردوسَ ، فإنَّهُ أوسطُ الجنةِ ، وأعلى الجنةِ ، وفوقَه عرشُ الرحمنِ ، ومنه تَفجَّرُ أنهارُ الجنةِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Surga itu ada 100 tingkatan, yang dipersiapkan oleh Allah untuk para Mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua surga yang berdekatan sejauh jarak langit dan bumi. Dan jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena itulah surga yang paling tengah dan paling tinggi yang di atasnya terdapat Arsy milik Ar-Rahman, darinya pula (Firdaus) bercabang sungai-sungai surga.” (HR. Al-Bukhari, No. 2790).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sebaliknya bila ia ditimbang ternyata lebih banyak amal salah dan amal thalih (buruk)-nya. Maka, positif ia bakal ke neraka minimal berabad-abad lamanya bagi Muslim yang banyak maksiatnya. Dan maksimal kekal selama-lamanya di neraka bagi orang-orang kafir dan munafik. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ هِيَ حَسْبُهُمْ ۚ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. At-Taubah: 68).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Nabi Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ثُمَّ قِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ كَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ بِالْبَادِيَةِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Adapun ahli neraka yang mereka merupakan penduduknya, maka sesungguhnya mereka tidak akan mati di dalam neraka dan tidak akan hidup. Tetapi orang-orang yang dibakar oleh neraka dengan sebab dosa-dosa mereka, maka Dia (Allah) mematikan mereka. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, diberi izin mendapatkan syafa’at. Maka mereka didatangkan dalam keadaan kelompok-kelompok yang berserakan. Lalu mereka ditebarkan di sungai-sungai surga, kemudian dikatakan: “Wahai penduduk surga tuangkan (air) kepada mereka!” Maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya bijian yang ada pada aliran air.” (HR. Muslim, No. 185).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Itulah, sangat bahayanya bila kita tidak tahu. Dan disinilah juga pentingnya kita tahu dan paham. Dengan belajar dan terus belajar Islam agama kita ini, dari A sampai Z secara mendalam dan cemerlang. Agar kita selamat dan bahagia dunia dan Akhirat.</p><p><br /></p><p>Sebagaimana doa sapu jagat, yang sering kita baca. Dan sering kita panjatkan kepada Allah SWT, minimal sehabis shalat 5 waktu:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka." Aaamiin.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-18036277145807992472022-07-13T02:22:00.001-07:002022-07-13T02:22:45.575-07:00KHILAFAH DOKTER UMAT <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinNrArk2DHxE_9eLVTdU9Ck8UtmXNjP0slX2m0oCIqZp6UP-OYW7rwaJ9tSNxcPp9th5s1bmFJ7kxrr-GSzS3qBOJRGD1JyKYn6XehrXbF-_vZTiR5up7od-zFlSaOMqsI6xbr4Y00XCpaLvNd_gkzmohkaiqpoHsL7XbknYmC_weoVdUGGz4oE6gp/s590/IMG-20220713-WA0075.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="590" data-original-width="590" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinNrArk2DHxE_9eLVTdU9Ck8UtmXNjP0slX2m0oCIqZp6UP-OYW7rwaJ9tSNxcPp9th5s1bmFJ7kxrr-GSzS3qBOJRGD1JyKYn6XehrXbF-_vZTiR5up7od-zFlSaOMqsI6xbr4Y00XCpaLvNd_gkzmohkaiqpoHsL7XbknYmC_weoVdUGGz4oE6gp/s320/IMG-20220713-WA0075.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p>Tahukah Anda ?!</p><p><br /></p><p>Saat ini dunia, baik umat manusia maupun khususnya umat Islam sedunia. Tengah alami sakit berat, yang sangat parah, dan komplikasi sepenuh badan, penuh penyakit.</p><p><br /></p><p>Dari penyakit fisik hingga penyakit akidah, penyakit moral dan penyakit sosial. Serta juga penyakit politik ekonomi, dan lain-lain.</p><p><br /></p><p>Hingga mengundang berbagai macam bencana. Dari bencana akidah, bencana akhlak, bencana sosial politik dan ekonomi.</p><p><br /></p><p>Hingga juga memicu berbagai bencana alam yang bertubi-tubi tiada berkesudahan.</p><p><br /></p><p>Seperti: gempa bumi, tsunami, likuifastik, banjir bandang, badai, puting beliung, kebakaran dan kabut asap, gunung meletus, pandemi virus penyakit, dan lain-lain.</p><p><br /></p><p>Akibat mereka terinfeksi virus ideologi kufur kapitalisme sekulerisme demokrasi, buatan dan warisan kafir penjajah barat. Beserta segala macam derivat atau turunannya.</p><p><br /></p><p>Seperti: HAM, nasionalisme, nation state (negara bangsa), liberalisme, pluralisme, globalisasi, investasi asing, ekonomi kapitalis-ribawi, hedonisme, sinkritisme, pragmatisme, chauvinisme, kesataraan gender, LGBT, freesex, childfree, moderasi agama, dan lain-lain.</p><p><br /></p><p>Yang amat sangat mematikan akal sehat, iman, dan hati nurani, serta tubuh mereka. Hingga menjalar dan meggerogoti organ-organ vital mereka.</p><p><br /></p><p>Hingga mereka pun sekarat antara hidup dan mati, serta merintih kesakitan yang tak terperihkan dan tak berkesudahan.</p><p><br /></p><p>Hanya Syariah Islam obat ideologis yang amat sangat mujarab. Yang bersumber dari Dzat Yang Maha Penyembuh. </p><p><br /></p><p>Yakni, Allah SWT Sang Maha Pencipta alam semesta, kehidupan dan manusia sajalah. Yang bisa menyembuhkan mereka.</p><p><br /></p><p>Sekaligus memusnahkan penyakit dan virus-virus sekuler kufur jahiliyah barat tersebut. Sampai ke akar-akarnya, dan sampai kederivat-derivatnya (turunannya).</p><p><br /></p><p>Syariah Islam obat ideologis tersebut telah sangat teruji secara ilahiyah (ideologis, dan teologis/ketuhanan/spritual), alamiah (natural/alami) dan ilmiah (historis dan emphiris). Serta pula, telah sangat teruji secara siyasiyah (politis).</p><p><br /></p><p>Telah terbukti mampu mendiagnosis, menterapi dan mengobati berbagai macam keluhan penyakit. Yang diderita oleh umat manusia, selama rentang lebih dari 13 abad lamanya.</p><p><br /></p><p>Dan hanya Khilafah Islam saja, sang dokter umat dan dokter ideologis yang "diutus" dan dijanjikan Allah SWT. Serta, telah direkomendasikan oleh Rasulullah Saw. sajalah. Yang bisa mendiagnosis dan menterapi secara ideologis.</p><p><br /></p><p>Serta, memberikan dengan tepat obat ideologis tersebut kepada mereka semua. Sesuai dengan aturan pakainya, menurut rujukan utamanya, yakni: Al-Qur’an dan As-Sunnah.</p><p><br /></p><p>Hingga mereka pun, dapat segera disembuhkan dari segala macam penyakit dan dari virus-virus sekuler kufur jahiliyah barat tersebut.</p><p><br /></p><p>Sehingga mempercepat membuat mereka pun, menjadi sehat kembali lahir (fisik) dan bathin (jiwa). Serta sehat kembali pula akal (pemikiran), iman dan hati nurani mereka.</p><p><br /></p><p>Sekaligus pula, mewujudkan dan menjadikan mereka kembali, memiliki sebuah sistem super imunitas (sistem kekebalan tubuh/sistem pertahanan dan keamanan/benteng), yang sangat kuat dan kokohnya.</p><p><br /></p><p>Hingga mereka pun menjelma kembali, bermetamorfosis secara revolusioner. Menjadi sang raksasa super power adidaya Khilafah Rasyidah Islamiyah.</p><p><br /></p><p>Sehingga, terwujudlah kembalinya mereka menjadi Khairu Ummah (umat yang terbaik) dan Islam Rahmatan Lil 'Alamin. Yang menebar rahmah, mahabbah, keadilan, kesejahteraan, dan berkah bagi dunia dan alam semesta.</p><p><br /></p><p>Dan Khilafah Islam sang dokter umat dan dokter ideologis tersebut. Sesungguhnya telah diakui kredibilitas dan integritasnya oleh sejarah peradaban dunia.</p><p><br /></p><p>Serta juga, telah terbukti dan telah teruji lebih dari 13 abad lamanya. Sukses mendiagnosis, menterapi, dan mengobati umat manusia. Dari berbagai macam penyakit dan virus-virus pemikiran, yang disebabkan oleh ide-ide kufur jahiliyah.</p><p><br /></p><p>Jadi, apapun masalahnya dan penyakitnya. Maka, Islamlah satu-satunya solusi real dan tuntasnya. Yakni, dengan obatnya Syariah dan dokternya Khilafah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-16270654852357097922022-07-11T07:48:00.000-07:002022-07-11T07:48:13.670-07:00MASIH ADAKAH MAS BECHI-MAS BECHI LAIN DI LUAR SANA? <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga_jnAZqa7n0bl21dPQRQESuWEwcWpfYvDtSKF9tAfM0MifUAtjfexN93xfFRY3nhJF988EnNuYmUs95LvhKPEtK6WLigVvhwQ1yw4t3TZdtforNQgtJVRm_odXivmKnkd1yuXNYpqFk8jlIAjSId5aAH41SauJT_lvafT-xTuT_xSFwWwliiVwkoy/s720/20210407_042543_4843.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="719" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga_jnAZqa7n0bl21dPQRQESuWEwcWpfYvDtSKF9tAfM0MifUAtjfexN93xfFRY3nhJF988EnNuYmUs95LvhKPEtK6WLigVvhwQ1yw4t3TZdtforNQgtJVRm_odXivmKnkd1yuXNYpqFk8jlIAjSId5aAH41SauJT_lvafT-xTuT_xSFwWwliiVwkoy/s320/20210407_042543_4843.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>________</p><p>Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani</p><p><br /></p><p>Kasus Mas Bechi akhirnya terkuak. Anak salah seorang Kiai kharismatik itu terjerat dugaan tindak pidana pelecehan seksual terhadap beberapa orang santriwatinya. Korban yang sebelumnya merasa takut untuk melapor pada akhirnya banyak yang berani untuk melaporkan.</p><p><br /></p><p>Fenomena pelecehan seksual di lingkungan pondok pesantren ini sedang banyak terjadi di mana-mana. Yang tidak kalah hebohnya lagi adalah kasus yang terjadi di Bandung beberapa bulan silam, yang mengakibatkan beberapa santriwati hamil dan melahirkan.</p><p><br /></p><p>Miris! Tidak sepantasnya lembaga pendidikan Islam dikotori dengan kasus-kasus pencabulan seperti itu. Tapi pada kenyataannya, saat ini itu ibarat hama yang sulit untuk dibersihkan. </p><p><br /></p><p>Kemungkinan besar masih banyak Bechi-bechi lain di luaran sana. Mengingat pergaulan yang kian bebas di lingkungan santri sendiri. Banyak pula saat ini di antara anak keturunan kiai yang teracuni pemikiran-pemikiran sekuler liberal.</p><p><br /></p><p>Peci hanya sekedar menjadi aksesoris kesantrian. Pola pikirnya tetap liberal. Bergaya sok kritis, tetapi tidak berani mengkritisi kebijakan-kebijakan kaum kapitalis ologarkis yang berulangkali menyengsarakan rakyat bawah.</p><p><br /></p><p>Sarung hanya menjadi simbol kesantrian. Akhlaknya tetap liberal. Masih menganggap hal wajar sekalipun ikhtilat campur baur dengan laki-laki perempuan, bahkan banyak pula di antara mereka yang menganggap wajar menonton video porno. Apalagi kiainya dahulu pernah menyampaikan bahwa lebih baik nonton film porno daripada film-film radikal.</p><p><br /></p><p>Hasilnya seperti itu, mereka saat ini justru banyak yang merasa risih dan nyinyir terhadap saudaranya yang mengajak untuk berpergaulan sesuai dengan syariat Islam. Sementara penampilan dangdutan di acara pengajian dan lingkungan pondok pesantren semakin dianggap sebagai sesuatu yang wajar.</p><p><br /></p><p>Bahkan di Cirebon seorang artis film-film cabul pernah diundang ke Acara haul sebuah pondok pesantren untuk turut memeriahkannya.</p><p><br /></p><p>Maka apabila indikasinya sudah sedemikian parah, mungkinkah masih ada Mas Bechi-Mas Bechi lain di luaran sana?</p><p><br /></p><p>Cirebon, 11 Dzulhijjah 1443 H / 10 Juli 2022</p><p><br /></p><p><a href="https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid029AWeRiFAT1BijLW2CEVe6pCi78Ao2r69ep6Ga5qcpVnroKZodDBifo2aV59Y8Fxyl&id=100075488195371&sfnsn=wiwspwa">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid029AWeRiFAT1BijLW2CEVe6pCi78Ao2r69ep6Ga5qcpVnroKZodDBifo2aV59Y8Fxyl&id=100075488195371&sfnsn=wiwspwa</a></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-42723201069942066822022-07-07T09:35:00.003-07:002022-07-07T09:35:49.260-07:00MENINGGALKAN JEJAK KEBAIKAN <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFuRJ0boZNjO4oyIhMzYctZ2PhyMGP01n3c4Pi_TaJmNZGhqOnd0r-VjfF-cyM70Hi65hwmcWnC7SmFgn8nnedlFvKUw7PGmg5emHZkOxhNJ0TWq5pcQnxzp-ZtJPaTpdFFL8E_V7kH6AEQgFEKj57kJc4LJGh2mZCoCbE_daPJALEGLK5oe2qZMZX/s418/20220707_233434.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="235" data-original-width="418" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFuRJ0boZNjO4oyIhMzYctZ2PhyMGP01n3c4Pi_TaJmNZGhqOnd0r-VjfF-cyM70Hi65hwmcWnC7SmFgn8nnedlFvKUw7PGmg5emHZkOxhNJ0TWq5pcQnxzp-ZtJPaTpdFFL8E_V7kH6AEQgFEKj57kJc4LJGh2mZCoCbE_daPJALEGLK5oe2qZMZX/s320/20220707_233434.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam sebuah peribahasa, mengatakan: “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.”</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Artinya, setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang. Sesuai dengan perbuatannya (jejak-jejak atau bekas-bekasnya) di dunia.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, sangat pentingnya kita belajar, mengetahui dan memahami secara mendalam dan cemerlang Islam agama kita. Dari A sampai Z atau dari bab akidah, ibadah, akhlaq, makanan, minuman hingga bab mu'amalah, siyasah (politik) dan Daulah (negara).</p><p> </p><p><br /></p><p>Begitu pula sangat pentingnya belajar, mengetahui dan memahami secara mendalam dan cemerlang sejarah alam semesta, manusia dan kehidupan. Serta sejarah leluhur kita dan berbagai peradaban dunia, serta peradaban Islam agama kita.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Maka, dengan belajar, mengetahui dan memahami secara mendalam dan cemerlang Islam agama kita dari A sampai Z. Dan sejarah alam semesta, manusia dan kehidupan. Serta sejarah leluhur kita, dan berbagai peradaban dunia, serta peradaban Islam agama kita tersebut.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Niscaya, kita akan mengetahui atau mengenal. Dan memahami secara mendalam dan cemerlang pula, asal-usul jati diri kita dan hakikat jati diri kita.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Yaitu, sebagai manusia yang diciptakan Allah SWT di muka bumi ini. Tiada lain sebagai Abdullah (hamba Allah) dan Khalifatullah fil Ardhi (wakil Allah di muka bumi). Dalam mengurusi bumi milik Allah ini, hanya dengan hukum-hukum Allah saja. Sebagaimana firman Allah SWT:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al-Baqarah: 30).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan kita pun akan mengetahui, serta memahami pula bahwa kita semua sebagai makhluk. Pasti akan mati dan tiada kekal di dunia ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (٢٦) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ (٢٧)</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Kemudian, setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Allah SWT pun berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian.” (QS. Ali Imran: 185).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sehingga pada akhirnya, kita akan berupaya keras untuk tidak melakukan berbagai kesalahan. Yang pernah dilakukan oleh kaum-kaum terdahulu, yang pernah dilaknat dan diazab, serta dibinasakan oleh Allah SWT.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan sebaliknya, justru kita akan berupaya keras akan melakukan berbagai kebaikan. Seperti yang pernah dilakukan, oleh kaum-kaum terdahulu yang diridhai Allah, dan mendapat petunjuk Allah SWT.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, kita akan berupaya semaksimal mungkin meninggalkan berbagai jejak-jejak kebaikan saja saat hidup di dunia ini. Bukan, justru meninggalkan jejak-jejak keburukan saat hidup di dunia ini. Karena, ini adalah perkara pahala, dan dosa, serta perkara surga dan neraka.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas (jejak-jejak) yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauhul Mahfudzh).” (QS. Yasin: 12).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan (keburukan) lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim, No. 1017).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Jika manusia itu mati, maka amalannya akan terputus kecuali tiga perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang mendoakan dirinya.” (HR. An-Nasai, no. 3651 dan At-Tirmidzi, no. 1376).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Semoga kita semua kelak diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah. Dan dalam keadaan meninggalkan banyak jejak kebaikan (amal shalih), serta diampuni segala dosa kita oleh Allah SWT.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا. اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.</p><p><br /></p><p> </p><p><br /></p><p>"Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya, dan jadikan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan sebaik-baik hariku pada saat aku bertemu dengan-Mu (di hari Kiamat). Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzhalim itu selain kebinasaan. Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan Islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman dan akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah.”</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Aaamiin.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-24535847303476859632022-07-07T03:40:00.001-07:002022-07-07T03:40:16.357-07:00MENULIS SENI MENGUKIR PERADABAN <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXpZZetHHO6eZgnodo8OEky802j_cgjrMtfVVT_AJu3Sm2Er9AG-kJwxC2FtC1gZrSntmhzWb3ekMH898xS33DJ30QRIN3dHE3ArI5tJMq3fzjIQf_Ds-mPFWrTx1Z6zYZEAANkh8zJInbshpVnbUt1xdJJ2Iz4xJu9HPvC4JhEDfJRxedCFPlyGEx/s681/Facebook%207671811026177935(JPG).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="681" data-original-width="511" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXpZZetHHO6eZgnodo8OEky802j_cgjrMtfVVT_AJu3Sm2Er9AG-kJwxC2FtC1gZrSntmhzWb3ekMH898xS33DJ30QRIN3dHE3ArI5tJMq3fzjIQf_Ds-mPFWrTx1Z6zYZEAANkh8zJInbshpVnbUt1xdJJ2Iz4xJu9HPvC4JhEDfJRxedCFPlyGEx/s320/Facebook%207671811026177935(JPG).jpg" width="240" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Tingginya minat membaca dan menulis di tengah masyarakat, adalah menjadi bukti kuat betapa tingginya sebuah peradaban. Sejak zaman dahulu kala hingga zaman now saat ini, benar-benar menulis telah menjadi sebuah gaya hidup dari kaum terpelajar atau kaum intelektual. Dan juga menjadi bagian gaya hidup masyarakat yang beradab, dan yang memiliki peradaban yang tinggi. </p><p><br /></p><p>Dan menulis pun sesungguhnya adalah sebuah puncak seni mengukir peradaban umat manusia, dari tiap zamannya sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Sebab, menulis adalah seni berbahasa, bergaya bahasa dan berkomunikasi, serta beretorika. Untuk mempengaruhi, dan mengubah sebuah corak dan warna sebuah pemikiran masyarakat dan peradabannya.</p><p><br /></p><p>Dan menulis pun menjadi artefak ilmiah, yang menjadi bukti kuat eksistensi keberadaan dan kejayaan seseorang anak manusia. Dan sebuah masyarakat, serta sebuah peradaban umat manusia, dalam sepanjang sejarah kehidupan umat manusia tersebut.</p><p><br /></p><p>Sesungguhnya menulis pun adalah sebuah seni membangun ide, gagasan dan pemikiran yang mendalam nan cemerlang. Yang dapat bertransformasi menjelma, menjadi sebuah kebangkitan hakiki di tengah masyarakat. Hingga bermetamorfosis, menjadi sebuah peradaban tinggi nan agung.</p><p><br /></p><p>Menulis pun merupakan seni membangun dialektika dan diskursus di tengah masyarakat. Sekaligus seni perlawanan intelektual terhadap kedzhaliman, kebatilan dan kediktatoran tirani angkara murka di muka bumi. Bahkan, menulis pun adalah seni tingkat tinggi dalam membangun masyarakat yang bangkit secara hakiki. Dan sekaligus dalam membangun sejarah perubahan, dan peradaban tinggi nan agung yang penuh inspirasi.</p><p><br /></p><p>Jadi, menulis adalah seni mengukir peradaban umat manusia dalam sepanjang sejarah kehidupannya. Menulis untuk mengukir sejarah emas, dan mengukir perubahan yang penuh inspirasi yang meletupkan kebangkitan hakiki. Dengan menulis kita bisa merubah, dan merevolusi pemikiran umat manusia dan dunia. Hingga tegaklah peradaban tinggi nan agung, yang akan menjadi mercusuar dunia. Dan yang akan pula menerangi kembali seluruh dunia, dengan segala kebaikan dan keberkahan.</p><p><br /></p><p>Karena itulah, dalam Islam aktivitas menulis merupakan sebuah aktivitas, yang sangat mulia selain aktivitas membaca. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Ikatlah ilmu dengan menulisnya.” (Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bahkan, beliau memerintahkan sebagian sahabatnya agar menulis ilmu. Salah satunya adalah Abdullah bin ‘Amru. Beliau bersabda kepadanya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>اكْتُبْ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا خَرَجَ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran.” (HR. Ahmad 2/164 & 192, Al-Haakim 1/105-106, shahih).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ</p><p><br /></p><p>فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja." [Diwan Syafi’I hal. 103].</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Sampai-sampai imam Asy-Sya’bi rahimahullah berkata:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِذَا سَمِعْتَ شَيْئًا فَاكْتُبْهُ وَلَوْ فِي الْحَائِطِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Apabila engkau mendengar sesuatu ilmu, maka tulislah meskipun pada dinding.” [Al-‘Ilmu no. 146 oleh Abu Khaitsama].</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena itulah, Islam sendiri dalam wujud Khilafah Islamiyah-nya, merupakan sebuah peradaban yang sangat besar dan sangat tinggi nan agungnya. Yang pernah berjaya selama lebih dari 13 abad lamanya. Dan pernah menguasai 2/3 dunia, serta pernah pula menjadi mercusuar dunia, yang sangat cemerlangnya.</p><p><br /></p><p>Dengan adanya bukti sangat banyaknya tersimpan dan tersebar luasnya karya-karya tulis para pujangga Islam, ilmuwan Islam dan para Ulama. Yang dituangkan dalam bentuk berbagai macam karya tulis, dalam berbagai disiplin ilmu. Yang diantaranya berwujud literatur berbentuk manuskrip-manuskrip, dan kitab-kitab klasik Islam. Yang notabene merupakan kekayaan khazanah pemikiran, dan peradaban Islam tersebut. Yang sampai sekarang tetap menjadi rujukan, dan referensi, yang memperkaya khazanah peradaban umat manusia, di era modern dan di era digital saat ini.</p><p><br /></p><p>Bahkan, yang paling fenomenal, dan paling mengubah sejarah peradaban umat manusia, sampai ke akar-akarnya -hingga sekarang- adalah penulisan dan pembukuan kalamullah atau wahyu Allah. Yaitu, Al-Quran dan Al-Hadits -yang notabene sumber utama hukum Islam dan sumber utama pengetahuan, dan asas peradaban Islam- yang awalnya tersimpan dalam dada Rasulullah Saw dan para Sahabat radhiyallahu 'anhum. Kemudian, disampaikan dan diriwayatkan secara lisan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabat radhiyallahu 'anhum. Kemudian, diriwayatkan pula secara mutawattir oleh para Sahabat, dan ditulis oleh para Sahabat tersebut di dalam lembaran-lembaran. Baik di kulit domba, kulit onta, pelepah kurma, dan lain-lain.</p><p><br /></p><p>Kemudian, disempurnakan kembali penulisan ulang dengan membukukan Al-Quran. Dalam bentuk mushaf, pada zaman Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, di era Khulafaur Rasyidin. Melanjutkan misi pembukuan Al-Quran, para Khalifah Rasyidin sebelumnya. Yakni, Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhuma.</p><p><br /></p><p>Begitu pula, dengan Al-Hadits pun ditulis kembali dan dibukukan. Dalam banyak kitab-kitab hadits pada era Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayyah, Khilafah Abbasiyyah hingga Khilafah Utsmaniyyah. Hingga, terkumpul 6 kitab hadits induk yang dijuluki kutubus sittah, yaitu: Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari; Shahih Muslim dihimpun oleh Imam Muslim; Sunan An-Nasa'i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh Imam Nasa'i;</p><p>Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Imam Abu Dawud; Sunan At-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi; dan Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah. Dan juga masih banyak kitab-kitab hadits lainnya.</p><p><br /></p><p>Dan seterusnya pun demikian, diriwayatkan penulisannya, dan pembukuannya diperbanyak. Serta disebarluaskan ke seluruh penjuru negeri-negeri Islam, dan di seluruh penjuru dunia. Yang diturunkan turun-temurun, dari generasi awal Islam, ke generasi Islam selanjutnya turun-temurun, hingga sekarang.</p><p><br /></p><p>Karena itulah, Islam sangat menghargai ilmu dan karya tulis, serta para Ulama dan ilmuwan. Maka, sangat wajar dalam sejarah emas peradaban Islam, ketika Islam diterapkan. Pada seribu tahun yang lalu sekitar tahun 1000 M, di kota Bagdad -yang merupakan ibu kota pemerintahan Khilafah bani Abbasiyyah- pedagang buku Ibnu An-Nadim mempublikasikan Al-Fihrist (“Katalog Pengetahuan”). Buku ini terdiri dari 10 Jilid, dan memuat judul seluruh buku dalam bahasa Arab yang terbit hingga saat itu. Baik dari ilmu ushuluddin, astronomi, matematika, fisika, kimia, dan kedokteran.</p><p><br /></p><p>Buku-buku yang masuk dalam katalog tersebut, seperti sudah terjamin mutu dan kualitasnya. Dan menjadi buruan para pengelola perpustakaan, berikut ahli salinnya, juga para cerdik cendekiawan atau intelektual Muslim yang tidak ingin ilmunya dikatakan orang “di bawah standar”, hanya karena tidak mengenal buku yang ada dalam katalog itu.</p><p><br /></p><p>Buku yang saat itu masih manual asli ditulis tangan harganya sangat mahal. Untunglah, bagi yang tidak mampu membelinya tersedia di perpustakaan. Sehingga menjadi magnet daya tarik bagi santri, ataupun mahasiswa dari timur dan barat, pada perpustakaan-perpustakaan di dunia Islam.</p><p><br /></p><p>Seperti juga, perpustakaan Universitas Cordoba Andalusia memiliki koleksi setengah juta buku. Di Kairo Mesir ada beberapa ratus pustakawan, yang melayani perpustakaan Khilafah dengan koleksi dua juta buku. Ini dua puluh kali lipat perpustakaan Mesir kuno di Alexandria, sebelum dihancurkan oleh Romawi.</p><p><br /></p><p>Pernahkah kita menghitung berapa banyak sudah buku yang kita tulis, dengan cara manual asli menggunakan kedua tangan kita langsung. Dan sudah berapa banyak pula buku, yang kita telah beli, dan kita miliki, dapat dimuat dalam rak buku koleksi kita ?! Satu rak buku standar, yang banyak terdapat di rumah-rumah, dapat memuat rata-rata sekitar 100 buku.</p><p><br /></p><p>Jadi, di perpustakaan Kairo Mesir kira-kira terdapat 20.000 rak buku. Kalau satu rak berikut ruang untuk orang lewat perlu area satu meter persegi. Maka, berarti luas lantai perpustakaan itu kira-kira dua hektare. Padahal, saat itu belum ada komputer, laptop, gadget, internet dan media sosial, serta belum ada pula sistem manajemen pengarsipan digital. Dahulu itu semua dikerjakan secara manual, namun sangat produktif sekali.</p><p><br /></p><p>Para pustakawan di masa itu pun, wajib memiliki ilmu yang terkait dengan koleksi yang diurusnya. Ia bukan hanya seseorang yang mengetahui judul tiap buku, pengarang, dan di rak mana letaknya. Namun, seorang pustakawan yang mengurus buku-buku fiqih harus pula seorang faqih. Seperti halnya, pustakawan yang mengurus karya-karya al-Biruni atau al-Haitsam, harus pula seorang astronom atau matematikawan.</p><p><br /></p><p>Para pembaca pun dapat berkonsultasi, tentang sinopsis dan isi buku-buku itu pada para pustakawan. Pada saat yang sama dan di usia yang sama, Ibnu Sina (Avicenna) sedang memulai mengisi dunia dengan karya-karya intelektual dan ilmiahnya yang hebat.</p><p><br /></p><p>Sungguh, masyarakat Islam benar-benar dalam membangun peradabannya. Telah dituntun oleh sabda Nabinya, yaitu baginda Rasulullah Saw yang bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ جَاءَ مَسْجِدِى هَذَا لَمْ يَأْتِهِ إِلاَّ لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ</p><p> </p><p><br /></p><p>“Barangsiapa yang mendatangi Masjidku ini, tidaklah ia mendatanginya kecuali untuk kebaikan yang akan dipelajarinya atau diajarkannya, maka dia setara dengan kedudukan mujahid fii sabiilillah.” (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah no. 227).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Ikatlah ilmu dengan menulisnya.” (Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Di Baghdad Irak saja, ada 200 perpustakaan pribadi yang diwakafkan untuk umum. Dan tidak main-main, banyak yang mewakafkannya, berikut suatu aset produksi untuk membiayai operasional perpustakaan selamanya. Sayang, saat serbuan tentara Mongol, nyaris seluruh perpustakaan itu dihancurkan, sampai air sungai Tigris menjadi hitam warnanya. Itulah, bila kita lihat sejarah perpustakaan pada masa Islam berjaya, dalam Naungan Khilafah.</p><p><br /></p><p>Bahkan, sebelum serangan dan serbuan pasukan atau tentara Mongol. Khalifah Harun Ar-Rasyid, diantaranya membangun perpustakaan, yang diberi nama Baitul Hikmah pada masa Khilafah bani Abbasiyah. Perpustakaan kaum Muslim yang dihancurkan oleh pasukan Mongol tersebut. Ini dapat membuktikan, bahwa Khilafah, melalui Khalifah Harun Ar-Rasyid. Adalah bukti bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan, dan karya-karya tulis. Sampai suatu ketika ada penulis kitab, yang datang kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid. Maka, dibayarlah penulis kitab tersebut, seberat timbangan bukunya. Dan dibayar, dengan berat emas (dinar), yang setara dengan berat buku tersebut.</p><p><br /></p><p>Pada masa beliau pun, dana pemerintahan Khilafah Islam, digunakan untuk pendidikan dan penelitian. Sehingga, pada masa Khilafah bani Abbasiyah ini, melahirkan banyak para ilmuwan terkemuka Islam, yang nama dan karyanya sangat harum sampai sekarang di zaman now saat ini. Seperti, Ibnu Khaldun (bapak sosial politik dan ekonomi Islam), Ibnu Sina (bapak kedokteran Islam), Al-Khawarizmi (bapak akuntansi Islam dan matematika Islam), dan lain-lain. Maka, pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid di era Khilafah bani Abbasiyah ini, disebut sebagai masa puncak kejayaan ilmu pengetahuan dan karya tulis ilmiah.</p><p><br /></p><p>Dengan menghargai penulis, pemikiran-pemikiran sebagaimana mestinya, menumbuhkan motivasi dan inspirasi kebaikan bagi orang-orang. Alangkah baiknya, kita meneladani Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah-Khalifah sebelumnya dan sesudahnya. Terutama generasi Islam yang pertama, baik dari kalangan Sahabat radhiyallahu 'anhum, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan karya-karya tulis ilmiah. Dalam mengukir sejarah peradaban Islam yang tinggi nan agung kembali, di masa depan.</p><p><br /></p><p>Karena itulah, sangat benar dan sangat tepat sekali bila Allah SWT berfirman pada wahyu, yang pertama, diturunkan kepada Rasulullah Saw di Goa Hira':</p><p><br /></p><p><br /></p><p>اقرأ باسم ربك الذي خلق ۞ خلق الإنسان من علق</p><p><br /></p><p>اقرأ وربك الأكرم ۞ الذي علم بالقلم</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mu adalah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan (perantara) pena (tulisan).” (QS. Al-Alaq: 1-4).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah Saw adalah perintah membaca, yakni bacalah dari hafalanmu. Jika tidak ada, maka dari tulisanmu. Maka, Allah SWT menjelaskan bagaimana hendaknya kita mengobati penyakit ini, yaitu penyakit lupa. Cara mengobati penyakit lupa, adalah dengan menulis, sekaligus dalam mengukir peradaban Islam, yang tinggi nan agung.</p><p><br /></p><p>Tulisan adalah salah satu bahan utama, agar ibadah membaca bisa dilakukan. Maka, membuat tulisan sebagai bahan untuk membaca juga merupakan amal shalih. Begitu pula, menulis pun dapat menjadi seni mengukir peradaban Islam, yang agung dan tinggi, dalam bingkai Khilafah.</p><p><br /></p><p>Sedemikian penting dan besarnya, peran pena dan apa yang ditulis oleh umat manusia. Allah sampai bersumpah, menggunakan nama pena dalam Al-Quran Surat Al-Qalam (68) ayat ke-1. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>نٓۚ وَٱلۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (QS. Al-Qalam: 1).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Imam Al-Qurtubi rahimahullah berkata: “Bagi Allah bersumpah dengan apa yang disukai dari makhluk-Nya, baik hewan dan makhluk padat. Meskipun tidak diketahui hikmah hal itu.” [Al-Jami Liahkamil Qur’an, 19/237].</p><p><br /></p><p>Salah satu nama Al-Quran adalah Al-Kitab. Bahkan, penyebutan kata Al-Kitab jauh lebih banyak, dibandingkan dengan kata Al-Quran di dalam kitab suci Al-Quran sendiri. Kata “Al-Kitab” disebutkan sebanyak 230 kali. Sedangkan, kata “Al-Quran” hanya disebutkan sebanyak 58 kali.</p><p><br /></p><p>Al-Quran berarti “bacaan”, sedangkan Al-Kitab berarti “tulisan”. Lebih banyaknya penggunaan kata Al-Kitab, daripada Al-Quran. Menunjukkan tingginya anjuran Al-Quran, untuk menulis. Tanpa mengesampingkan, pentingnya membaca pada saat yang sama. Juga menegaskan, secara tersirat pula, bahwa Al-Quran adalah sumber utama, sekaligus asas mengukir peradaban dan peradaban itu sendiri.</p><p><br /></p><p>Sungguh, Allah Yang Mahasuci pun menjadikan aktivitas, atau pekerjaan menulis. Sebagai salah satu bagian utama, dalam menertibkan setiap dan seluruh makhluk-Nya. Dan menjadikannya arsip ataupun dokumentasi, sebagai bukti di saat Dia mengadili seluruh hamba-Nya, di Yaumil Hisab kelak.</p><p><br /></p><p>Dua Malaikat utama Allah, memiliki tugas mencatat seluruh amal perbuatan, dan perkataan, serta pilihan hidup seorang hamba, termasuk tulisan-tulisan kita. Baik ataukah buruknya, akan menentukan hasil akhir peradaban umat manusia di Akhirat nanti. Apakah kelak ia berakhir bahagia di Surga, ataukah justru berakhir tragis di neraka ?!. Catatan yang ditulis oleh para Malaikat tersebut, ternyata menjadi pengingat bagi manusia. Ketika catatan mereka dibuka, di Hari Persidangan, oleh Allah Yang Mahatahu lagi Maha Mengadili.</p><p><br /></p><p>Karena itulah, tetaplah menulis untuk menolong agama Allah ini, semata-mata karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya semata -dan semoga itu menjadi bagian dari amal shalih kita-. Dalam seni mengukir peradaban Islam yang tinggi nan agung. Dalam bingkai Khilafah Rasyidah Islamiyah, yang akan mewujudkan kembali Khairu Ummah (umat yang terbaik), dan Islam Rahmatan Lil Alamin. Yang menebar rahmah, dan berkah bagi dunia dan alam semesta. Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-85283685722814791382022-07-04T00:11:00.001-07:002022-07-04T00:11:23.299-07:00MUHASABAH DIRI <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRmpo2K4cwrqxDH0m8n96zBJPqeru3efqYdYOKN_ZKmR2jVEb2j8-mKoK30lx0kM-H9O0n4fnLIYUM4z6o2CDCgp0KIJCSbw0K2wDuP8JtN_jziBdOFDjZI5AfWrLTrVSh4PeJsHBFwv697zBHXmeEqS-Mr3poJjD5j_OHsX631nFFAO7Cvy7BVNW8/s438/2019-09-september-cover-alwaie-768x512.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="438" data-original-width="329" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRmpo2K4cwrqxDH0m8n96zBJPqeru3efqYdYOKN_ZKmR2jVEb2j8-mKoK30lx0kM-H9O0n4fnLIYUM4z6o2CDCgp0KIJCSbw0K2wDuP8JtN_jziBdOFDjZI5AfWrLTrVSh4PeJsHBFwv697zBHXmeEqS-Mr3poJjD5j_OHsX631nFFAO7Cvy7BVNW8/s320/2019-09-september-cover-alwaie-768x512.jpg" width="240" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Kita sebagai manusia tentu tidak sempurna dan banyak sekali kekurangannya, serta banyak sekali celahnya. Meskipun, Allah telah menciptakan kita sebagai manusia, dengan sebaik-baiknya rupa (fisik) sebagai makhluk dengan segala potensinya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena, pada hakikatnya kita ini adalah makhluk yang sangat lemah, terkadang dzhalim, dan sangat membutuhkan yang lain. Serta, kita pun sangat menggantungkan diri dan hidup kita kepada Allah Tuhan kita. Dalam memenuhi setiap naluri dan kebutuhan pokok kita sehari-hari, di bumi miliknya Allah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Di dalam diri kita sendiri ada potensi benar dan ada potensi salah. Sebab, kita tidak maksum. Terkadang kita berbuat benar, namun pula terkadang kita sering berbuat salah. Baik saat dalam keramaian, maupun saat dalam kesendirian kita.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena, kita bukanlah Malaikat dan bukan pula Nabi atau pun Rasul. Kita ini, hanyalah manusia biasa.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bahkan, sebenarnya banyak sekali aib dalam diri kita. Namun, Allah Tuhan kita Yang Maha Rahmah dan Maha Pemurah, sudah sangat baik sekali telah menutupi aib-aib kita tersebut.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ، وَيَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيُقَرِّرُهُ، ثُمَّ يَقُولُ: إِنِّي سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ اليَوْمَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Nanti salah seorang di antara kalian akan didekatkan kepada Tuhannya, lalu Allah berfirman, "Bukankah kamu telah mengerjakan dosa ini dan itu?" Ia menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Bukankah kamu telah mengerjakan dosa ini dan itu?" Ia menjawab, "Ya." Dia membuat hamba itu mengakui semua dosanya, lalu Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku menutupi aibmu di dunia dan Aku mengampuninya pada hari ini." (HR. Bukhari).