Selain itu pada abad
ini, tsaqofah asing telah menyerang negeri-negeri Islam. Dengan tsaqofah itu
para penjajah mampu menarik ke pihak mereka sekelompok kaum Muslimin, mendorong
mereka untuk mendirikan takatulaat Hizbiyah
(kelompok-kelompok politik) di dalam wilayah Negara Islam. Kelompok-kelompok
ini berdiri untuk memisahkan dan memerdekakan negeri mereka dari negara Islam.
Penjajah juga mampu, dengan cara tertentu, menarik ke pihak mereka sekelompok
orang-orang Arab yang mereka kumpulkan di Paris (Perancis) untuk membentuk
suatu kutlah (kelompok) yang bertugas memerangi Daulah Ustmaniyah, dengan
slogan "Memerdekan Arab" dari Negara Islam ini. Mereka telah
disatukan oleh tsaqofah asing, pemikiran-pemikiran asing, perasaan kebangsaan
dan patriotisme yang telah dihembuskan oleh kafir penjajah pada mereka. Oleh
karena itu ikatan yang berdasarkan akal dan perasaan sajalah yang menyatukan
mereka. Mereka disatukan dalam satu pemikiran yang mengantarkan mereka pada
satu tujuan yaitu kemerdekaan bagi rakyat Arab. Selama Daulah Utsmaniah
mengabaikan kepentingan mereka, berbuat zalim terhadap mereka, memakan hak-hak
mereka, maka tujuan yang satu inilah yang menyatukan mereka dalam suatu
kelompok politik semu itu. Semua ini telah mengantarkan mereka pada persiapan
Revolusi Arab. Sebagai hasilnya adalah semakin besarnya kekuasaan kafir dan
penjajah atas negeri-negeri Islam, tak terkecuali negeri-negeri Arab. Dengan
demikian selesailah tugas kelompok-kelompok tadi. Penjajah kemudian
membagi-bagi ghanimah (rampasan perang), wujudnya adalah lahirnya
penguasa-penguasa di negeri-negeri Islam yang merupakan agen-agen para penjajah
itu.
Setelah eksistensi
Negara Islam itu sirna, maka penjajah lansung menggantikan posisinya. Mereka
memerintah negeri-negeri Arab secara langsung, dan memperluas kekuasaannya ke
seluruh negeri-negeri Islam. Maka secara praktis mereka benar-benar telah menduduki
negeri-negeri Arab dan mulai menancapkan kekuasannya pada setiap bagian pada
wilayah ini, dengan cara-cara yang tersembunyi dan kotor. Yang terpenting dari
cara-cara itu adalah dengan menyebarluaskan tsaqofah asing penjajah itu, uang
dan antek-antek mereka.
Tsaqofah asing
mempunyai pengaruh besar dalam menguatkan kekufuran dan penjajahan, tidak
berhasilnya kebangkitan umat, gagalnya gerakan-gerekan terorganisir baik
gerakan sosial maupun gerakan politik. Sebab tsaqofah berpengaruh besar
terhadap pemikiran manusia , yang kemudian mempengaruhi perjalanan hidupnya.
Para penjajah tersebut merancang sistem pendidikan dan tsaqofah atas dasar
falsafah yang jelas, sesuai dengan pandangan hidup mereka, yaitu memisahkan
materi dari ruh dan memisahkan agama dari negara. Penjajah juga menjadikan
kepribadian mereka sebagai satu-satunya tolak ukur tsaqofah kita. Mereka juga
menjadikan hadloroh, mafahim , struktur negara mereka, sejarah dan
lingkungan mereka sebagai tolak ukur untuk otak kita. Tidak sampai disitu,
mereka bahkan menjadikan pemutarbalikan fakta dalam menanamkan kepribadian
mereka, mereka membalikkan gambaran penjajahan sedemikian rupa agar kita
anggap mulia, yang harus kita ikuti, dan suatu tatanan kuat di mana kita harus
berjalan bersamanya, dengan menyembunyikan tanpang penjajahan yang sebenarnya
dengan cara-cara yang kotor. Mereka terus ke detail-detail permasalahan, sampai
tak satupn yang keluar dari prinsip umum yang mereka rencanakan. Oleh karena
itu kita terdidik dengan tsaqofah yang merusak, kita telah belajar - secara
alami - cara orang lain berfikir, Hal telah menjadikan kita lemah untuk belajar
bagaimana seharusnya kita berpikir, karena pemikiran kita tidak lagi
berhubungan dengan lingkungan kita. Kepribadian kita, sejarah kita, tidak lagi
bersandar pada mabda' kita. Oleh karena itu, jadilah kita - karena telah
terdidik seperti itu - suatu kelompok asing ditengah-tengah rakyat, tidak lagi
memahami keadaan kita, dan kebutuhan-kebutuhan rakyat kita. Dengan demikian,
perasaan orang-orang terpelajar terpisah dari pemikiran dan akal rakyat mereka,
dan jadilah mereka - secara alami - orang-orang yang terpisah dari umat, perasaan
umat dan kecenderungan umat. Dan pemikiran-pemikiran semacam ini - secara
alami - tidak menghasilkan pemahaman yang benar tentang kondisi-kondisi negeri
Islam tersebut. Pemikiran ini juga tidak bisa menghasilkan pemahaman yang
benar tentang sebuah thariqoh kebangkitan umat. Sebab, pemikiran semacam ini
merupakan pemikiran yang terpisah dari perasaan, walaupun tidak kosong sama
sekali dari perasaan umat. Di samping itu, pemikiran semacam ini merupakan
pemikiran asing yang dipunyai oleh seseorang yang memiliki perasaan Islam.
Dengan demikian adalah wajar jika pemikiran ini tidak bisa membentuk suatu
kutlah yang benar yang mempunyai pemahaman yang benar.
dari Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI