Mengapa syariah dan
Khilafah? Karena kita yakin, syariahlah yang akan menyelamatkan Indonesia dari
keterpurukan akibat penerapan sistem sekular dan liberal selama ini. Adapun
Khilafah akan menghentikan ancaman neoimperialisme yang kini tengah menimpa negeri-negeri
Islam, termasuk Indonesia, yang dilakukan oleh negara adikuasa, terutama AS.
Kafir Barat penjajah
tetap berupaya melanggengkan dominasi mereka atas Dunia Islam, termasuk
Indonesia. Neoliberalisme dan neoimperialisme mereka lancarkan untuk mengontrol
politik pemerintahan dan menghisap sumberdaya ekonomi negara lain. Melalui
instrumen utang dan kebijakan global, lembaga-lembaga dunia seperti IMF, World
Bank dan WTO dibuat tidak untuk membantu negara berkembang seperti Indonesia,
tetapi justru untuk melegalkan penjajahan mereka. Akibatnya, negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia, tidak lagi merdeka secara ekonomi maupun
politik. Penentuan pejabat, misalnya, khususnya di bidang ekonomi, harus
memperturutkan apa mau mereka. Wajar bila kemudian para pejabat itu bekerja
tidak untuk rakyat, tetapi untuk kepentingan tuan-tuan kapitalis mereka. Demi
memenuhi kemauan tuan-tuan kapitalis itu, tidak segan mereka merancang aturan
dan membuat kebijakan yang merugikan bangsa dan negara. Lihatlah UU
Kelistrikan, UU Migas dan UU Penamanan Modal. Lihatlah penyerahan blok kaya
minyak Cepu kepada Exxon Mobil. Lihatlah pembiaran terhadap Exxon yang terus
mengangkangi 80 triliun kaki kubik gas di Natuna meski sudah 25 tahun tidak
diproduksi dan kontrak sudah berakhir 9 tahun lalu. Lihat pula perpanjangan
kontrak Pemerintah dengan Freeport yang telah mengeruk jutaan ton emas di Papua
selama puluhan tahun. Ironisnya, kontrak itu diperpanjang lagi oleh Pemerintah
sampai 2041! Tak pelak lagi, rakyatlah yang akhirnya menjadi korban, seperti
yang kita rasakan sekarang.
Barat dan AS dengan
Kapitalisme-liberalismenya telah nyata membangkrutkan dan merusak negara dan
bangsa ini. Anehnya, itu tidak dianggap sebagai ancaman atau musuh negara.
Bahkan negara ini terus membuka pintu bagi Barat dan AS untuk terus menancapkan
hegemoninya di negeri ini, khususnya di bidang ekonomi dan politik.
Dari ideologi
kapitalisme ini lahirlah berbagai undang-undang dan kebijakan liberal yang
menyengsarakan rakyat, merampok kekayaan alam, dan mengancam keutuhan negara.
Ironisnya, semua ini dilegalkan dengan UU. Lahirlah kebijakan privatisasi BUMN,
perdagangan bebas, pengurangan subsidi, pembangunan yang berbasis utang luar
negeri, mata uang yang dikaitkan dengan rezim dolar, dll. Semua ini merugikan
negara dan menyengsarakan rakyat.
Musuh Islam sering
menggunakan pihak lain untuk melakukan aksi mereka di negeri-negeri Islam. Ini
yang sering disebut sebagai proxy war.
Mereka menggunakan boneka untuk dapat memuluskan kepentingan mereka. Para
penguasa, kelompok-kelompok liberal dan LSM komprador yang hidup dari dana
asing adalah boneka-boneka dari musuh-musuh Islam. Merekalah yang sejatinya
menjalankan misi asing di negeri ini.
Dalam buku-buku yang
dikaji dalam halqah-halqah Hizbut
Tahrir, di bahas segala hal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah peradaban
Islam yang agung, seperti Dustur (UUD) sebuah Negara Khilafah, sistem ekonomi,
politik, struktur negara, sosial, maupun pendidikan; termasuk menyiapkan SDM
yang tangguh dari kader-kader yang mampu memikul amanah dakwah dan amanah untuk
kepemimpinan dunia.
kerusakan terdapat
pada sistem politik, hukum dan ekonomi yang diterapkan maka sejatinya perlu ada
perubahan sistem tersebut. Pertanyaannya, sistem apa yang dapat memberikan
solusi terhadap persoalan tersebut? Komunisme telah terbukti gagal. Demokrasi
dan Kapitalisme juga terbukti tak mampu menyelesaikan persoalan. Tersisa satu
pilihan, “Kembali ke Islam”. Bila perubahan itu bukan menuju penerapan sistem
Islam, jangan heran apabila masalah tetap bercokol dan solusi pun tak kunjung
tiba. Untuk itulah pembinaan umat harus terus digalakan. Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) adalah salah satu komponen umat yang terus melakukan hal
tersebut.
Syariahlah yang akan
menyelamatkan penduduk Indonesia dari keterpurukan akibat sistem sekular.
Adapun Khilafah akan menghentikan ancaman neo-imperialisme yang kini tengah
menimpa negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia, yang dilakukan oleh negara
adikuasa. Kejahatan adikuasa hanya mungkin bisa dihentikan oleh kekuatan
adikuasa juga. Itulah Khilafah.
Jadi, aneh banget kalau ada yang bilang HTI mengancam
negara. Mereka yang menuduh begini ini, termasuk golongan salid dan gaham.
Salah identifikasi dan gagal paham.
Ketiadaan Khilafah
sesungguhnya adalah pukulan membinasakan yang membuka jalan kehinaan umat ini
terkait agama, kehormatan dan mata pencahariannya. Perempuan Muslim tentu tidak
lepas dari pukulan ini. Mereka bahkan menerima porsi terbesar dari pukulan ini.
Dari titik inilah penderitaan umat dimulai. Tragedi, musibah dan krisis
terbentang dari Syam, Afrika, hingga Timur Jauh.
kemerdekaan semu
dengan berkuasanya penguasa boneka kolonial adalah gerbang utama penderitaan
dan eksploitasi kaum perempuan. Pasalnya, umat Islam menjadi tercerai-berai.
Mereka pun terpenjara dengan sekat-sekat nasionalisme dan negara-bangsa yang
dibuat oleh kaum penjajah Barat. Kapitalisme menjadi panglima yang menggiring
jutaan perempuan Muslim ke dalam jurang eksploitasi ekonomi alias perbudakan
modern. Mereka menjadi pekerja dan melupakan peran utama sebagai ibu dan
pendidik generasi. Hal ini berakibat pada kerusakan multidimensi dan krisis
generasi.