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw juga bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّ الله -عَزَّ وَجَلَّ- حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ، يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسِّتْرَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya Allah Pemalu dan suka menyembunyikan, Dia mencintai rasa malu dan menyembunyikan aib." (HR. Abu Dawud, Nasa'i, dan Ahmad).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi, sekali lagi tentunya sangat logis. Bila ada potensi benar dan ada potensi salah dalam diri kita. Sebagai manusia biasa yang serba lemah dan tidak abadi, serta bakal mati.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Namun, sebaik-baik manusia adalah orang yang beriman (Mukmin). Dan sebaik-baik orang yang beriman, adalah mereka yang berilmu dan bertakwa. Serta senantiasa muhasabah (menghisab/mengevaluasi/intropeksi) dirinya setiap saat sebelum ajal menjemputnya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw pun bersabda, dalam sebuah riwayat hadits:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p> عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda:</p><p><br /></p><p>"Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan, orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Tirmidzi. Ia berkata, “Ini hadits hasan).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw pun mengajarkan doa kepada kita, dalam bermuhasabah diri:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي، وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي، وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ya Allah, aku memohon keselamatan dunia dan akhirat pada-Mu. Aku memohon ampunan dan keselamatan agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Tutupilah segala kekuaranganku, tenangkanlah hatiku, jagalah depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung pada-Mu dari musibah yang tak terduga." (HR. Ibnu Hibban, dari Abdullah bin Umar ra).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Aaamiin...</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu musta'an, nastaghfirullahal 'adzhim.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-79917020249390593772022-07-03T23:59:00.001-07:002022-07-03T23:59:50.310-07:00MENCINTAI AL-QUR'AN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwc1m2Z_XHfBXYe-5yB3Oc_3tQq7XRJz3_bKhNoKY3WtjbS0WSgR69dDre4VrLU45nATy_NR4FtV_-mNi71zSZjKDCV-GK_NTicSOa_Wi7hTcjrkThVJxbT5rbdgjOZrTNSr6NEH1tgSp8HRzSWaqJXq2NLVfm4tbE6q7Rmdd-Sf7emSDKkg6qZqL_/s457/2018-11-Nopember-cover-alwaie-768x512.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="457" data-original-width="343" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwc1m2Z_XHfBXYe-5yB3Oc_3tQq7XRJz3_bKhNoKY3WtjbS0WSgR69dDre4VrLU45nATy_NR4FtV_-mNi71zSZjKDCV-GK_NTicSOa_Wi7hTcjrkThVJxbT5rbdgjOZrTNSr6NEH1tgSp8HRzSWaqJXq2NLVfm4tbE6q7Rmdd-Sf7emSDKkg6qZqL_/s320/2018-11-Nopember-cover-alwaie-768x512.jpg" width="240" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p>[28 Oktober 2019]</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah SWT). Yang diturunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril AS, kepada Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ, dengan menggunakan bahasa Arab. Disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi), dalam hal pengakuannya sebagai Rasul. Dan agar dijadikan sebagai pedoman hukum, bagi seluruh umat manusia. Di samping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya.</p><p><br /></p><p>Al-Qur’an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir). Artinya diriwayatkan oleh orang sangat banyak, semenjak dari generasi shahabat ke generasi selanjutnya secara berjama'ah. Al-Qur’an tetap menjadi mukjizat, sekaligus menjadi bukti keabadian, dan keabsahan Risalah Islam sepanjang masa. Dan sebagai sumber segala sumber hukum, bagi setiap bentuk kehidupan manusia di dunia. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 02-03).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Al-Qur’an diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Al-Qur’an berfungsi utama sebagai Pedoman atau Petunjuk (Al-Huda), Penjelas petunjuk tersebut (Al-Bayan) dan Al-Furqan (Pembeda antara hak dan batil) bagi seluruh umat manusia. Sekaligus Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا</p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad Saw) dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat." (QS. An-Nisa': 105).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Al-Qur’an adalah Kitabullah yang sangat terjaga. Dari segala sisinya terutama dari sisi lafadz, bacaannya, citarasa gaya bahasanya, dan juga dari sisi makna kandungannya. Karena, Al-Qur’an dijaga dan dipelihara langsung oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Al-Qur’an sebagai sumber utama Islam, yang begitu sangat sempurna dan sangat lengkapnya. Karena, Al-Qur’an berisikan atau membahas, ataupun mengatur segala macam aspek kehidupan. Mulai dari Akidah (keimanan) dan Syariah. Baik perkara ibadah, akhlak, pakaian, makanan dan minuman. Hingga perkara muamalah, seperti: politik, ekonomi, sosial budaya, pergaulan pria dan wanita, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan dan persanksian, serta pertahanan dan keamanan.</p><p><br /></p><p>Al-Qur’an pun hakikatnya, adalah surat cinta Allah kepada kekasihnya. Yaitu, para hamba-Nya, yakni orang-orang yang beriman dan bertakwa sebenar-benarnya bertakwa kepada-Nya. Al-Qur’an berisikan kabar gembira dan peringatan Allah SWT kepada para hamba-Nya tersebut. Agar para hamba-Nya tersebut, berjalan di atas jalan yang lurus. Yaitu, jalan keridhaan Allah SWT. Sehingga para hamba-Nya tersebut, selamat dan bahagia hidup di dunia maupun di akhirat.</p><p><br /></p><p>Karena, Al-Qur’an ini surat cinta Allah kepada kita para hamba-Nya ini. Maka, sudah selayaknyalah kita membalas surat cintanya Allah ini. Dengan sungguh-sungguh kita pun mencintai Al-Qur’an tersebut. Dengan sepenuh hati, sebagai wujud rasa cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.</p><p><br /></p><p>Dalam hal ini, dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah, jika ia mencintai Al-Qur’an maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al-Haitsami dalam Majma Az-Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:</p><p><br /></p><p>“Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah ﷺ, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan Hari Kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk Hari Kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda Nabi Muhammad ﷺ: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena itulah, dengan kita mencintai Al-Qur’an dengan segenap jiwa. Artinya, pada hakikatnya pun kita sesungguhnya benar-benar pula mencintai Allah dan Rasul-Nya, beserta para Shahabat Radhiyallahu 'anhum.</p><p><br /></p><p>Adapun cara mencintai Al-Qur’an tersebut. Adalah dengan sungguh-sungguh menjaganya. Dan cara menjaga Al-Qur’an itu sendiri adalah dengan cara:</p><p><br /></p><p>*1. Mempelajarinya dan mengajarkannya*</p><p><br /></p><p>Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari, 5027).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena itulah, sudah selayaknyalah sebagai bukti cinta kita kepada Al-Qur’an. Adalah dengan sungguh-sungguh kita belajar dan mengajarkannya. Baik bacaan dan tulisan Al-Qur’an, menterjemahkannya maupun tafsirnya. Serta mempelajari pula ushlub, kaidah dan gaya bahasanya.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>*2. Membacanya*</p><p><br /></p><p>Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Orang yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para Malaikat yang mulia. Sedangkan, yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (HR. Al-Bukhari 4937, Muslim 244).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an. Karena, ia (Al-Qur’an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim, 804).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>*3. Menghafalkannya*</p><p><br /></p><p>Dari Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ ، وَمَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهْوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ ، فَلَهُ أَجْرَانِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Orang yang membaca dan menghafal Al-Qur’an, dia bersama para Malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-Qur’an, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala." (HR. Bukhari, 4937).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَجِىءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Al-Qur’an akan datang pada Hari Kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz (penghafal) Al-Qur’an mahkota kemuliaan. Al-Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz Qur’an, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan shahih).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>يجيء القرآن يوم القيامة كالرجل الشاحب يقول لصاحبه : هل تعرفني ؟ أنا الذي كنتُ أُسهر ليلك وأظمئ هواجرك… ويوضع على رأسه تاج الوقار ، ويُكسى والداه حلَّتين لا تقوم لهما الدنيا وما فيها ، فيقولان : يا رب أنى لنا هذا ؟ فيقال لهما : بتعليم ولدكما القرآن</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Al-Qur’an akan datang pada Hari Kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar Al-Qur’an.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 6/651).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>*4. Mengamalkannya atau membumikannya dalam segala aspek kehidupan.*</p><p><br /></p><p>Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata: saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Siapa yang menghafal Al-Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Qur’an.” (HR. Al-Hakim, 1/756).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,” (QS. Az-Zumar: 55).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT pun berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ini adalah sebuah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS. Al-Isra': 82).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Karena itulah, sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, sudah selayaknyalah kita selaku Muslim wajib mengimani atau meyakini 100% kebenaran Al-Qur’an tersebut. Sekaligus kita pun, berupaya mengamalkan seluruh isi Al-Qur’an dengan membumikannya dalam segala aspek kehidupan. Baik ayat yang membahas tentang akidah, ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, kesehatan dan hukum dan persanksian (qishash, jinayat, had, rajam, dan lain-lain). Hingga ayat yang membahas politik Islam (siyasah Islamiyah), dan lain-lain. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, sudah selayaknyalah pula, kita sebagai seorang Muslim tidak boleh mengimani atau mengambil sebagian Al-Qur’an; mengingkari atau meninggalkan (mencampakkan) sebagian Al-Qur’an.</p><p><br /></p><p>Seperti: kita hanya mengimani atau mengambil ayat-ayat tentang ibadah dan akhlak semata. Namun, sebaliknya kita justru mengingkari atau meninggalkan (mencampakkan) ayat-ayat tentang hukum-persanksian, ekonomi khususnya keharaman riba, politik khususnya pemerintahan Islam (Khilafah), dan lain-lain. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَ تَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ، فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذلِكَ مِنْكُمْ إِلّا خِزْيٌّ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ إِلَى أَّشَّدِّ الْعَذَابِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَيَقُولُونَ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ (47) وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ (48) وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ (49) أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (50)</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dan apabila mereka diseru kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (menguntungkan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. An-Nur: 47-50).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh karena itu pula, sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, sikap kita sebagai seorang Muslim yang sejati, atau Mukmin yang sejati. Adalah tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p> “Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar, dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS An-Nur: 51).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, selayaknya pula kita sebagai Muslim yang sejati atau Mukmin yang sejati. Selalu merujuk Al-Qur’an dan As-Sunnah, dalam setiap memutuskan berbagai macam perkara dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat, pasar, sampai dengan urusan negara. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil Amri (Pemimpin/Khalifah dalam sistem Islam) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa': 59).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hukum yang telah diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah: 49).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Jadi, bentuk mencintai Al-Qur’an tidak hanya sekedar Al-Qur’an dipelajari, dibaca dan dihafalkan semata. Ataupun hanya sekedar untuk perlombaan di MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) semata, dan hanya untuk perhiasan yang dipajang di tiap dinding Masjid dan rumah semata. Atau Al-Qur’an hanya sekedar dijadikan sebagai alat sumpah jabatan para petinggi negara baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Yang notabene para petinggi negara tersebut, satupun mereka tidak ada yang berhukum pada Al-Qur’an dalam mengurus dan mengelola rakyat dan negara. Namun, justru kebanyakan berhukum pada hukum buatan manusia dan hukum warisan buatan para penjajah kafir.</p><p><br /></p><p>Bahkan, terkadang mereka (eksekutif, legislatif dan yudikatif) pun cenderung terus-menerus menista Al-Qur’an. Dengan menggunakan slogan kesombongan mereka: "Ayat-ayat Konstitusi (UU/UUD buatan manusia) lebih tinggi daripada ayat-ayat suci Al-Qur’an (wahyu Allah)".</p><p><br /></p><p>Karena itulah, Al-Qur’an pun wajib diamalkan atau dibumikan secara kaffah atau totalitas, dalam segala aspek kehidupan. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara. Sebagai konsekuensi keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.</p><p><br /></p><p>Dan Al-Qur’an tidak akan bisa kita bumikan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Kecuali, hanya dengan institusi politik Islam, yaitu Khilafah. Hanya Khilafah yang bisa benar-benar membumikan Al-Qur’an secara kaffah, dalam segala aspek kehidupan tersebut. Maka, kita pun harusnya bersemangat dan mengikhlaskan diri kita. Untuk turut berjuang membumikan Al-Qur’an secara kaffah, dalam segala aspek kehidupan, hanya dalam bingkai Khilafah. Sebagai wujud real cinta kita kepada Al-Qur’an, yang notabene juga merupakan wujud cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana halnya pula, semangat kita dan keikhlasan kita dalam mempelajari, membaca dan menghafalkan Al-Qur’an tersebut.</p><p><br /></p><p>Oleh sebab itu, juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, marilah kita berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demi meraih ridha Allah dan surga-Nya. Serta agar kita selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 123-124).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: “Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, maka dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” [Tafsir Ath-Thabari, 16/225].</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Telah aku tinggalkan dua perkara kepada kalian. Kalian tidak akan pernah sesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’dzhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dengan mencintai Al-Qur’an sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Semoga Allah SWT menjadikan kita semuanya, benar-benar menjadi Ahlul Qur’an yang berkepribadian Al-Qur’an. Yaitu, benar-benar menjadi Khairu Ummah (umat yang terbaik), yang menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta. Aaamiin.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-52336973195751939352022-06-26T07:05:00.000-07:002022-06-26T07:05:05.254-07:00MAKNA POLITIS SHALAT BERJAMA'AH <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtz4zBpHFip5bMqa21AES8_lKHCW3f2_ZKD6xXbNJMjBcgG5wrSv3VYEm5KhPHPX46eCUMNdDoIaj0-DHZ6kALdzYnC9hVy_6dI5UkJ9QQ0VhY0WInyXFfpl9j82-CFkDrMXKdqh9vdcoMHaoMTE3uzhuciVL82b6dn9DIKzy4aqoi5uuEv0kNvoEA/s630/IMG_20220331_125552_080.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="630" data-original-width="628" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtz4zBpHFip5bMqa21AES8_lKHCW3f2_ZKD6xXbNJMjBcgG5wrSv3VYEm5KhPHPX46eCUMNdDoIaj0-DHZ6kALdzYnC9hVy_6dI5UkJ9QQ0VhY0WInyXFfpl9j82-CFkDrMXKdqh9vdcoMHaoMTE3uzhuciVL82b6dn9DIKzy4aqoi5uuEv0kNvoEA/s320/IMG_20220331_125552_080.jpg" width="319" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>*Shalat Yang Berkualitas*</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bila hati kita resah, risau, galau, gundah-gulana, was-was, tidak khusyu', lalai dan kita pun terkadang bermaksiat dalam kesendirian kita.</p><p><br /></p><p>Itu artinya ada masalah dengan kualitas shalat kita tersebut. Kualitas shalat kita bisa jadi bermasalah, baik secara Syariat maupun secara Hakikat.</p><p><br /></p><p>Bukankah Rasulullah Saw telah bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari, No. 6008).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah Saw adalah orang yang sangat terbaik dan sangat berkualitas shalatnya, baik secara Syariat maupun secara Hakikat.</p><p><br /></p><p>Dan beliau Saw adalah model terbaik atau contoh teladan terbaik, dan tuntunan shahih shalat yang berkualitas untuk kita umatnya ini.</p><p><br /></p><p>Begitu pula para Sahabat radhiyallahu 'anhum pun adalah orang-orang yang terbaik, dan berkualitas shalatnya baik secara Syariat maupun secara Hakikat.