Demikianlah,
mereka mereka-reka dan menganggap diri mereka sebagai bangsa ‘yang bertanggung
jawab’, sementara mereka menganggap yang lain sebagai bangsa ‘yang nakal’,
sehingga kepemilikan teknologi persenjataan menjadi hak istimewa bagi kelompok
eksklusif mereka sebagaimana halnya penguasaan Dewan Keamanan PBB. Merekalah
negara-negara yang menghabiskan dana bermiliar-miliar dollar pertahun untuk
kepentingan yang mereka sebut ‘Anggaran Pertahanan’, padahal faktanya hampir
semua petualangan militer yang mereka lakukan bersifat ofensif dan agresif,
sehingga pos anggaran tersebut lebih tepat disebut
‘Anggaran
Penyerangan’. Amerika saja menghamburkan miliaran dollar pertahun untuk
mendanai rancangan kebijakan luar negeri mereka yang agresif. Bila anggaran
tahunan itu belum cukup, masih ada dana sejumlah 745 miliar dollar AS yang
baru-baru ini diminta (laporan diserahkan kepada Kongres Amerika oleh sebuah
delegasi yang baru pulang dari Asia Tengah yang diketuai oleh Senator Joseph
Lieberman, 2001). Jika ada negara lain yang mengeluarkan dana dalam jumlah yang
mereka sebut ‘signifikan’, maka mereka akan mendapatkan sanksi atau
bentuk-bentuk tekanan lainnya. Amerika dan Inggris menggunakan sebutan
‘Kementrian Pertahanan’ dan ‘Departemen Pertahanan’ dalam usahanya untuk
menunjukkan kepada dunia bahwa aktivitas militer mereka terbatas hanya pada
hal-hal yang terkait dengan pertahanan. Padahal, dalam realitanya mereka adalah
institusi yang mengurus peperangan, sehingga lebih tepat disebut ‘Kementrian
Perang’ atau ‘Departemen Perang’ karena sebutan sebelumnya hanya dipakai untuk
menyembunyikan sifat alami kebijakan dan ambisi mereka yang menjijikkan.
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan
yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan
(segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan
bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali
'Imran: 13)
Dalam
kaitan ini, para penguasa boneka di negeri-negeri kaum Muslim hanya menjadi
pelayan dalam urusan ini, baik dari ucapannya maupun dari tindakannya. Sama
sekali tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa mereka berkeinginan
mengembalikan kaum Muslim dalam kedudukan mereka sebelumnya di bawah naungan
keperkasaan negara Khilafah. Mereka memang telah mengadakan berbagai macam
konferensi yang tidak ada manfaatnya selain hanya merupakan olok-olok sekaligus
sebagai upaya untuk mengelabui kaum Muslim. Melalui tangan-tangan mereka sanksi
terhadap kaum Muslim di Irak dapat berjalan secara efektif; melalui
tangan-tangan mereka perpecahan dan kelemahan umat Islam masih dipelihara;
melalui tangan-tangan mereka tentara kaum Muslim direkayasa untuk saling
berperang; dan melalui tangan-tangan mereka pula negara-negara kafir Barat
diberi akses yang leluasa dan tak terbatas menuju wilayah-wilayah yang paling
strategis di seluruh dunia untuk menggenjot perang melawan kaum Muslim. Mereka
berkumpul dalam berbagai konferensi dan pertemuan hanya untuk melontarkan
kecaman maupun ancaman verbal, sekadar untuk memuaskan kaum Muslim dan
mempertahankan harapan umat Islam agar tetap menyala; sementara sesungguhnya
mereka, para penguasa pengkhianat itu, tidak akan pernah berusaha seminimal apa
pun untuk memelihara darah kaum Muslim, jika tidak diperintah oleh tuan-tuan
mereka untuk berbuat demikian.
“(Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala
bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk
menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.”
(QS. Ali 'Imran: 127)
Oleh
sebab itu, sekalipun jumlah kaum Muslim mampu mengerdilkan bangsa-bangsa
lainnya, namun umat Islam tidak akan mampu berbuat apa-apa sekalipun terhadap
bangsa dan negara yang kecil. Kaum Muslim bisa dirampok oleh siapapun yang
menghendaki, kapan pun mereka mau, mengingat bahwa kekuatan sejati kaum Muslim
duduk menganggur di barak-barak mereka atas perintah pemimpin-pemimpin
pengkhianat. Perlawanan yang dihadapi para agresor hanya muncul dari anak-anak,
batu-batu, dan ketapel, yang melawan tank, peluru kendali, helikopter, kapal
perang, kapal induk, kapal perusak, serta pesawat pembom dan pemburu.
“Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak
yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia
menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan
agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu
kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Fath: 20)
Bagaimanapun
juga, kekuatan militer merupakan sesuatu yang sangat bernilai bagi kaum Muslim
dan negara Khilafah, sebagaimana Allah Swt telah memerintahkan kaum Muslim
untuk mengusahakan dan mendapatkan kekuatan militer itu.
“Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang agar kamu menggentarkan musuh
Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya.” (TQS. al-Anfal [8]: 60)
“Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada
diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas
maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang
yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang
yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.” (QS. Muhammad:
20)
dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an