</p><p><br /></p><p>Dan para Sahabat radhiyallahu 'anhum pun adalah pula teladan terbaik shalat yang berkualitas. Karena, para Sahabat mewarisi tatacara shalat yang berkualitas dari Rasulullah Saw.</p><p><br /></p><p>Karena itu, sangat wajar para Sahabat memiliki kepribadian yang luhur. Yaitu, kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah) dan digelari Khairu Ummah (umat yang terbaik) yang terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar. Serta menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta. Dan sebaik-baiknya generasi awal Islam.</p><p><br /></p><p>Bahkan, sebagian mereka para Sahabat radhiyallahu 'anhum pun tersebut, dijamin masuk surga oleh Allah tanpa hisab. </p><p><br /></p><p>Karena itu, mari segera kita bersama-sama perbaiki shalat kita baik secara Syariat maupun Hakikat dengan ilmu, iman dan taqwa. Sehingga shalat kita pun akan menjadi berkualitas dan membekas.</p><p><br /></p><p>Bila shalat kita berkualitas, maka niscaya shalat kita itu akan membekas dalam jiwa, dan kepribadian kita, serta dalam kehidupan kita. Niscaya pula makin bikin hidup kita, makin lebih hidup dan berkualitas, penuh rahmah dan penuh berkah.</p><p><br /></p><p>Sehingga kita pun akan menjadi pribadi yang mukhlis, wara', zuhud, dan istiqamah hingga tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan hati kita pun akan menjadi semakin sabar, lembut nan ikhlas serta ridha dalam menerima nasihat, ilmu dan kebenaran, serta Qadha dan Qadarnya Allah SWT.</p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, beruntunglah orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya dan celakalah orang-orang yang lalai dalam shalatnya.</p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mukminun: 1-2).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Celakalah orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. al-Ma’un: 4-5).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>*Keutamaan Shalat Berjama'ah*</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Adapun keutamaan shalat berjama'ah, khususnya di dalam Masjid sangat banyak sekali. Dijelaskan dalam banyak dalil syara' perihal shalat berjama'ah tersebut.</p><p><br /></p><p>Diantaranya terdapat dalam beberapa hadits Rasulullah Saw berikut ini, Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah, atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya lalu keluar dari rumahnya menuju Masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkah pun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p> </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Shalat berjama'ah lebih utama 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p> </p><p><br /></p><p>إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalanannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p> </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>من صلَّى العشاء في جماعة فكأنما قام نصف الليل ، ومَن صلّى الصبح في جماعة فكأنما قام الليل كله</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa shalat isya’ secara berjama'ah maka seakan-akan dia melakukan shalat separuh malam. Barangsiapa shalat subuh berjama'ah maka seakan-akan dia shalat seluruh malam.” (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p> </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Mereka pun yang melakukan sholat berjama’ah, akan terhindar dari gangguan setan yang terkutuk.</p><p><br /></p><p>Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjama'ah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjama'ah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>*Makna Politis Shalat Berjama'ah*</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Shalat berjama'ah khususnya di dalam Masjid, pada setiap hari di 5 waktu (shalat 5 waktu) dan di hari Jumat (shalat Jumat), yang banyak keutamaannya tersebut. Yang dilakukan setiap hari oleh umat Islam, di berbagai belahan dunia dan di negeri ini yang penduduknya mayoritas umat Islam.</p><p><br /></p><p>Sesungguhnya secara tersirat mengandung makna politis, sebagai konsep ajaran Islam perihal sistem politik Islam, dimana masjid merupakan miniatur Daulah Islam (negara Islam/Khilafah).</p><p><br /></p><p>Sedangkan, shalat berjama'ah di dalamnya menggambarkan konsep sistem pemerintahan Islam/ketatanegaraan Islam. </p><p><br /></p><p>Dimana shalat berjama'ah merupakan miniatur sistem pemerintahan/ketatanegaraan Khilafah Islam (al-Imamah/Daulah Islam).</p><p><br /></p><p>Imam shalat berjama'ah wajib satu, adalah miniatur Khalifahnya (Amirul Mukminin/Sulthan/imam al-A'dzham) yang wajib satu. Dan makmum shalat berjama'ahnya, adalah miniatur dari rakyat dari negara Islam atau Daulah Islam (Khilafah Islam).</p><p><br /></p><p>Imam (Khalifah) dan makmum (rakyat) menghadap kiblat yang sama. Menyembah Tuhan (Allah) yang sama, dan tatacara shalat mereka pun sama mengikuti tatacara shalat Rasulullah Saw dari takbir hingga salam.</p><p><br /></p><p>Serta bahasa (bahasa Arab) dan bacaan (Al-Quran dan As-Sunnah) yang mereka pakai pun sama.</p><p><br /></p><p>Artinya, sistem hukum yang diterapkan dalam Daulah Islam (negara Islam/Darul Islam). Seperti, yang digambarkan dalam Masjid dan shalat berjama'ah tersebut, adalah satu dan sama yaitu Syariah Islam dalam bingkai Khilafah.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab. []</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-45649098364454987912022-06-23T01:23:00.005-07:002022-06-23T01:23:59.583-07:00Hindari Sikap Keliru Dalam Dakwah Berjama'ah <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibcI2xoQWZtSXpcSWXw9T57FfzEFGGhkqqa7wOw3-USHouuZqqHJTc4BBYB9AhPhivMEcy22o4YcRBbDAypeFxPsT7KKIlb0ClSXOVyVZf2L2Zzbkn5y7n35dtTLGBN5jUp9byxjqj0fYzEfBPq5IgKbHDwrEEt_dVF5UZKzYxUnjKaT1CFIjrysgm/s855/20220623_151937.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="642" data-original-width="855" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibcI2xoQWZtSXpcSWXw9T57FfzEFGGhkqqa7wOw3-USHouuZqqHJTc4BBYB9AhPhivMEcy22o4YcRBbDAypeFxPsT7KKIlb0ClSXOVyVZf2L2Zzbkn5y7n35dtTLGBN5jUp9byxjqj0fYzEfBPq5IgKbHDwrEEt_dVF5UZKzYxUnjKaT1CFIjrysgm/s320/20220623_151937.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p><b>5 Hal Yang Bisa Membuat Anda Keluar Dari Jamaah</b></p><p><br /></p><p>Oleh : Ustadz Iwan Januar</p><p><br /></p><p>Berdakwah membutuhkan jamaah. Allah SWT. pun amat cinta pada mereka yang berjuang bersama layaknya bangunan yang tersusun rapih.</p><p>Dengan berjamaah pula kita bisa terlindungi dari lingkup pergaulan yang dapat merusak perasaan serta pemikiran. Sendirian dalam dakwah sungguh amal yang berat. Saat kaki keliru melangkah nyaris tak ada yang membelokkan kita ke jalan yang lurus. Syetan amat mudah menjerat orang yang terpisah dari jamaah. Nabi saw. bersabda:</p><p><br /></p><p>عَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ</p><p>Wajib atas kalian berjamaah, karena serigala memakan (hewan gembala) yang terpisah. (HR. Ahmad).</p><p>Tapi berjamaah memang membutuhkan spirit ukhuwah yang kuat. Kita harus bisa menumbuhkan sikap saling pengertian, pandai membawa diri dan menahan diri. Bila tidak, maka kebersamaan kita dalam jamaah hanya tinggal menunggu hari saja.</p><p><br /></p><p>Tulisan berikut sebagai bahan muhasabah diri, karena seringkali terjadi orang memutuskan keluar dari dakwah berjamaah bukan karena kesalahan pemikiran dan metode perjuangan yang diemban kawan-kawan seperjuangan, melainkan karena sikap diri yang keliru saat hidup dalam amal jama’iy.</p><p><br /></p><p>Ironinya, sebagian orang yang keluar itu ada yang malah tidak melakukan dakwah sama sekali, melainkan jika sempat saja. Bukan sebagai poros kehidupan. Ada juga yang demikian futur hingga akhirnya jatuh dalam kemungkaran, melalaikan kewajiban syariat dan melanggar batas-batasnya.</p><p><br /></p><p>Sekurangnya ada lima perkara yang umumnya dilakukan seseorang hingga akhirnya ia merasa jengah hidup berjamaah, lalu meninggalkan kawan-kawan seperjuangannya.</p><p><br /></p><p>1. Hilang Sikap Pemaaf. Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia tanpa kesalahan dan kekhilafan. Kawan-kawan Anda di dalam jamaah bukan malaikat. Mereka bisa salah, tapi juga bisa begitu baik pada Anda. Dengan terus menerus komplain kekeliruan, kesalahan atau keburukan seorang atau beberapa orang kawan Anda dalam jamaah, tidak akan membuat suasana jamaah – dan yang paling penting suasana hati Anda – akan menjadi lebih baik.</p><p><br /></p><p>Kewajiban akhi/uhkti saat melihat perilaku atau perkataan negatif dari beberapa orang dalam jamaah adalah beramar maruf nahi mungkar. Ingatkan, ingatkan dan ingatkan secara personal, lalu setelah itu serahkanlah urusan itu kepada Allah. Bila apa yang mereka kerjakan kemaksiatan seperti makan riba, mendekati zina, dsb. Andai mereka bergeming setelah diberikan peringatan, maka laporkan kepada pihak yang berwenang. Jangan terus menerus mengkomplain tanpa mengambil solusi tepat.</p><p><br /></p><p>Tapi percayalah, akan selalu ada dalam jamaah itu rekan yang tetap baik — mungkin jumlahnya lebih banyak – yang dengan melihat kebaikannya akan membuat akhi/ukhti kembali rindu untuk bisa hidup berjamaah.</p><p><br /></p><p>2. Tak Mau Mengalah. Jamaah bukanlah arena kompetisi, tapi justru tempat mengasah keikhlasan. Termasuk ikhlas dalam menerima pendapat kawan kita. Apalagi bila keputusan sudah diambil oleh jamaah, maka harus diterima dengan penuh kesadaran.</p><p><br /></p><p>Tentu, sulit membuat keputusan yang tepat 100 persen dan memuaskan semua pihak, termasuk mungkin tidak memuaskan akhi/ukhti. Tapi percayalah, itu biasa terjadi dalam dinamika sebuah kelompok, termasuk dalam berumah tangga. Adakalanya akhi sebagai suami harus bisa mengalah pada keinginan istri, demikian pula sebaliknya. Nanti ketika kita terjun di dunia pekerjaan atau bisnis, juga adakalanya kita harus mengalah pada keputusan perusahaan, rekan bisnis, atau konsumen.</p><p><br /></p><p>Kalau kita bisa mengalah pada pasangan dalam rumah tangga, patuh pada aturan perusahaan, sepakat pada keinginan mitra bisnis, kenapa tidak berusaha ikhlas menerima keputusan jamaah? Apalagi bila tak ada cacat menurut syariat Islam. Tidak masuk akal bila kita bisa mengalah untuk sepakat dengan orang lain, tapi tidak dengan rekan-rekan dalam jamaah.</p><p><br /></p><p>3. Mencari kawan ‘senasib’. Biasanya, ketika orang sudah mulai merasa tidak betah dengan jamaah, ada saja yang kemudian ‘kasak-kusuk’ untuk mencari kawan senasib. Sama-sama komplain dan kecewa terhadap jamaah. Tahukah akhi/ukhti, biasanya kawan seperti itu selalu ADA! Entah di jamaah dakwah, organisasi atau perusahaan, akan selalu ada orang merasa senasib dikecewakan oleh manajemen atau rekan kerja, atau rekan dakwah.</p><p>Kasak-kusuk berjamaah seperti ini — lalu menjadi sebuah grup – akan membuat akhi/ukhi makin tidak betah berlama-lama di jamaah. Akumulasi kekecewaan akhirnya membesar dan melahirkan sikap apatis lalu keluar dari jamaah. Minusnya grup semacam ini adalah membuat kita menjadi ‘buta’ bahwa sebenarnya masih banyak kebaikan-kebaikan dalam jamaah ini.</p><p><br /></p><p>Hentikan grup semacam ini. Ingatlah kewajiban dan kemuliaan dakwah. Ingat pula, Allah adalah tujuan kita berdakwah. RidhoNya yang kita cari, bukan ridho rekan dakwah, ridho atasan, apalagi ridho Rhoma!</p><p><br /></p><p>4. Sibuk Sendiri. Cinta akan semakin dalam bisa karena kebersamaan. Jarang berjumpa, cinta akan cepat terlupa. Itu sebabnya orang sulit menjalin pola hubungan LDR (Long Distance Relationship). Sama halnya dengan hidup berjamaah. Manakala akhi/ukhti sudah sibuk sendiri, jarang menghadiri liqo’-liqo’, atau acara-acara jamaah seperti masiroh, tabligh akbar, dsb. Lama-lama kita akan mati rasa terhadap jamaah.</p><p><br /></p><p>Luangkanlah waktu untuk hadiri acara liqo’, tabligh, aksi masiroh, dsb. Insya Allah gelora kebersamaan dan perjuangan akan semakin kuat. Jangan sampai kesibukan duniawi merampas hidayah yang Allah sudah karuniakan kepada kita.</p><p><br /></p><p>5. ‘Hidup sendiri itu enak’. Orang yang sudah merasa ter-elinasi dalam kelompok biasanya akan berpikir demikian. Ia menimbang-nimbang untung rugi untuk segera memutuskan hubungan dari jamaah. Ketika ia merasa jamaah sudah tak memuaskan lagi, sering membuat kecewa, ia pun sudah mulai sibuk dengan dunianya sendiri, maka ia akan mantap untuk menuju pintu keluar.</p><p><br /></p><p>Hal yang tidak diketahui oleh mereka yang berpikir untuk keluar adalah tidak mudah mempertahankan sikap istiqomah pada syariat dan dakwah jika berjuang sendirian. Mungkin ada sedikit orang yang kemudian masih eksis bergerak di jalan dakwah secara sendirian, tapi sebagian besar futur. Rontok digerus roda kehidupan kapitalisme yang kejam. Masih mempertahankan keislaman secara individu saja sudah alhamdulillah, tidak sedikit malah yang seperti hilang ‘bekas-bekas’ pembinaan keislamannya. Anda akan pangling saat bertemu mereka, seolah belum pernah tersentuh dakwah Islam. Ada yang bekerja di sektor haram seperti perbankan, bursa saham, fitness centre yang berisi ikhtilat pria-wanita dalam busana minim. Ada juga yang menikah dengan wanita fasik yang tidak malu mengumbar aurat ke hadapan lelaki asing mana saja.</p><p><br /></p><p>Tidak gampang mempertahankan kepribadian Islam saat hidup sendiri, apalagi keluar dari kehidupan berjamaah dengan perasaan dendam. Celakanya dendam itu ditumpahkan bukan saja kepada rekan-rekan jamaah yang telah melukai perasaannya, tapi justru kepada diri sendiri dan kepada Islam!</p><p><br /></p><p>Ikhwan fillah,</p><p>Memang tidak mudah menata diri dalam jamaah. Perlu ketrampilan jiwa untuk menerima kehadiran orang lain dalam hidup kita. Bersabar, saling berprasangka baik dan saling menghormati adalah beberapa skill yang harus kita siapkan dalam kehidupan berjamaah. Janganlah menjadi insan yang gampang patah harapan terhadap jamaah, tapi juga janganlah menjadi sosok yang suka mematahkan harapan orang lain.</p><p>Bagaimanapun juga, hidup berjamaah jauh lebih baik. Akan selalu ada kawan yang menyertai kita dalam kehidupan. Siap meluruskan manakala ada kesalahan, dan siap membantu dalam kebenaran.</p><p><br /></p><p>يَا أَيُّهَا النَّاسُ اسْمَعُوا وَاعْقِلُوا ، وَاعْلَمُوا أَنَّ لِلَّهِ عِبَادًا لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ ، النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ . فَجَثَى رَجُلٌ مِنَ الأَعْرَابِ مِنْ قَاصِيَةِ النَّاسِ ، وَأَلْوَى بِيَدِهِ إِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا نَبِيَّ اللهِ نَاسٌ مِنَ النَّاسِ لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ انْعَتْهُمْ لَنَا حَلِّمْهُمْ لَنَا ، يَعْنِي صِفْهُمْ لَنَا ، شَكِّلْهُمْ لَنَا فَسُرَّ وَجْهُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، لِسُؤَالِ الأَعْرَابِيِّ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هُمْ نَاسٌ مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ لَمْ تَصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ تَحَابُّوا فِي اللهِ وَتَصَافَوْا ، يَضَعُ اللَّهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا فَيَجْعَلُ وُجُوهَهُمْ نُورًا ، وَثِيَابَهُمْ نُورًا ، يَفْزَعُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَفْزَعُونَ ، وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللهِ الَّذِينَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ.</p><p><br /></p><p>“Wahai manusia! Dengarlah dan pikirkanlah! Sesungguhnya Allah azza wa jalla mempunyai makhluk-makhluk yang mereka itu bukanlah para nabi dan bukan pula para syuhada, sedang para nabi dan syuhada iri terhadap mereka itu karena dekatnya kedudukan dan kedekatan mereka terhadap Allah.”</p><p>Maka bertekuk lututlah seorang laki-laki badui yang termasuk orang-orang yang keras hatinya seraya mengayunkan tangannya kepada Nabi saw. Lantas ia pun berkata: Ya Rasulullah, orang-orang dari kalangan kaum mukminin, bukan dari para nabi dan bukan pula kaum syuhada, namun para nabi dan kaum syuhada iri kepada mereka karena majlis dan kedekatan mereka? Sebutkan ciri-ciri mereka. Jelaskan hal mereka kepada kami.</p><p> Maka Rasulullah saw pun senang akan pertanyaan orang badui itu, lantas bersabda,</p><p><br /></p><p>هُمْ نَاسٌ مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ لَمْ تَصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ تَحَابُّوا فِي اللهِ وَتَصَافَوْا ، يَضَعُ اللَّهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا فَيَجْعَلُ وُجُوهَهُمْ نُورًا ، وَثِيَابَهُمْ نُورًا ، يَفْزَعُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَفْزَعُونَ ، وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللهِ الَّذِينَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ</p><p>Mereka adalah orang-orang dari berbagai suku dan kabilah, tidak ada hubungan kerabat dekat antara mereka, mereka saling mencintai karena Allah dan saling tulus. Di hari kiamat Allah akan meletakkan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya lantas Allah mendudukkan mereka pada mimbar-mimbar itu. Lantas Alah jadikan wajah-wajah dan baju-baju mereka dari cahaya. Saat manusia tersentak di hari kiamat mereka tiada tersentak. Mereka itu wali-wali Allah yang tiada takut dan tiada bersedih hati. (HR. Ahmad).</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-68680132400629504802022-06-23T01:17:00.001-07:002022-06-23T01:17:57.894-07:00Penyakit Hati Membuat Tidak Dakwah Berjama'ah <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvEF5j5-HaJ5YIr6itJNqWveNW0LsDEOo0lK9Wr-D49FUVnSFRx64lrC7soV08THpgBHryltrVkjidOSEQ1Q6LR9vLUfW_Dc5TY5bgY_PKYd7ahqUYJPVl11StPzNShMna-a85r1Qcr5oN1ZeQoJkP0hDkTmT0ImNVOiRKQNyDMa_x3bF-chCQzrjP/s720/20220428_205159.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="720" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvEF5j5-HaJ5YIr6itJNqWveNW0LsDEOo0lK9Wr-D49FUVnSFRx64lrC7soV08THpgBHryltrVkjidOSEQ1Q6LR9vLUfW_Dc5TY5bgY_PKYd7ahqUYJPVl11StPzNShMna-a85r1Qcr5oN1ZeQoJkP0hDkTmT0ImNVOiRKQNyDMa_x3bF-chCQzrjP/s320/20220428_205159.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p> *Futur Karena Dakwah Fardiyah ?*</p><p><br /></p><p>_Oleh: Ustadz Iwan Januar_</p><p><br /></p><p>Bisakah kita berdakwah tanpa support jamaah? Mampukah kita berdiri di atas panggung dakwah tanpa kolektivitas jamaah? Bisakah seorang diri kita membangun peradaban tanpa keikutsertaan jiwa dan raga kita dalam sebuah kutlah dakwah?</p><p><br /></p><p>Sulit rasanya menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan di atas. Tabiat manusia itu lemah, mudah tergelincir, membutuhkan ilmu, dan membutuhkan link pertemanan. Untuk membangun sebuah rumah yang besar saja tak bisa seorang diri, apalagi membangun peradaban. Maka, sungguh kita membutuhkan kawan dan pembimbing dalam mengarungi medan dakwah ini.</p><p><br /></p><p>Sehebat apapun seseorang, tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan kolektivitas. Kebersamaan merupakan salah satu syarat perjuangan mencapai kemenangan. Dalam dunia bisnis hampir tak ada satu perusahaan yang tak menjalin kemitraan. Dalam dunia politik dan militer, negara-negara imperialis menjalin persekongkolan satu dengan lain untuk mencabik-cabik umat dan mencegah kebangkitan Islam.</p><p><br /></p><p>Dalam dunia dakwah? Apalagi. Kebersamaan, keberjamaahan, kesatuan, unity atau apalah namanya adalah syarat untuk menggapai pertolongan Allah SWT. Penghulu umat ini, Rasulullah SAW. mewasiatkan akan kebaikan hidup berjamaah:</p><p><br /></p><p>« اثْنَانِ خَيْرٌ مِنْ وَاحِدٍ وَثُلاَثٌ خَيْرٌ مِنِ اثْنَيْنِ وَأَرْبَعَةٌ خَيْرٌ مِنْ ثَلاَثَةٍ فَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَنْ يَجْمَعَ أُمَّتِى إِلاَّ عَلَى هُدًى »</p><p><br /></p><p> </p><p>Dua orang lebih baik dari seorang, tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah). (HR. Ahmad)</p><p><br /></p><p> </p><p>Mari renungkan, ketika Allah memberikan kecerdasan dalam berdakwah, membuat fasih lisan kita menyampaikan kalimatullah, darimanakah semua itu ditempa? Hasil kecerdasan sendirikah, atau karena terasah dalam liqo-liqo yang dibantu oleh para guru yang mukhlis? Kita semua tahu jawabannya; itu karena jamaah, karena ada kawan dan para guru yang tulus hati membina hingga Allah mudahkan pemahaman kita.</p><p><br /></p><p>Darimana pula Anda mendapatkan jaringan dakwah yang begitu luas hingga seantero negeri, bahkan mancanegara? Semua berawal dari pertemanan kita dalam jamaah. Satu dua atau tiga kawan memberi Anda panggung untuk menyampaikan kalimatullah karena mereka mempercayai Anda lebih fasih dan lebih pandai dari mereka. Maka mereka amanahkan panggung demi panggung dakwah agar dakwah ini berkembang lewat diri Anda sebagai bagian dari jamaah. Bukankah ini the power of relationship?</p><p><br /></p><p>Sampai kemudian dunia mengenal Anda sebagai seorang juru dakwah yang handal. Kalimat-kalimat Anda cerdas dan berisi, menggelora dan membuat umat merasa terpuaskan, hingga Anda pun seolah menjadi ikon dakwah baru di antara para juru dakwah yang lain.</p><p><br /></p><p>Namun di situlah sebenarnya perangkap dipasang. Ketika syaitan tak bisa menghentikan dakwah seorang hamba, mereka akan berusaha memisahkan seorang juru dakwah dari jamaahnya. Maka waspadailah penyakit hati juru dakwah yang bisa membuat seseorang terlepas dari jamaahnya. Tak jarang dan tak sedikit pengemban dakwah yang lepas dari orbit dakwah berjamaah karena hilang kesadaran berjamaah. Tanpa disadari satu persatu ikatan jamaah mereka lepaskan, sampai akhirnya muncul satu pemikiran; tak butuh lagi dakwah berjamaah.</p><p><br /></p><p>Ada beberapa penyakit hati yang bisa membuat seorang juru dakwah tergelincir di jalan dakwah. Lepas kendali dan lepas dari orbit dakwah berjamaah.</p><p><br /></p><p>Meremehkan Amal Jama’i</p><p>Karena keasyikan dakwah secara pribadi, tak jarang seorang hamba meremehkan amal jama’i; liqo, kontak, dan segenap agenda dakwah berjamaah. Jarang hadir dalam agenda bersama bahkan mulai melanggar komitmen dakwah berjamaah. Inilah simpul awal yang terlepas dari kehidupan dakwah berjamaah, ketika seorang pengemban dakwah mulai meremehkan kedisplinan hidup berjamaah meski dengan alasan berdakwah (pribadi). Untuk ini mereka punya alasan yang seperti benar; saya juga berdakwah! Ironi.</p><p><br /></p><p>Sibuk Dengan Citra Diri</p><p><br /></p><p>Dunia milenial menciptakan gaya hidup baru bagi manusia; brand mark! Sedihnya tak jarang mereka yang terlibat dalam dakwah juga ikut berlomba membangun brand image. Ingin menunjukkan dirinya adalah sosok penting, bahkan sampai menampilkan hal-hal yang sebenarnya tak penting ke hadapan umat. Ia merasa umat harus tahu ketika ia minum kopi, makan bersama siapa, atau bahkan ketika ia bernafas dan memejamkan mata. Semua demi brand image.</p><p><br /></p><p>Marilah kita renungkan bahwa yang harus kita muliakan dan agungkan adalah agama dan pribadi Nabi kita Muhammad SAW., bukan diri kita, keluarga kita atau bahkan orangtua kita. Sesungguhnya kemuliaan adalah milik Allah dan Ia akan berikan pada siapa saja yang Ia kehendaki:</p><p><br /></p><p>قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</p><p><br /></p><p>Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (TQS. Ali Imran: 26)</p><p><br /></p><p>Penyakit bahaya kelas</p><p><br /></p><p>Alamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Takattul Hizbiy menyebutkan salah satu bahaya yang bisa menimpa sebuah kutlah/jamaah dakwah adalah bahaya kelas, yaitu ketika sebuah jamaah merasa lebih hebat dan ingin dilayani umat. Bila pernyataan beliau kita jadikan pisau bedah dalam kehidupan pribadi para dai, hal ini pun bisa terjadi. Seorang juru dakwah bisa lupa diri hingga merasa lebih tinggi derajatnya, lebih penting dibandingkan kawan-kawannya, bahkan merasa lebih unggul dibandingkan jamaahnya. Penyakit hati ini menyebabkan ia meremehkan segala keterikatan dengan jamaah, meremehkan nasihat dan teguran dari kawan-kawannya yang berada dalam jamaah. Ia merasa lebih penting berdiri di panggung dakwah di tempat lain, ketimbang duduk dalam agenda dakwah bersama. Bahkan ia merasa umat lebih memuliakan dia ketimbang jamaahnya. Hingga akhirnya ia marah pada saat jamaah mengingatkan dan menegurnya. Padahal semua dilakukan oleh jamaah karena rasa cinta dan sayang padanya.</p><p><br /></p><p>Tak merasa bersalah</p><p><br /></p><p>Adalah nasihat klasik yang disampaikan para alim ulama, bila hati telah ternoda dosa lalu tak dimintai ampunan, lama kelamaan hati akan membeku. Ia tak tersentuh lagi dengan nasihat dan peringatan. Siapapun bisa mengalami hal itu termasuk para juru dakwah yang telah bergeser orbit dakwahnya dari dakwah jamaah menuju keasyikan dakwah pribadi. Berbagai pengabaian amanah dan agenda dakwah dalam berjamaah tak lagi menjadi perhatiannya. Bahkan ketidakdisplinannya dalam kehidupan berjamaah sudah dianggap biasa, ironinya ia sendiri marah ketika ada orang tidak menepati akad dengannya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam kitabnya Al-Jawabul Kafi menuliskan bahwa suatu dosa biasanya akan menuntut dosa yang lain dan akan menuntut eskalasi atau peningkatan. Waliyyadzu billah.</p><p><br /></p><p>Mencari kesalahan jamaah</p><p><br /></p><p>Level lebih jauh dari bergesernya seorang dai dari orbit dakwah adalah ia mulai banyak mengeluhkan kondisi jamaah, seolah mencari pembenaran bahwa ia memang layak meninggalkan jamaah. Para sahabat pecinta dakwah, sedari awal kita harus sudah menyadari bahwa jamaah dakwah diisi oleh manusia biasa, yang tak luput dari kekurangan dan kekhilafan. Dimana pun kita berada, selalu akan bertemu sosok-sosok yang penuh dosa dan khilaf. Namun itu bukan alasan kita menyalahkan jamaah lalu berpaling dari mereka, kecuali bila mereka sepakat melakukan kemungkaran. Bukankah bila rumah kita kurang layak maka tugas kita adalah ikut membenahinya, bukan malah meninggalkannya apalagi membumihanguskannya?</p><p><br /></p><p>Ikhwah fillah, tulisan ini adalah pengingat bagi al-faqir pribadi dan ikhwan semua karena dorongan rasa cinta pada Allah. Luangkan waktu sejenak untuk merenung bahwa panggung demi panggung dakwah yang telah dibangun semua adalah karunia Allah yang dilimpahkan melalui perjuangan kawan-kawan dalam jamaah. Ada jasa guru-guru kita, ada jasa kitab-kitab yang telah dikaji bertahun-tahun. Saatnya menurunkan ego diri, membuang bahaya kelas, merendahkan hati dan menyemai lagi keikhlasan untuk menggelar tikar lalu duduk bersama kawan-kawan dalam jamaah. Karena rumah kita adalah jamaah dakwah, kita berasal dari sana dan kita pun ingin berkumpul bersama orang-orang saleh dalam jamaah kita.</p><p><br /></p><p>Percayalah, andai pun kaki melangkah tuk pergi berlalu dan tak kembali, rumah itu takkan runtuh karena di dalamnya masih banyak orang-orang yang jauh lebih ikhlas, lebih bagus dalam beramal dibandingkan diri kita. Malah bisa jadi akan datang penghuni-penghuni baru yang lebih bersih dibandingkan hati dan tangan kita ini. Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan jamaah. Mari kembali rapatkan hati dan barisan dalam rumah ini untuk memenangkan agama Allah bersama-sama.</p><p><br /></p><p>إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَّاذَّةَ وَالْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ وَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ</p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya setan adalah serigala terhadap manusia seperti serigala menerkam kambing yang terasing, menjauh dan menyisih. Maka janganlah kalian menempuh jalan sendiri dan hendaklah kalian berjama’ah dan berkumpul dengan orang banyak.” (H.R. Ahmad)</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-4277419823736968732022-06-22T03:01:00.000-07:002022-06-22T03:01:02.180-07:00TIDAK ADA PEMISAHAN ANTARA AGAMA (ISLAM) DENGAN DUNIA DAN NEGARA <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy-PEQPtUTRkLam2pK50w-m9z6tZ5VvGV8MFTft4YJo2t9tGkBtqZyF_idfvCPxEs6Iz0LIVpFN15ty85Du_c5DzmgwLD9wbBba9Rjmu3XGECTzGlHwhBSORxzlC26hwCPD1sxvkhiy3ddhLYZRxERW7uOLYQV1V8egZGq2xLcde4V51AgjDMg3Olj/s1024/IMG_20220607_065456_659.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy-PEQPtUTRkLam2pK50w-m9z6tZ5VvGV8MFTft4YJo2t9tGkBtqZyF_idfvCPxEs6Iz0LIVpFN15ty85Du_c5DzmgwLD9wbBba9Rjmu3XGECTzGlHwhBSORxzlC26hwCPD1sxvkhiy3ddhLYZRxERW7uOLYQV1V8egZGq2xLcde4V51AgjDMg3Olj/s320/IMG_20220607_065456_659.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Al-Imam Al-Ghazali rahimahullah, dalam kitab Ihya' Ulumuddin beliau menjelaskan:</p><p><br /></p><p><br /></p><p> وخلق الدنيا زادا للمعاد ليتناول منها ما يصلح للتزود فلو تناولوها بالعدل لانقطعت الخصومات وتعطل الفقهاء ولكنهم تناولوها بالشهوات فتولدت منها الخصومات فمست الحاجة إلى سلطان يسوسهم واحتاج السلطان إلى قانون يسوسهم به فالفقيه هو العالم بقانون السياسة وطريق التوسط بين الخلق إذا تنازعوا بحكم الشهوات فكان الفقيه معلم السلطان ومرشده إلى طرق سياسة الخلق وضبطهم لينتظم باستقامتهم أمورهم في الدنيا ولعمري إنه متعلق أيضا بالدين لكن لا بنفسه بل بواسطة الدنيا فإن الدنيا مزرعة الآخرة ولا يتم الدين إلا بالدنيا والملك والدين توأمان فالدين أصل والسلطان حارس وما لا أصل له فمهدوم وما لا حارس له فضائع ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان وطريق الضبط في فصل الحكومات بالفقه.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dunia diciptakan sebagai bekal kembali, sebagai tempat mencari sesuatu yang layak dijadikan bekal. Jika cara mencarinya masyarakat dilakukan dengan jalan adil, maka sudah pasti tidak akan melahirkan permusuhan, sehingga posisi seorang yang faham agama menjadi tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, kecondongan masyarakat berkata lain, mereka mencari dunia disertai syahwat, sehingga mengakibatkan lahirnya permusuhan.</p><p><br /></p><p>Di sinilah kemudian posisi seorang pemimpin (imam/penguasa/sulthan/khalifah) dibutuhkan untuk mengatur. Untuk itu pula, seorang pemimpin membutuhkan sejumlah peraturan (UU/sistem). Pada akhirnya, dari sini seorang faqih (orang yang memahami agama/Ulama) tampil sebagai sosok yang mengetahui hukum pengaturan itu (siyasah/politik/kekuasaan/negara) dan jalan untuk menengahi segala keperluan makhluk itu, yaitu saat mereka saling berbantah-bantahan dengan masing-masing kepentingannya.</p><p><br /></p><p>Disinilah kemudian seorang faqih punya peran penting sebagai orang yang memberikan peringatan kepada pemimpin (penguasa/imam/sulthan/khalifah), menunjukkan cara mensiasati (mengurusi/mengatur) kepentingan masyarakat itu, dan menetapkan batas aturan yang bisa diterima segenap pihak yang berkepentingan terkait dengan keduniaan masyarakat itu. Dan untuk penegakkan pemerintahan, bagaimanapun juga ia selalu berkorelasi dengan agama, namun tidak secara utuh, melainkan dengan menjadikan dunia sebagai perantara, karena dunia merupakan ladang akhirat. Tidak sempurna suatu agama tanpa dunia. Baik pemerintahan maupun agama, keduanya berdiri saling melengkapi. Agama merupakan pondasi, sementara pemimpin (imam/sulthan/penguasa/khalifah) adalah perawatnya. Segala sesuatu yang tidak memiliki pondasi akan mudah roboh.</p><p><br /></p><p>Demikian pula, sesuatu yang memiliki pondasi namun tanpa ada yang merawat/menjaganya maka akan berlangsung sia-sia. Tidak akan berlangsung normal, suatu pemerintahan (kekuasaan/negara) dan peraturan tanpa keberadaan seorang pemimpin (imam/sulthan/khalifah). Dan cara satu-satunya penegakkan peraturan dalam suatu pemerintahan tidak ada jalan lain melainkan dengan fiqih (ilmu hukum/tsaqafah Islam) siyasah (perihal politik/pemerintahan/ketatanegaraan Islam)." [Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin, Kairo: Maktabah asy-Syuruq ad-Daulaiyah, 2010, 1/27].</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam hal ini juga, Syaikhul Islam Taqiyuddin Ibn Taimiyyah rahimahullah, pun menjelaskan:</p><p><br /></p><p><br /></p><p> إن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين، إذ لا قيام للدين إلا بها.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya tugas mengatur dan mengelola (mengurusi) urusan orang banyak (dalam sebuah pemerintahan dan negara), adalah termasuk kewajiban agama yang paling agung. Hal itu disebabkan oleh tidak mungkinnya agama dapat tegak dengan kokoh tanpa adanya dukungan negara." [Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah, Siyasah asy-Syar’iyyah fi Ishlah ar-Ra’i wa ar-Ra’iyyah, Majmu' al-Fatâwa, 28/390].</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, sesungguhnya perkara kekuasaan/pemerintahan/negara (politik/siyasah) bukanlah urusan dunia (yang sifatnya perkara teknis) belaka, namun juga itu pun masuk pula urusan agama Islam kita, yaitu masuk wilayah perkara ibadah ghairu mahdhah (mu'amalah), dan perkara akhirat kita juga sekaligus perkara surga dan neraka alias itu pun semua perkara yang lahir dari Tauhid/akidah dan Syariah.</p><p><br /></p><p>Dan Islam agama kita ini, sangatlah sempurna mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk urusan dunia, bahkan termasuk pula urusan negara (kekuasaan/pemerintahan/politik) itu sendiri.</p><p><br /></p><p>Sebab, Islam adalah agama (dien: ideologi/sistem) yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Al-Khaliq (Allah SWT Sang Maha Pencipta) atau hablun minallâh, mencakup perkara: akidah dan ibadah; mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablun minannafsiy), mencakup perkara: makanan, minuman, pakaian dan akhlaq; dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya atau mu'amalah (hablun minannâs), mencakup perkara: politik, ekonomi, sosial-budaya, pergaulan pria-wanita, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan.</p><p><br /></p><p>Allah SWT telah berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah [5]: 03).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dengan kata lain, Islam adalah akidah ruhiyah (akidah spritual: keimanan dan ibadah mahdhah) dan sekaligus juga akidah siyasiyah (akidah politik, maksudnya adalah akidah yang mengatur dan mengurusi segala urusan kehidupan, tidak hanya mengatur dan mengurusi keimanan dan ibadah mahdhah saja, namun juga mengurusi dan mengatur makanan, minuman, pakaian dan akhlaq serta pula ibadah ghairu mahdhah atau mu'amalah seperti: politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, dan seterusnya tersebut).</p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, dalam Islam tidak ada pemisahan antara agama dengan dunia dan tidak ada pula pemisahan antara dunia dengan agama, justru agama Islam itu hadir diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tersebut untuk mengatur dan mengurusi seluruh aspek kehidupan khususnya pula perkara dunia dan negara, bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam.</p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِ وَيُمِيتُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Katakanlah: 'Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (Tuhan dan sesembahan yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk'." (QS. Al-A’rof [7]: 158).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Perintah Allah SWT dalam ayat ini, “Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”, ini menunjukkan dan menegaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW -beserta risalah Islamnya diturunkan- diutus untuk seluruh umat manusia dan seluruh alam, sebagaimana pula ditegaskan dalam firman Allah SWT ini:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad), melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba’ [34]: 28).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (QS. Al-Anbiyâ’ [21]: 107).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Rasulullah SAW pun, dan Khulafaur Rasyidin, serta para Salafush Shalih, beserta pula para Khalifah setelahnya tidak pernah memisahkan antara agama dengan dunia dan negara, sejak masa kekuasaan Daulah Islam pertama di Madinah dengan kepala negara pertamanya yaitu Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan masa Khulafaur Rasyidin (Khilafah Rasyidah/Khilafah ala Minhajin Nubuwwah), hingga masa Khilafah Umayyah, Khilafah Abbasiyyah dan Khilafah Utsmaniyyah. Jadi, totalnya selama lebih dari 13 abad (1300 tahun) lamanya tersebut.</p><p><br /></p><p>Oleh karena itulah, wajib hukumnya berislam secara kaffah (totalitas) dalam segala aspek kehidupan khususnya pula kehidupan dunia dan negara tersebut. Dan haram hukumnya mengambil Islam sebagian (parsial) dan meninggalkan sebagiannya. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah [2]: 208).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ تِبۡيَٰنٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk dan rahmat serta kabar gembira bagi kaum Muslim (QS. An-Nahl [16]: 89).</p><p><br /></p><p> </p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ ٱلۡكِتَٰبِ وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضٖۚ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ إِلَّا خِزۡيٞ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ ٱلۡعَذَابِۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Apakah kalian mengimani sebagian Al-Kitab dan mengingkari sebagian yang lain? Tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan ke dalam siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat." QS. Al-Baqarah [2]: 85).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p> </p><p>Bahkan, sebenarnya fungsi agama (Islam) justru adalah untuk mengurusi, mengatur, menertibkan serta mensinergikan segala perkara kehidupan umat manusia termasuk perkara dunia dan negara tersebut, agar sejalan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT sehingga membawa rahmah, keadilan, keamanan, ketertiban, kesejahteraan dan keberkahan, kebahagiaan dan keselamatan bagi umat manusia itu sendiri dan seluruh penjuru alam.</p><p><br /></p><p>Maka, bila dipaksa dipisahkan antara agama (Islam) dengan dunia dan negara ataupun sebaliknya, itulah yang namanya sekulerisme (fashluddin 'anil hayah wad daulah) alias liberalisme beserta ideologi kufurnya kapitalisme dan sistem politik demokrasi serta sistem ekonomi kapitalis-liberal, yang notabene justru itu adalah akidah kufur jahiliyah dan ideologi kufur jahiliyah warisan kafir barat penjajah. Dan itu hukumnya haram dan dosa besar, sekaligus pula itu pun termasuk perkara bid'ah dhalalah itu sendiri, bahkan merupakan bid'ah dhalalah kubro, yang sangat bertentangan dengan akidah Tauhid dan Syariah Islam itu sendiri. Serta tidak ada tuntutan dan tuntunannya dari Rasulullah Saw dan Salafush Shalih, alias itu bukan ajaran dan bukan Sunnah Rasulullah Saw.</p><p><br /></p><p>Dalam hal ini, sudah dijelaskan dan telah ditegaskan dalam banyak hadits Nabi Saw, diantaranya sabda Rasulullah SAW berikut ini:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan riwayat yang lain, Rasulullah SAW bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.</p><p><br /></p><p>“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bahkan, Rasulullah SAW setiap memulai khutbah biasanya beliau pun mengucapkan sabdanya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al-Quran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (As-Sunnah). Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim no. 867).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam riwayat yang lain seperti diriwayatkan oleh An Nasa’i, Rasulullah Saw bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An-Nasa’i, no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam riwayat yang lebih lengkap, Rasulullah SAW bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin (ulil amri dalam pemerintahan Islam, Khilafah/Daulah Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin (Khilafah Rasyidah/Khilafah ala Minhajin Nubuwwah/Khilafah yang mengikuti metode Kenabian) yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah dhalalah (kesesatan).” (HR. At-Tirmidzi, no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Dulu Bani Israil diurus oleh para Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, ia digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada Nabi sesudah aku. Yang akan ada adalah para Khalifah dan mereka banyak.” Para Sahabat bertanya, “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi Saw bersabda, “Penuhilah baiat yang pertama. Yang pertama saja. Berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang diminta agar mereka mengurusnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibn Majah).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Hadits tersebut, dan banyak lagi yang semakna dengan itu, menjelaskan kepada kita bahwa para Nabi selain menyampaikan risalah wahyu, juga mereka mempraktikkan risalah tersebut dalam kehidupan sebuah masyarakat dan negara yang dipimpinnya.</p><p><br /></p><p>Makna, frasa "mengatur urusan mereka (tasuusuhum)", berasal dari akar kata sasa-yasusu-siyasatan (pengaturan/pengurusan). Praktik itu adalah pengaturan/pengurusan masyarakat dengan aturan yang bersumber dari wahyu Ilahi.</p><p><br /></p><p>Artinya, praktik pengaturan/pengurusan (politik/kekuasaaan/negara) adalah perilaku dan tabi'at yang dilakukan oleh para Nabi sepanjang masa kerisalahannya, sejak zaman Nabi Adam AS hingga zaman Nabi Muhammad Rasulullah Saw.</p><p><br /></p><p>Kita bisa melihat, misalnya teladan agung nan mulia kehidupan Nabi Adam AS, Nabi Idris AS, Nabi Nuh AS, Nabi Shalih AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Luth AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Dawud AS, Nabi Sulaiman AS ataupun Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS, Nabi Dzulkifli AS dan lain-lain. Sehingga sangat tepat praktik kehidupan para Nabi tersebut, ketika mereka memimpin umat adalah kehidupan pengaturan/pengurusan dengan risalah (kehidupan politik/kekuasaan/negara).</p><p><br /></p><p>Praktik ini pun terjadi sepanjang masa hingga zaman Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Hanya Nabi Muhammad SAW yang menegaskan bahwa setelah beliau SAW wafat tidak ada lagi Nabi, tetapi estafet otoritas pengaturan segala urusan masyarakat (manusia) diserahkan kepada para Khalifah.</p><p><br /></p><p>Dalam thariqah dakwah Rasulullah SAW pun selain fikriyah (pemikiran/intelektual) juga dakwah Rasulullah SAW bersifat siyasiyah (politis), yaitu mengurusi dan mengatur segala urusan umat termasuk perkara agama, dunia dan negara dengan risalah wahyu ilahi dan berupaya mewujudkan kekuasaan Islam (Daulah Islam/negara Islam). Sebagai metode baku dan praktis menerapkan Islam secara totalitas dalam segala aspek kehidupan, dalam pengurusan dan pengaturan segala urusan kehidupan umat baik di dalam negeri maupun di luar negeri.</p><p><br /></p><p>Karena itu pula, dalam thariqah dakwah Rasulullah SAW pun beliau SAW melakukan aktivitas thalabun nushrah (memobilisasi dukungan terhadap dakwah) dari simpul-simpul umat khususnya dari Ahlul Quwwah (yang memiliki kekuatan real) di tengah umat. Seperti, beliau sering melakukan aktivitas kontak intensif, dan mendakwahi para tokoh dan petinggi Arab serta kabilah-kabilah Arab di Mekkah dan di Madinah, untuk memeluk Islam dan menolong dakwah beliau Saw, untuk menerapkan Islam secara praktis totalitas dalam segala aspek kehidupan -termasuk agama, dunia dan negara- dan dalam menegakkan kekuasaan Islam untuk menerapkan Islam secara real totalitas dalam segala aspek kehidupan tersebut.</p><p><br /></p><p>Hingga Rasulullah SAW pun pula telah mencontohkan bagaimana beliau SAW memohon kekuasaan kepada Allah SWT untuk mewujudkan hal itu.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>… وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"…Dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong." (QS. Al-Isra’ (17): 80).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Imam Qatadah menjelaskan, “Nabi Saw menyadari bahwa tidak ada daya bagi beliau dengan perkara ini kecuali dengan sulthân (kekuasaan). Karena itu beliau memohon kekuasaan yang menolong untuk Kitabullah, untuk hudûd Allah, untuk kewajiban-kewajiban dari Allah dan untuk tegaknya agama Allah. [Imam ath-Thabari, Tafsîr ath-Thabarî].</p><p><br /></p><p>Kekuasaan itu tidak ada artinya jika bukan sulthân[an] nashîr[an] (kekuasaan yang menolong). Kekuasaan yang menolong itu hanyalah kekuasaan yang sedari awal memang ditujukan untuk menolong agama Allah SWT, Kitabullah dan untuk menegakkan Syariah-Nya. Kekuasan seperti ini hanyalah kekuasaan yang Islami sejak dari asasnya, bentuknya, sistemnya, hukumnya, perangkat-perangkatnya, struktur dan semua penyusunnya. Kekuasaan yang menolong seperti itu adalah Daulah Islam ataupun Khilafah Rasyidah ‘ala minhâj an-Nubuwwah.</p><p><br /></p><p>Ini pun sejalan dengan firman Allah SWT, yang bertujuan menciptakan manusia selain sebagai hamba-Nya (Abdullâh) sebagaimana yang termaktub dalam QS. Adz-Dzariyat: 56, juga pun sekaligus bertujuan menjadikannya Khalifah-Nya di muka bumi ini dalam mengurusi, mengatur dan memakmurkan bumi milik Allah tersebut dengan hanya menggunakan hukum-hukum Allah SWT (Syariah-Nya) saja bukan dengan selainnya, sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya ini:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'." (QS. Al-Baqarah [2]: 30).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Adapun secara bahasa, Khalifah (jamak: Khulafâ') berasal dari kata 'Khalafa' bermakna 'menggantikan'. Sistem pemerintahan dan kenegaraannya adalah sistem Khilafah/Imamah.</p><p><br /></p><p>Khilafah adalah kepemimpinan global bagi seluruh umat Islam di dunia, untuk menjalankan seluruh Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, dan menyebarluaskan risalah Islam ke segala penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.</p><p><br /></p><p>Para Khalifah mereka menggantikan Rasulullah SAW untuk masalah pengaturan urusan manusia atau masyarakat dengan hukum-hukum Allah SWT saja. Bukan menggantikan Rasulullah SAW dalam masalah Kenabian (Nubuwwah).</p><p><br /></p><p>Karena itulah, setelah Nabi Muhammad SAW maka tidak ada lagi Nabi setelah beliau SAW. Dan Khalifah bukanlah jabatan Kenabian, melainkan jabatan politik kepala negara Khilafah (Daulah Islam) pengganti Rasulullah tersebut, dalam pengurusan agama, dunia dan negara atau seluruh urusan manusia atau masyarakat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri hanya dengan hukum-hukum Allah atau Syariah Islam saja bukan selainnya.</p><p><br /></p><p>Kedudukan Khilafah sendiri dalam pokok-pokok Syariah dimasukkah oleh Ulama ushuluddin, dalam masalah pokok-pokok agama, seperti bab al-Imamah (al-Khilafah).</p><p><br /></p><p>Dalam hal ini, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani Al-Azhari rahimahullah pun menjelaskan:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>لأن الأمر لا يتعلق بقيام دولة أية دولة، و لا بقيام دولة تسمي إسلامية. بل الأمر يتعلق بقيام دولة إسلامية تطبق الإسلام نظاما منبثقا عن العقيدة الإسلامية، تطبقها أحكاما شرعية بإعبتارها حكم الله، فتستأنف الحياة الإسلامية كاملة في الداخل، و تحمل الدعوة الإسلامية إلي الناس كافة في الخارج. و هذه الولة الإسلامية يجب أن تقوم علي العقيدة الإسلامية و ما يبني عليها أو ما يتفرع عنها من أفكار، ثم تقوم علي القوانين و النظم التي تنبثق عن العقيدة الإسلامية. و ذلك حتي تنبعث حوافز هذه الحياة من الداخل النفس فتوجد العقلية الإسلمية و النفسية الإسلامية التي تكلف تنفيذ النظم و القوانين تنفيذا طوعيا عن شوق و اطمأنان من كل من الحاكم و المحكوم علي السواء. و لا بد أن تكون هذه الدولة الإسلامية في الأمة التي تقيمها، و في أولي الأمر الذين يتولون رعاية شؤون الأمة، إسلامية في جميع حياتها، محققة استأناف الحياة الإسلامية تحقيقا يمكنها من حمل رسالتها للعالم. و يمكن غير المسلمين من مشاهدة نور الإسلام في دولة حتي يدخلوا في دين الله أفواجا.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sebab, persoalannya bukanlah sekedar mendirikan sembarang negara; dan tidak pula sekedar mendirikan negara yang dinamai Islam. Tetapi, persoalannya berhubungan dengan mendirikan Daulah Islam (Khilafah/negara Islam), yang akan menerapkan Islam sebagai sebuah sistem yang terpancar dari akidah Islam. Negara tersebut akan menerapkan hukum syara' sebagai hukum Allah, melanjutkan kehidupan Islam secara menyeluruh di dalam negeri, dan mengemban dakwah Islam kepada seluruh umat manusia di luar negeri.</p><p><br /></p><p>Daulah Islam (negara Islam/Khilafah) ini wajib ditegakkan di atas akidah Islam, beserta segala hal yang dibangun di atasnya atau berbagai cabang pemikiran yang digali darinya. Kemudian, Daulah Islam (Khilafah) ini didirikan di atas perundang-undangan yang terpancar dari akidah Islam; sedemikian rupa sehingga muncul dorongan dari dalam jiwa untuk mencapai kehidupan yang demikian. Lalu terbentuklah pola pikir Islami (aqliyah Islamiyyah) dan pola hidup Islami (nafsiyah Islamiyyah) yang akan menjamin pelaksanaan aturan dan perundang-undangan dengan penuh ketaatan, yang muncul dari kerinduan dan ketenangan, baik dari pihak penguasa (khalifah) maupun rakyat.</p><p><br /></p><p>Daulah Islam (Khilafah) yang ditegakkan umat dan dipimpin oleh Ulil Amri (khalifah dan strukturnya), yang menjalankan pemeliharaan urusan umat, haruslah menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupannya. Juga harus mampu mewujudkan kehidupan Islam, yang memungkinkan orang-orang non-Muslim menyaksikan cahaya Islam di negaranya, sehingga mereka berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah." [Taqiyuddin An-Nabhani, Ad-Daulah Al-Islamiyyah, hal. 236]</p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, kewajiban mendirikan Khilafah bagi umat Islam adalah persoalan utama umat Islam (al-qadhiyah masyiriyah) dan Khilafah (Daulah Islam) pun adalah mahkota kewajiban dalam Islam (taâjul furûdh). Sebab dengan Khilafah seluruh hukum-hukum Islam atau Syariah Islam bisa diterapkan secara sempurna dan menyeluruh.</p><p><br /></p><p>Karena, keberadaan Khilafah mutlak diperlukan berkaitan dengan empat perkara penting dalam Islam, yaitu:</p><p><br /></p><p>Pertama: Kewajiban penegakan Syariah Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam segala aspek kehidupan yang merupakan konsekuensi keimanan (Tauhid) dan ketaqwaan seorang Muslim/Mukmin. Mustahil hal tersebut terwujud tanpa adanya Khilafah. Sebab, hanya sistem Khilafah-lah yang memiliki pilar yang jelas yaitu kedaulatan di tangan hukum syara’. Sementara sistem yang lain seperti demokrasi (kapitalisme-sekulerisme), komunis (sosialisme-atheisme), kerajaan (monarkhi), atau teokrasi serta sistem kufur jahiliyah lainnya menyerahkan kedaulatan sumber hukum kepada manusia.</p><p><br /></p><p>Kedua: Khilafah adalah sangat dibutuhkan oleh umat untuk persatuan umat Islam (ukhuwah Islamiyah). Kewajiban persatuan umat Islam adalah perkara yang mutlak (qath’iy) yang diperintahkan oleh hukum syara’ dan akidah Islam. Persatuan umat tidak bisa dilepaskan dari kesatuan kepemimpinan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dan hal ini akan terwujud jika di tengah-tengah umat Islam ada satu Khalifah tunggal untuk seluruh Dunia Islam.</p><p><br /></p><p>Tentang wajibnya satu pemimpin bagi umat Islam seluruh penjuru dunia ini, ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya tentang kewajiban membai’at seorang Khalifah dan memerintahkan untuk membunuh siapapun yang mengklaim sebagai Khalifah yang kedua, setelah Khalifah yang pertama ada. Rasulullah SAW bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا اْلآخِرَ مِنْهُمَا.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Jika dibaiat dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya." (HR. Muslim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Berdasarkan hal ini Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Para Ulama telah bersepakat bahwa tidak boleh diakadkan ba'iat kepada dua orang Khalifah pada satu masa, baik wilayah Negara Islam itu luas ataupun tidak.”</p><p><br /></p><p>Sementara itu sistem nation state (negara bangsa) dan kerajaan baik berbentuk republik-demokrasi (kapitalisme-sekulerisme), sosialis-komunis (sosialisme-atheisme) maupun monarkhi (kerajaan) dan theokrasi yang diadopsi oleh umat Islam sekarang nyata-nyata telah memecah-belah umat Islam dan menghalangi kepemimpinan tunggal di tubuh umat Islam. Dan negara bangsa (nation state) dengan paham sempit nasionalismenya tersebut, hakikatnya adalah penjara raksasa bagi umat Islam hingga mereka tidak bisa bersatu, terpecah-belah, tidak punya kekuatan dan daya serta menjadi sangat lemah, terbunuh dan menjadi bulan-bulanan negara-negara kafir penjajah barat dan timur.</p><p><br /></p><p>Ketiga: Khilafah dibutuhkan oleh umat untuk mengurusi mengatur, menjaga, dan melindungi umat Islam. Sebab fungsi Imam yang menjadi kepala negara (Khalifah) yang utama dalam Islam adalah ar-ra’in (pengurus) dan al-junnah (pelindung) umat.</p><p><br /></p><p>Berdasarkan hal ini adalah kewajiban negara untuk menjamin kebutuhan pokok tiap individu rakyatnya (baik berupa sandang, pangan, dan papan). Termasuk menjamin pendidikan gratis berkualitas, dan kesehatan gratis berkualitas bagi seluruh rakyatnya baik Muslim non-Muslim (kafir dzimmiy). Untuk itu Khalifah akan mengelola dengan baik kepemilikan umum (milkiyah ‘amah) seperti Sumber Daya Alam: tambang emas, uranium, perak, nikel, minyak, gas, batubara, hutan, air, laut, garam dan lain-lain yang jumlahnya melimpah ruah untuk semata-mata kepentingan rakyat.</p><p><br /></p><p>Sementara dalam sistem demokrasi, pemimpin bukan lagi menjadi pengurus rakyat, tapi pemalak rakyat dan penindas rakyat untuk kepentingan pemilik modal (kapitalis/cukong) dimana rakyat diperas hingga kurus kerontang dan dijadikan tumbal politik demokrasi. Politik demokrasi menjadi mesin uang untuk mengembalikan modal politik yang mahal, atau memberikan jalan kolusi bagi kroni-kroni elit politik untuk memperkaya diri mereka sendiri dengan cara korupsi dan kolusi serta nepotisme.</p><p><br /></p><p>Tidak adanya Khilafah telah membuat umat Islam tidak ada yang melindungi. Umat Islam tanpa Khilafah laksana buih di atas lautan yang centang-perenang tak tentu arah, dan laksana anak ayam yang kehilangan induknya, serta laksana kebun tanpa pagar, dan juga seperti menu hidangan di atas meja yang diperebutkan oleh musuh-musuhnya baik dari arah Timur dan Barat maupun dari Utara hingga Selatan. Selain tanah dan kekayaan mereka dirampok, jutaan lebih umat Islam dibunuh oleh para penjajah kafir barat dan timur. Nyawa umat Islam demikian murah tanpa ada yang melindungi. Padahal, Rasulullah Saw dengan tegas mengatakan bahwa bagi Allah hancurnya bumi beserta isinya, lebih ringan dibanding dengan terbunuhnya nyawa seorang muslim tanpa alasan yang hak.</p><p><br /></p><p>Terbukti sudah keberadaan penguasa Muslim sekarang tidak bisa melindungi umatnya. Bahkan mereka pembunuh rakyatnya sendiri. Mereka memberikan jalan kepada negara-negara imperialis (kaum kuffar penjajah) untuk membunuh rakyatnya sendiri atas nama perang melawan terorisme dan globalisasi.</p><p><br /></p><p>Dan terkadang pula mereka atas nama pesta demokrasi dan investasi, tega sekali menumbalkan rakyatnya sendiri seperti dengan meninggalnya 700 KPPS secara misterius yang menjadi tumbal politik dalam pilpres 2019 yang lalu; dan membuat sekitar 2 juta lebih rakyatnya yang positif terpapar Covid 19 (Coronavirus) dan yang meninggal ada sekitar 100-ribuan orang lebih rakyatnya meninggal yang terkena wabah Coronavirus (Covid 19) tersebut, akibat kebijakan politik sang rezim tersebut yang ugal-ugalan dan seenaknya saja melanggar Akidah Islam dan Syariah Islam demi melanggengkan syahwat kekuasaannya dan kepentingan politik ekonomi oligarki dan majikannnya yakni para penjajah kafir barat (asing) dan timur (aseng). Bahkan, ketika rakyatnya masih dirundung musibah pandemi Covid 19 yang belum usai, justru rezim membuat minyak goreng langka kemudian mendadak banyak namun dicabut subsidinya hingga harganya menjadi sangat mahal; PPN dinaikkan 11%, BBM jenis Pertamax dinaikkan harganya menjadi 11% dan Pertalite dibuat langka; LPG dan TDL pun akan dinaikkan pula; dan lain-lain.</p><p><br /></p><p>Keempat: Khilafah adalah metode baku (thariqah) efektif dan efisien syiar penyebaran Islam ke segala penjuru dunia dengan dakwah dan jihad yang dilakukan oleh Khilafah.</p><p><br /></p><p>Dengan kata lain, substansi Khilafah adalah penerapan Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, persatuan umat Islam sedunia (ukhuwwah Islamiyah), pengurus dan penjaga umat dan Islam serta wilayah Islam, juga serta syiar dakwah Islam dan jihad Islam ke segala penjuru dunia untuk menebar rahmah, mahabbah dan berkah bagi dunia dan alam semesta.</p><p><br /></p><p>Karena itulah pula dalam Islam, politik (negara/pemerintahan/kekuasaan/ketatanegaraan) adalah perkara vital dalam pengurusan agama dan dunia juga negara serta segala urusan umat atau pun rakyat. Bahkan, kini politik tersebut menjadi akar segala problematika umat yang sedang mendera umat saat ini.</p><p><br /></p><p>Yaitu, akibat tidak adanya kekuasaan Islam yakni Khilafah (Daulah Islam) tersebut, pasca diruntuhkannya Khilafah yang berpusat di Turki pada tanggal 3 maret 1924 M oleh kafir penjajah Inggris bersama sekutunya, melalui agennya seorang Yahudi yang bernama Mustafa Kamal Attarturk laknatullahi 'alaihi hingga Islam pun dicampakkan. Dan umat Islam pun kian merintih kesakitan tercabik-cabik pecah berkeping-keping menjadi lebih dari 60 negara kecil-kecil yang sangat lemah dalam bentuk negara bangsa (nation state) dengan paham sempit nan sesatnya nasionalisme yang kufur warisan penjajah kafir barat.</p><p><br /></p><p>Ketiadaan Khilafah artinya hilangnya hukum-hukum dan peraturan Syariah Islam dalam kehidupan umat yang menimbulkan hilangnya pula tatanan kehidupan yang Islami yaitu hilangnya uqubah, tidak diterapkanya sistem politik Islam atau sistem pemerintahan dan ketatanegaraan Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan Islam, sistem pergaulan Islam atau sistem sosial dan budaya Islam, sistem jaminan pelayanan kesehatan dalam Islam, sistem hukum Islam, sistem peradilan dan persanksian Islam, sistem pertahanan dan keamanan Islam.</p><p><br /></p><p>Maka, sangat tidak heran Para Ulama Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah) pun bersepakat, mengatakan: bahwa hilangnya Khilafah atau ketiadaan Khilafah adalah "Ummul Jaraim" (Induk kejahatan). Artinya pula dapat kita pahami dengan mafhum mukhalafah (pemahaman terbalik): "Adanya Khilafah adalah Ummul Akhyar (induk kebaikan)."</p><p><br /></p><p>Jadi, dimanakah letak bahayanya Khilafah -yang notabene adalah ajaran Rasulullah dan para Sahabat Radhiyallahu 'anhum serta Ulama Aswaja- yang akan menerapkan Syariah Islam yang bersumber dari Allah SWT Tuhan yang Maha Esa lagi Maha serba Maha yang telah menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan. Khilafah yang akan menerapkan Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, mempersatukan umat dalam ikatan akidah Islam dan ukhuwah Islamiyah, Khilafah pula yang akan mengurus dan melindungi umat serta menjaga wilayah-wilayah Islam sekaligus menjaga kemurnian dan kemuliaan Islam. </p><p><br /></p><p>Memang kembalinya Khilafah sangat berbahaya bagi negara-negara penjajah kafir Barat (asing) dan Timur (aseng) sebab akan menghentikan penjajahan mereka di Dunia Islam. Khilafah juga berbahaya bagi penguasa-penguasa negeri Islam yang menjadi boneka kafir barat (asing) dan timur (aseng) yang menumpahkan darah umat Islam dan memberikan jalan merampok negeri Islam. Sebab, Khilafah akan menumbangkan pemimpin-pemimpin pengkhianat dan munafik seperti ini.</p><p><br /></p><p>Oleh karena itu, jadi clear dalam Islam seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabat radhiyallahu 'anhum, itu tidak ada sedikit pun pemisahan agama (Islam) dengan kehidupan (dunia dan negara). Dan inilah bentuk kesempurnaan Islam yang dipraktikkan secara sempurna dan totalitas (kaffah) oleh Rasulullah SAW dan para Sahabat, serta para Khalifah setelahnya. Terwujud dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat dan bernegara. Mencakup sunnah fi’liyyah (perbuatan) dan qauliyyah (perkataan) Baginda Rasulullah SAW dan Khulafur Rasyidin.</p><p><br /></p><p>Mereka menegakkan kiyan siyasah atau institusi politik/kekuasaan/pemerintahan dan ketatanegaraan Islam (Ad-Daulah al-Islâmiyyah) untuk menegakkan Islam secara sempurna dan kaffah (totalitas) dalam segala aspek kehidupan. Daulah Islam (negara Islam/Khilafah) berdiri kokoh di atas asas akidah Islam (Tauhid) dan ditopang oleh bangunan Syariah Islam.</p><p><br /></p><p>Daulah Islam (negara Islam/Khilafah) pun menjalankan politik Islam (asy-siyâsah asy-syar’iyyah) dalam dan luar negeri. Maka, sangat wajar dan sangat relevan bila Al-Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitab Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd pun mensifati agama dan kekuasaan sebagai saudara kembar. [Al-Ghazali, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, hal. 128]</p><p><br /></p><p>Ini pun sejatinya sejalan dengan prinsip yang diutarakan Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullah dalam kitab Al-I’tisham, mengatakan: “Telah pasti bahwa Nabi SAW tidaklah wafat hingga menjelaskan segala hal yang dibutuhkan berkenaan dengan urusan agama dan dunia. Tidak ada dari kalangan Ahlus Sunnah yang menyelisihi hal ini.” [Asy-Syathibi, Al-I’tishâm, hal. 49].</p><p><br /></p><p>Oleh sebab itu, menjadi tuntunan sekaligus tuntutan bersegera menegakkan Islam dalam kehidupan. Tidak parsial atau pun tidak bertahap (tadarruj), melainkan wajib totalitas. Ini berdasarkan alasan syar'iyyah:</p><p><br /></p><p>Pertama, Allah SWT memerintahkan orang beriman menegakkan Islam secara totalitas secara menyeluruh (kaffah) dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah [2]: 208 tersebut. Sebaliknya, Allah SWT pun melarang manusia mengambil sebagian isi Al-Kitab (Al-Quran/Kitabullâh) dan mengabaikan/meninggalkan/mencampakkan sebagian lainnya, atau memilah dan memilih sesuai selera hawa nafsu dan kepentingan politik oligarki, seperti perbuatan terlaknat kaum Yahudi, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]: 85) tersebut.</p><p><br /></p><p>Kedua, nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah mendorong kaum Muslim untuk bersegera menunaikan kewajiban dan amal shalih, yakni menegakkan akidah dan Syariah Islam dalam kehidupan termasuk dalam kehidupan dunia dan negara tersebut. Al-Imam An-Nawawi rahimahullah, berkaitan dengan hal ini sampai menulis pembahasan khusus, “Bersegera Melaksanakan Amal Kebaikan,” dalam kitab Riyâdh ash-Shâlihîn di halaman: 63, dengan merujuk diantara dalilnya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Bersegeralah kalian meraih ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang diperuntukkan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS Ali Imran [3]: 133).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Ketiga, konsekuensinya bila kita tidak bersegera menerapkan akidah Islam dan hukum-hukum Islam (Syariah Islam) tersebut dalam segala aspek kehidupan khususnya pula dalam kehidupan dunia dan negara tersebut, atau justru mencampakkannya, atau pun memilih dan memilah serta mengambil sebagian dan meninggalkan sebagiannya. Maka, itu bisa menyebabkan jatuh menjadi fasiq (lihat: QS. Al-Maidah: 47 ) dzalim (lihat: QS. Al-Maidah: 45), dan kafir (lihat: QS. Al-Maidah: 44). Atau pun justru belum dianggap beriman, sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT berikut ini:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisâ' [4]: 65).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT pun berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا.</p><p><br /></p><p> </p><p>"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. Al-Ahzab [33]: 36).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha [20]: 124).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Maka, sudah cukup kiranya bagi seorang Muslim dan Mukmin serta bagi seluruh umat Islam untuk segera meninggalkan dan mencampakkan sistem kufur warisan kafir penjajah barat, yakni demokrasi kapitalisme sekulerisme -beserta segala derivatnya- yang menjadi biang masalah, biang kerusakan dan biang penjajahan di negeri ini dan di seluruh negeri-negeri Islam lainnya dan di seluruh penjuru dunia saat ini.</p><p><br /></p><p>Dan juga, cukup kiranya bagi seorang Muslim dan Mukmin serta bagi seluruh umat Islam untuk segera hanya menerima dan mengambil (mengadopsi) apa-apa yang diberikan dan diperintahkan Rasul SAW tersebut kepada kita dengan sepenuh hati dengan penuh ketaatan, serta menerapkannya secara totalitas (kaffah) dalam segala aspek kehidupan baik agama, dunia dan negara. Dan meninggalkan apa-apa yang telah dilarang Rasul SAW tersebut kepada kita. Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p><br /></p><p> وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Apa-apa yang diberikan (diperintahkan) Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS. Al-Hasyir [59]: 07).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas datang kepada dia petunjuk dan mengikuti jalan orang-orang yang tidak beriman, Kami membiarkan dia leluasa dengan kesesatannya. Kemudian Kami menyeret dia ke dalam Neraka Jahanam. Neraka Jahanam itu tempat kembali yang paling buruk." (QS an-Nisâ’ [4]: 115).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Allah SWT pun telah tegaskan pula dalam firman-Nya:</p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin (beriman), bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukumi (mengadili/memerintah/memutuskan perkara) di antara mereka ialah ucapan: 'Kami mendengar, dan kami taati'. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An-Nûr [24]: 51).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ</p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS. An-Nûr [24]: 52).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Wallahu a'lam bish shawab, wallahu musta'an. []</p><p><br /></p><p><br /></p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-63536589319385042602022-06-22T02:07:00.002-07:002022-06-22T02:07:18.404-07:00NASIHAT BAGI PEMBENCI KHILAFAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkcqsGowj6ffoPJwxDEZzNjE9KDcSyVvBJpKTxCozsT-ot-QcL9-zDsX1ap2U-laF-wH7EDIia_aQRZnAwFu7T2Tkm3VxsbP99VW-uX8VEWmeX93yd-_r3YJX_5TSc0Vz4kmnLmK8Mj3Tm6J0vqg4BZQwZRgCmoh2ZFo1EdoFuAbSgJ0499f4Z2kkj/s1000/IMG-20220606-WA0028.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="1000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkcqsGowj6ffoPJwxDEZzNjE9KDcSyVvBJpKTxCozsT-ot-QcL9-zDsX1ap2U-laF-wH7EDIia_aQRZnAwFu7T2Tkm3VxsbP99VW-uX8VEWmeX93yd-_r3YJX_5TSc0Vz4kmnLmK8Mj3Tm6J0vqg4BZQwZRgCmoh2ZFo1EdoFuAbSgJ0499f4Z2kkj/s320/IMG-20220606-WA0028.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><br /><span style="font-size: 15px;">Oleh: Zakariya al-Bantany</span><br /><br /><br /><br />
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Khilafah dan Kalimat Tauhid adalah ajaran Islam bahkan bagian integral dari Islam, dan Sunnah Rasul Saw. Kalimat Tauhid adalah inti dari ajaran Islam dan Khilafah adalah mahkota kewajiban (tâjul furûdh). Serta Khilafah pun notabene adalah referesentasi Islam kaffah yang merupakan tuntutan dan tuntunan dari Akidah Tauhid Islam.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Sebab, dengan tegaknya Khilafah seluruh hukum-hukum Islam (Syariah Islam) bisa dengan sempurna dan totalitas diterapkan dan dibumikan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam mu'amalah seperti ekonomi, politik, sosial budaya, pergaulan pria-wanita, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan. Sehingga pun dengan Khilafah, maka tegaklah dan tersebarluaskannya secara kaffah dan secara sempurna kalimat Tauhid di seluruh penjuru dunia.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Khilafah pun sejatinya adalah ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah, dan sejatinya Khilafah pun pun berasaskan, berfondasikan atau berdiri di atas Akidah Tauhid Islam. Bahkan, tegaknya Khilafah pun merupakan puncak Tauhid.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Oleh karena itulah, jika seseorang yang mengaku dan mengklaim diri Muslim tapi ia berani secara terang-terangan dan terus-menerus membenci, memusuhi, melecehkan, mempersekusi, dan mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Khilafah dan Kalimat Tauhid, serta membenturkan Khilafah dengan Tauhid. Maka, patut dipertanyakan ketauhidannya atau keimanannya, akidahnya, ideologinya dan keislamannya tersebut.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Jadi, bila seseorang tersebut dengan sengaja terus-menerus membenci, memusuhi, memperolok-olok, mempersekusi dan mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Khilafah tersebut. Diantaranya seperti dengan ungkapan: khilafer, khilaf.ah, Khilafah tidak wajib, Khilafah melulu, haram mendirikan negara Khilafah warisan Nabi Saw, Dakwah itu tujuannya bukan Khilafah, Khilafah bukan Syariat Islam, Khilafah merusak, Khilafah tidak cocok untuk Indonesia, Khilafah anti Pancasila dan NKRI, Khilafah memecah belah NKRI, Khilafah itu ideologi transnasional seperti komunis PKI, Khilafah ajaran radikalisme dan terorisme, sampah Khilafah, Khilafah itu intoleran dan anti kebhinekaan, serta ungkapan-ungkapan buruk dan penistaan lainnya kepada ajaran Islam perihal Khilafah tersebut.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Maka, secara hukum Islam itu jelas termasuk sudah terkategori bentuk pelecehan dan penistaan terhadap Islam khususnya ajaran Islam perihal Khilafah tersebut. Yang dapat menyebabkan pelaku pelecehan dan penistaan terhadap Islam khususnya Khilafah ajaran Islam tersebut, jatuh pada dosa besar dan bisa pula menyebabkan pelakunya tersebut jatuh pada riddah (murtad dari Islam) alias ia bisa menjadi kafir. </span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Melecehkan wajibnya Khilafah termasuk perbuatan yang disebut istikhfaaf bi al-Ahkam al-Syar’iyyah (penghinaan terhadap hukum-hukum Syariah Islam). [Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 3/251].</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Para fuqaha telah sepakat barangsiapa menghina hukum-hukum Syariah Islam, dalam kedudukannya sebagai hukum syariah, seperti melecehkan wajibnya sholat, zakat, haji, puasa Ramadhan; atau melecehkan sanksi-sanksi pidana Islam, misalnya wajibnya hukum potong tangan bagi pencuri, wajibnya hukum dera (cambuk) bagi pezina, dan sebagainya, maka orang itu dihukumi telah kafir (murtad), yaitu sudah keluar dari agama Islam dan wajib dihukum mati jika tak bertaubat kepada Allah SWT. [Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 3/251].</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Dalilnya antara lain firman Allah SWT (yang artinya):</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">“Katakanlah, ’Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (TQS. At-Taubah [9]: 65-66). [Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 3/249].</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Namun, para fuqaha memberi catatan, perkataan yang dapat memurtadkan pengucapnya ada dua macam:</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Pertama, perkataan yang maknanya pasti/tegas (jaazim) atau sharih (terang-terangan), yaitu perkataan yang hanya mempunyai satu pengertian dan tak dapat ditakwilkan/diartikan dengan maksud lain (maa laa yahtamilu al ta`wiil). Siapa saja yang mengeluarkan perkataan jenis pertama ini, misalnya mengatakan Nabi Isa as adalah anak Allah, atau agama Islam adalah karangan Nabi Muhammad Saw sendiri, dan yang semisalnya, dia dihukumi telah kafir.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Kedua, perkataan yang maknanya tak pasti atau ucapan kinayah (sindiran), yakni perkataan yang memungkinkan lebih dari satu maksud, atau perkataan yang dapat ditakwilkan/diartikan dengan maksud lain (maa yahtamilu al ta`wiil). Siapa saja yang mengucapkan perkataan jenis kedua ini, tak dapat dikafirkan. Syeikh Abdurrahman Al-Maliki berkata, ”Meskipun suatu ucapan mengandung peluang kekufuran 99 persen dan peluang keimanan hanya 1 persen, namun dikuatkan yang 1 persen daripada yang 99 persen, karena yang 1 persen itu adalah peluang keimanan. Sebab dengan adanya 1 persen peluang keimanan, perkataan kufur dapat ditakwilkan. Karena seseorang tak dapat dikafirkan dengan perkataannya, kecuali dengan perkataan kufur yang pasti.” [Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul ‘Uqubat, hlm. 85].</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Perlu kami tambahkan, bahwa ketidaktahuan terhadap hukum Syariah Islam (al-jahlu bi al-ahkam al-syar’iyyah) dapat menjadi unsur pemaaf (‘udzur syar’i), jika seorang Muslim dan orang-orang yang semisal orang itu (keluarga, teman, kolega, dsb), memang tak mengetahui suatu hukum Syariah Islam dikarenakan satu dan lain hal. [Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam, hlm. 175].</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Berdasarkan penjelasan di atas, Muslim yang melecehkan kewajiban Khilafah dihukumi sesuai dengan fakta pengucapnya dan maksud perkataannya sebagai berikut:</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Pertama, Muslim yang melecehkan wajibnya khilafah, sedang dia tahu Khilafah hukumnya wajib menurut Syariah Islam, dan perkataannya pasti/tegas dan tak dapat diartikan kepada maksud lain, maka tak diragukan lagi orang itu dihukumi kafir.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Kedua, Muslim yang melecehkan wajibnya Khilafah, sedang dia tahu Khilafah hukumnya wajib menurut Syariah Islam, namun perkataannya dapat diartikan kepada maksud lain, maka orang itu tak dihukumi kafir.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Ketiga, Muslim yang melecehkan wajibnya Khilafah, sedang dia tak tahu bahwa Khilafah hukumnya wajib menurut Syariah Islam, maka orang itu tak dihukumi telah kafir, baik perkataannya pasti maupun dapat ditakwilkan.</span>
<br /><br /><span style="font-size: 15px;">Tapi, meski Muslim yang melecehkan kewajiban Khilafah tak dikafirkan (jika masuk kategori kedua dan ketiga di atas), dia tetap berdosa besar. Karena paling tidak dia telah menghina sesama Muslim yang memperjuangkan Khilafah. Padahal menghina sesama Muslim telah diharamkan Islam. (QS. Al-Hujuraat [49]: 11).</span><br /><span style="font-size: 15px;">[https://www.google.com/amp/s/mediaumat.news/buletin-kaffah-haram-melecehkan-ajaran-islam/amp/; https://anaksholeh.net/melecehkan-kewajiban-khilafah]...</span><!--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_bodytext_220622_160115_980.sdocx--><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><div><span style="font-size: 15px;">..... </span></div>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-52807610762062244462022-06-22T00:47:00.001-07:002022-06-22T00:47:58.156-07:00SEPUTAR PEMANFAATAN TANAH WAKAF<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRRwpep65nXx0hmNwFLSIGEhBdWRQlSSv5ore_Qy80J30sVc5W9pqoov8OxitFibCfixGacVd59vPYQ7bH2BpvyUtgbDkYlBOj3B_8QOBvZ756G9mrqey1eZgNxhPBruDYZVnd3BnQj2gmccCRYSYLbN4eJgKCanb7EvSV1xf5FV1PhDZ1Yuo7BAey/s720/IMG_20220605_212914_729.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRRwpep65nXx0hmNwFLSIGEhBdWRQlSSv5ore_Qy80J30sVc5W9pqoov8OxitFibCfixGacVd59vPYQ7bH2BpvyUtgbDkYlBOj3B_8QOBvZ756G9mrqey1eZgNxhPBruDYZVnd3BnQj2gmccCRYSYLbN4eJgKCanb7EvSV1xf5FV1PhDZ1Yuo7BAey/s320/IMG_20220605_212914_729.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Yuana Ryan Tresna Official:</p><p><br /></p><p>Soal: Bolehkah membangun tempat bisnis di atas tanah wakaf?</p><p><br /></p><p>Jawab:</p><p>Tanah wakaf hanya boleh dipakai sesuai niat dan tujuan muwaqqif mewakafkan tanah tersebut</p><p><br /></p><p>Kalau wakafnya untuk pendidikan sekolah/pesantren, berarti hanya boleh digunakan untuk pendidikan sekolah/pesantren saja. Boleh juga membangun kantin, dapur, kamar mandi, dll karena semua itu sebagai taba'iyyah penyempurna tempat pendidikan sekolah/pesantren, wa laisa maqsudan bidzatihi.</p><p><br /></p><p>Soal: Bagaimana dengan memproduktifkan harta wakaf?</p><p><br /></p><p>Jawab:</p><p>Pertama, memproduktifkan harta waqaf menurut para ulama adalah boleh. Keuntungan dari waqaf produktif tsb dikembalikan untuk perkara yang menjadi tujuan wakaf (pesantren). Kentungan yang dimaksud adalah semua pemasukan (iuran pendidikan, kegiatan usaha, dll) dikurangi oleh beban-beban (gaji guru, karyawan, sarpras, beban usaha, dll). </p><p><br /></p><p>Kedua, kita boleh menyewakan tanah wakaf dan hasilnya harus dikembalikan lagi kepada sesuatu yang menjadi tujuan wakaf (pesantren).</p><p><br /></p><p>Ketiga, kantin dan unit usaha lainnya yang dibangun di atas tanah wakaf, jika bangunan tersebut hasil syirkah dan mereka ingin bubar, maka dijual semua aset syirkah kecuali tanah, karena mereka hanya bersyirkah membangunnya saja, sementara tanah tidak termasuk hak syirkah. </p><p><br /></p><p>Keempat, barang wakaf tidak boleh dijual. Pembahasan ini membutuh perincian yang agak panjang. </p><p><br /></p><p>Soal: Bagaimana sebenarnya hukum wakaf produktif dalam Islam?</p><p><br /></p><p>Jawab:</p><p>Tanah wakaf boleh dikelola dan dikembangkan dalam bentuk usaha produktif. Namun hasilnya untuk kepentingan tujuan wakaf. Kalau wakaf tanah tersebut untuk pesantren, maka keuntungan tersebut dikembalikan untuk kepentingan pesantren.</p><p><br /></p><p>Syeikh Muhammad Bakhit al-Muthi’i mengatakan: </p><p><br /></p><p> وَوَظِيْفَةُ النَّاظِرِ حِفْظُ الْأُصُوْلِ وَثَمْرَتُهَا عَلَى وَجْهِ الْاِحْتِيَاطِ كَوَلِيِّ الْيَتِيْمِ كَمَا يَتَوَلَّى الْإِجَارَةَ وَالْعِمَارَةَ </p><p>“Kerja nazhir adalah menjaga pokok harta wakaf dan hasilnya atas jalan kehati-hatian seperti wali anak yatim, sebagaimana ia bekerja menyewakan dan membangun harta wakaf” (Syekh Muhammad Bakhit al-Muthi’i, Takmilah al-Majmu’, juz 15, hlm. 363). </p><p><br /></p><p>Misalnya ada sebidang tanah yang diwakafkan untuk pesantren, nazhir wajib mengelola tanah tersebut dan boleh diproduktifkan untuk usaha misal wisata edukatif. Setelah menuai hasil, uang pemasukannya dimanfaatkan untuk kepentingan pesantren, yaitu segala kebutuhan yang berkaitan pesantren. Bisa juga dibelikan tanah untuk memperluas wilayah tanah milik pesantren.</p><p><br /></p><p>Ketentuan ini berlaku bila shighat (ungkapan) pewakafan tanah diperuntukan untuk kemaslahatan pesantren atau wakaf yang mutlak. Contoh sighat wakaf tanah untuk kemaslahatan pesantren: “Aku wakafkan tanah ini untuk kemaslahatan pesantren”. Contoh shighat wakaf mutlak: “Aku wakafkan tanah ini untuk pesantren.”</p><p><br /></p><p>Masalah muncul ketika kebutuhan pesantren sudah terpenuhi dan masih ada saldo. Apakah saldo tersebut boleh digunakan dalam usaha perdagangan? Dalam titik ini, ulama berbeda pendapat. Sebagian melarang praktik memperdagangkan tersebut. Sebagian ulama muta’akhirin (kontemporer) memperbolehkannya. Kebolehan memperdagangkan ini tidak bertentangan dengan salah satu tugas nazhir, yaitu mengembangkan aset barang wakaf.</p><p><br /></p><p>وَيَجِبُ عَلَى نَاظِرِ الْوَقْفِ ادِّخَارُ شَيْءٍ مِمَّا زَادَ مِنْ غَلَّتِهِ لِعِمَارَتِهِ وَشِرَاءُ عَقَارٍ بِبَاقِيهِ وَأَفْتَى بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ بِجَوَازِ الِاتِّجَارِ فِيهِ إنْ كَانَ مِنْ وَقْفِ مَسْجِدٍ وَإِلَّا فَلَا وَسَيَأْتِي إِقْرَاضُهُ </p><p>“Dan wajib atas nazhir wakaf menyimpan dana yang melebihi (kebutuhan wakaf) dari hasil wakaf untuk pembangunan wakaf dan membeli tanah dengan sisanya. Sebagian ulama muta’akkhirin berfatwa kebolehan memperdagangkan dana tersebut bila berasal dari wakaf masjid, bila tidak demikian maka tidak diperbolehkan” (Syeikh Syihabuddin al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi ‘ala al-Mahalli, juz 3, hlm. 108).</p><p><br /></p><p>Soal: Bolehkah membangun bisnis di atas wakaf untuk kepentingan pribadi?</p><p><br /></p><p>Jawab:</p><p>Tidak boleh membangun bisnis di atas wakaf untuk kepentingan pribadi. Terkait hal tersebut, kita bisa merujuk kitab I’anah at-Thalibin: </p><p><br /></p><p> والجواب أن الظاهر من غرسه في المسجد أنه موقوف، لما صرحوا به في الصلح من أن محل جواز غرس الشجر في المسجد إذا غرسه لعموم المسلمين، وانه لو غرسه لنفسه لم يجز، وإن لم يضر بالمسجد، وحيث عمل على أنه لعموم المسلمين فيحتمل جواز بيعه وصرف ثمنه على مصالح المسلمين، وإن لم يمكن الانتفاع به جافا، ويحتمل وجوب صرف ثمنه لمصالح المسجد خاصة، </p><p><br /></p><p>Maqalah di atas menjelaskan bahwa menanami pohon di tanah yang diwakafkan untuk masjid pada dasarnya boleh apabila untuk kepentingan kaum muslimin, sedangkan apabila hanya untuk dinikmati oleh pribadi, maka hukumnya tidak boleh, meskipun tidak merugikan masjid. Demikian pula boleh menjual hasil tanamannya jika untuk kepentingan kaum muslimin atau hanya kepentingan masjid.</p><p><br /></p><p>Demikian juga dalam kasus tanah wakaf untuk pesantren, boleh memproduktifkan aset tanah wakaf untuk kepentingan pesantren dan tidak boleh dinikmati untuk kepentingan pribadi. </p><p><br /></p><p>Jadi kesimpulannya:</p><p>1. Tanah wakaf boleh diproduktifkan untuk usaha namun hasilnya dikembalikan pada sesuatu yang menjadi tujuan wakaf (pesantren). </p><p>2. Tidak boleh menggunakan tanah wakaf di luar tujuan dari muwaqif (di luar tujuan pesantren misalnya). </p><p><br /></p><p>Itu semua adalah perkara yang muktabar di kalangan ulama Syafi'iyyah. Adapun pola pengembangan usaha tersebut bisa dalam bentuk ijarah atau kerjasama usaha (syirkah). Jadi bahasan terkait syirkah di atas tanah wakaf adalah perkara yang berbeda. Demikian juga bagaimana pola kerjasama para nazhir dalam membangun pesantren juga merupakan pembahasan yang berbeda.</p><p><br /></p><p>Soal: Apakah nazhir/pengelola berhak mendapat bagian dari usaha produktif atas harta wakaf?</p><p><br /></p><p>Jawab:</p><p>Seorang nazhir berhak mendapatkan bagian dari hasil usaha wakaf produktif yang ia kelola dan kembangkan. Hal ini berdasarkan praktek sahabat Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abu Thalib. Menurut madzhab Hanafi, Maliki dan Imam Ahmad nazhir berhak mendapat upah dari hasil usaha harta wakaf yang telah dikembangkan. </p><p><br /></p><p>Adapun besarnya secara ma'ruf dan berbeda satu sama lain sesuai dengan tanggung jawab dan tugas yang diembankan. Bisa juga sesuai dengan ketentuan muwakif. Jika muwakif tidak menetapkan, maka ditetapkan oleh hakim atau kesepakatan para pengelola/manajemen wakaf yang ada.</p><p><br /></p><p>Dalilnya adalah,</p><p><br /></p><p>عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالاً قَطُّ أَنْفَسَ عِنْدِي مِنْهُ، فَمَا تَأْمُرُ بِهِ؟ قَالَ: إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا وَتَصَدَّقْتَ بِهَا، قَالَ: فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ أَنَّهُ لاَ يُبَاعُ وَلاَ يُوهَبُ وَلاَ يُورَثُ، وَتَصَدَّقَ بِهَا فِي الْفُقَرَاءِ وَفِي الْقُرْبَى وَفِي الرِّقَابِ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَالضَّيْفِ لاَ جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ وَيُطْعِمَ غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ.</p><p>Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Umar bin al-Khaththab berkata: “Wahai Rasulullah, saya mendapatkan tanah di Khaibar. Saya tidak pernah memiliki harta yang lebih berharga daripada tanah tersebut. Menurut anda sebaiknya harus diapakan tanah tersebut?” Nabi saw menjawab: “Jika kamu berkenan, kamu tahan pokoknya dan kamu sedekahkan (hasil)-nya.” Ibnu Umar berkata: “Maka ‘Umar menyedekahkan tanah tersebut, (dengan mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan. Ia menyedekahkan (hasil)-nya kepada fuqara, kerabat, riqab (hamba sahaya), sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak berdosa atas orang yang mengelolanya untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma’ruf (wajar) dan memberi makan (kepada orang lain) tanpa menjadikannya sebagai harta hak milik.” (HR. al-Bukhari).</p><p><br /></p><p>Terakhir, saya mengingatkan bahwa mengelola harta wakaf harus hati-hati. Tanah wakaf adalah milik Allah untuk kemaslahatan kaum muslimin. Para pengelola tidak boleh menjadikan aset wakaf untuk memperkaya diri sendiri, bahkan hasil usaha produktif yang dikembangkan pun harus dikembalikan untuk kemaslahatan umat.</p><p><br /></p><p>Para nazhir hendaknya orang yang paham hukum syariat dan amanah. Orang yang "sudah selesai" urusannya dengan harta. Karena harta wakaf adalah amanah, dan kehati-hatian dalam pengelolaannya harus seperti mengelola harta anak yatim.</p><p><br /></p><p>Nabi mengingatkan fitnah dalam masalah harta,</p><p><br /></p><p>مَا أَخْشَى عَلَيْكُمُ الْفَقْرَ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ التَّكَاثُرَ</p><p>“Yang aku khawatirkan pada kalian bukanlah kemiskinan, namun yang kukhawatirkan adalah saling berlombanya kalian dalam harta” (HR. Ahmad)</p><p><br /></p><p>[Yuana Ryan Tresna]</p><p><br /></p><p>https://t.me/yuanaryantresna</p><p>...</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3125655525655370700.post-44611851521704787222022-06-21T18:24:00.001-07:002022-06-21T18:24:50.481-07:00ADAB KEPADA YANG LEBIH TUA <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjACnFyjCh-lvtT6GIRr1uoKZrAjs2uVMgOnbmM2DcZq6u4O5EKFvt-4zcyErKBvzJrUAWxNt02G5lohe7wOLw4odGJ1KxoLROBXUm26rg4z5JygKtNrwiAX_3CiLgaQIOvm7A1RPdqa8fT4h6MkJjIwPkboLUGTnscq2Nen5V0NCuzv8mAXVNPjYBc/s2152/20220601_153949.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2152" data-original-width="1614" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjACnFyjCh-lvtT6GIRr1uoKZrAjs2uVMgOnbmM2DcZq6u4O5EKFvt-4zcyErKBvzJrUAWxNt02G5lohe7wOLw4odGJ1KxoLROBXUm26rg4z5JygKtNrwiAX_3CiLgaQIOvm7A1RPdqa8fT4h6MkJjIwPkboLUGTnscq2Nen5V0NCuzv8mAXVNPjYBc/s320/20220601_153949.jpg" width="240" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Oleh: Zakariya al-Bantany</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Orang yang lebih tua dari kita baik tua dari sisi usia (umur) maupun tua dari sisi keilmuwan dan pengalaman hidupnya, mereka itu contohnya seperti guru-guru kita, kedua orang tua kita, dan orang-orang yang lebih senior dari kita.</p><p><br /></p><p>Maka, Islam mengajarkan kita bagaimana kita memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya perlakuan, penuh penghormatan, pemuliaan dan penuh kasih sayang dan cinta karena Allah.</p><p><br /></p><p>Adapun membungkukkan badan saat bertemu, melewati dan dihadapan guru kita, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita, dan mencium tangan mereka.</p><p><br /></p><p>Seperti kebiasaan yang terjadi di masyarakat Islam, khususnya di masyarakat kita di tanah air ini yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, etika dan tatakrama.</p><p><br /></p><p>Maka, itu hanya perkara teknis (uslub) saja dalam menghormati (ta'dzhim) dan memuliakan (takrim) guru kita, Ulama, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita.</p><p><br /></p><p>Jadi, itu bukan berarti menjadikan manusia sebagai tandingan Allah, atau bukan berarti itu perbuatan syirik dan bid'ah, serta bukan berarti pula itu perbuatan haram dan sesat.</p><p><br /></p><p>Namun, itu merupakan adab, tatakrama, sopan-santun, etika, budi pekerti atau akhlaq dalam menghormati (ta'dzhim) dan memuliakan guru kita, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita.</p><p><br /></p><p>Alangkah kurang ajarnya dan su'ul adabnya bila kita memperlakukan guru kita, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita biasa-biasa saja tanpa penghormatan sedikit pun padanya.</p><p><br /></p><p>Atau pun kita memperlakukan mereka, seperti kita memperlakukan teman main yang sebaya kita, atau seperti kita memperlakukan anak-anak kita.</p><p><br /></p><p>Mungkin saja, bisa jadi tidak ada dalil sharih yang merinci bagaimana teknis menghormati dan memuliakan guru kita, Ulama, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita harus mesti membungkukan badan dan mencium tangannya tersebut, dan lain-lain.</p><p><br /></p><p>Namun, sudah cukup dalil mujmal yang memerintahkan -jadi wajib hukumnya- kita untuk menghormati dan memuliakan guru kita, Ulama, kedua orang tua kita dan orang yang lebih tua dari kita.</p><p><br /></p><p><br /></p><p>Seperti, hadits Rasulullah ini:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>أَمَرَنِي جِبْرِيلُ أَنْ أُقَدِّمَ الأَكَابِرَ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua.” (HR. Abu Bakr Asy-Syafi’i dalam Al-Fawa’id, 9/97/1; Ahmad, 6191; Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra, 173. Dari Ibnu Umar ra).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Nabi Saw juga bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِى فِيهِ وَالْجَافِى عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِى السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah dengan menghormati seorang Muslim yang lebih tua, dan para penghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dan tidak meremehkan, serta menghormati pemimpin yang adil.” (HR. Abu Dawud).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Nabi Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>“Keberkahan itu ada bersama para Ulama.” (HR. Ath-Thabrani).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dalam riwayat yang lain, Nabi Saw pun bersabda:</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>"Bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi orang yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak-haknya para Ulama.” (HR. Al-Hakim).</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Dan lain-lainnya. Wallahu a'lam bish shawab. []</p><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script><script>if (typeof window.top.__vbox_invoke_ids === "undefined") {
window.top.__vbox_invoke_ids = 100;
window.top.__vbox_callback_ids={};
}
function __vbox_callback__(invoke_id, json) {
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] === "function") {
json = vbox.decode(json);
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id](json);
}
if (typeof window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] !== "undefined") {
delete window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id];
}
}
(function() {
if (window.VBox) {
return;
}
function __getInvokeId() {
var invoke_id = new Date().getTime();
invoke_id += window.top.__vbox_invoke_ids++;
return invoke_id;
}
var VBox = window.VBox = {
Request:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"paySign",JSON.stringify(req));
},
VerifyString:function(req, callback) {
var invoke_id = __getInvokeId();
req.url = window.location.href;
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = callback;
vbox.send(invoke_id,"verify",JSON.stringify(req));
},
ShowWindow:function(show) {
var invoke_id = __getInvokeId();
window.top.__vbox_callback_ids[invoke_id] = function(){};
vbox.send(invoke_id,"show",JSON.stringify({show:show}));
}
};
var readyEvent = document.createEvent('Events');
readyEvent.initEvent('VBoxReady');
readyEvent.VBox = VBox;
document.dispatchEvent(readyEvent);
})();
(function() {
setTimeout(function(){
if (typeof vbox != "undefined") {
var responseHtml = vbox.getRuntimeJs();;
var iframes = window.document.getElementsByTagName('iframe');
for (var i = 0; i < iframes.length; ++i) {
var frame = iframes[i];
frame.onload = function () {
var scriptele = frame.contentDocument.createElement("script");
scriptele.innerHTML = responseHtml;
frame.contentDocument.body.appendChild(scriptele);
};
frame.onload();
}
}
}, 500);
})();</script>ANNAShttp://www.blogger.com/profile/05458729052122097336noreply@blogger.com