Demikian pula para
penjajah telah meracuni masyarakat dengan paham kebangsaan (nasionalisme),
patriotisme, sosialisme, sebagaimana mereka juga telah meracuni masyarakat
dengan paham kedaerahan yang sempit. Panjajah telah menjadikan semua itu
sebagai sumbu putar aktivitas-aktivitas temporer. Demikian juga masyarakat
diracuni dengan kemustahilan berdirinya Daulah Islam dan kemustahilan persatuan
dan kesatuan negeri-negeri Islam dengan adanya perbedaan kultur, penduduk dan
bahasa, sekalipun mereka merupakan suatu umat yang terikat dengan aqidah Islam
yang terpancar darinya sistem Islam. Selain itu mereka juga meracuni masyarakat
dengan konsep politik yang keliru seperti Slogan: "Ambillah dan
Mintalah;" "rakyat adalah sumber kekuasaan;" "kedaulatan di
tangan rakyat;" dan lain-lain sebagainya. Mereka juga meracuni masyarakat
dengan pemikiran-pemikiran yang salah seperti slogan: "Agama milik Allah,
tanah air milik semua orang", Kita dipersatukan oleh penderitaan dan
harapan", "Tanah air di atas segalanya", "Kemuliaan bagi
tanah air", dan sejenisnya. Mereka juga meracuni masyarakat dengan
pendapat-pendapat pragmatis yang klasik, seperti: " "Sesungguhnya
kita menggali sistem kita dari kenyataan hidup kita", "Rela dengan
kenyataan atau apa yang ada", "Kita harus realistis", dan
sejenisnya.
Akibat racun-racun
semacam ini masyarakat di negeri-negeri Islam, termasuk negara-negara Arab,
berada pada suatu keadaan yang tidak mendukung dan memungkinkan berdirinya
suatu kutlah yang benar. Oleh karena itu bukan hal yang aneh bila kutlah-kutlah
politik semu ini mengalami kegagalan. Sebab, kutlah-kutlah tersebut tidak
berdiri atas pemikiran yang mendalam, yang melahirkan nidzom (sistem) yang
tepat, yang mampu memperbanyak orang-orang mempercayainya, bahkan ada yang
berdiri tanpa dasar sama sekali.
Akibat semua itu
adalah wajar jika partai-parati politik yang ada di dunia Islam saat ini, tak
terkecuali di negeri Arab, menjadi partai-partai yang terpecah belah. Sebab,
partai-partai tersebut tidak berlandaskan pada suatu mabda'. Orang-orang yang
mengamati partai-partai ini melihat bahwa kadangkala partai-partai tersebut
berdiri karena peristiwa-peristiwa sesaat, dilahirkan oleh situasi yang
mengharuskan berdirinya kelompok politik. Maka setelah situasi ini teratasi
lenyap pulalah partai tersebut atau melemah atau terpecah belah. Kadangkala
kutlah-kutlah ini berdiri atas dasar persahabatan antar beberapa orang, mereka
diikat oleh persahabatan itu. Maka berkelompok atas dasar persahabatan, dan
kelompok ini akan bubar jika mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing.
Ada pula kutlah yang berdiri karena kepentingan-kepentingan kontemporer dari
orang-orang tertentu. Dengan demikian tidak ada pada orang-orang ini, dalam
berbagai situasi dan kondisi masyarakat, suatu ikatan politis idiologis. Maka
keberadaannya bukan saja tidak bermanfaat, bahkan membahayakan umat.
Di
samping itu adanya kutlah-kutlah tersebut di tengah-tengah masyarakat
menghalangi keberadaan sebuah partai yang benar, atau menunda munculnya sebuah
partai yang benar. Kutlah-kutlah tersebut juga menanamkan keputusasaan dalam
jiwa masyarakat, memenuhi hati masyarakat dengan noda hitam dasn keragu-raguan,
dan menghembuskan kecurigaan terhadap haraqah
hizbiyah (gerakan politik), sekalipun gerakan ini adalah sebuah gerakan
yang benar. Kutlah-kutlah tersebut juga menyuburkan perselisihan individu,
kedengkian-kedengkian golongan, dan mengajarkan pada masyarakat cara-cara
bersaing yang tidak benar, dan selalu berbuat atas dasar manfaat. Dengan kata
lain, kutlah-kutlah semacam ini akan merusak tabiat masyarakat yang bersih,
memperberat beban kelompok politik yang benar. Padahal partai-partai Islam
harus lahir dari ketinggian tabiat/perilaku masyarakat.
Disamping gerakan
Islam, nasionalisme dan patriotisme berdiri pula gerakan-gerakan komunis yang
berlandaskan pada materialisme. Gerakan ini sejalan dengan gerakan komunis di
Rusia, dan bergerak sesuai dengan arahan Rusia. Thoriqoh (metode) gerakannya
adalah dengan cara merusak dan menghancurkan negeri tempat gerakan. Diantara
tujuannya, disamping menciptakan komunisme di negeri tersebut, juga
mengacaukan penjajahan barat demi kepentingan blok timur, dimana orang-orang
yang bergerak didalamnya merupakan agen-agen Timur. Gerakan ini tidak mampu
berinteraksi dengan umat dan tidak banyak berpengaruh. Adalah suatu kewajaran
jika gerakan ini gagal, karena ia bertentangan dengan fitrah manusia dan
menyalahi aqidah Islam. Patriotisme juga telah mencoba memaksakan kehendaknya.
Dan kesulitan masyarakat telah berlipat ganda menjadi kesulitan besar yang
membuat masyarakat itu sangat kepayahan (keblinger).
Di samping
gerakan-gerakan tersebut di atas, berdiri pula gerakan atas dasar Jam'iyah. Di
berbagai negeri muncul organisasi lokal dan regioanl yang mengarah pada tujuan
khoiriyah (kebajikan). Organisasi-organisasi ini kemudian mendirikan
sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, panti-panti asuhan, dan membantu aktivitas
perbaikan dan sosial. Masing-masing organisasi ini menonjolkan kelompoknya.
Para penjajah telah berhasil mendorong organisasi-organisasi semacam ini
sehingga kegiatan sosialnya terlihat jelas oleh masyarakat. Sebagian besar
organisasi ini bergerak di bidang pendidikan dan sosial, sangat jarang
gerakannya bersifat politik.
Jika kita perhatikan
hasil-hasil organisasi-organisasi ini dengan mata jeli kita akan temukan bahwa
ia tidak membuahkan suatu yang bermanfaat bagi umat atau membantu umat untuk
bangkit. Bahayanya tersamar karena tak dapat dilihat kecuali oleh orang yang
jeli, di samping itu keberadaanya itu sendiri merupakan bahaya besar; tanpa
melihat manfaat parsial yang ditimbulkannya. Hal ini karena umat Islam secara
keseluruhan - karena masih mempunyai sebagian pemikiran-pemikiran Islam,
diterapkannya sebagian hukum syara', terpatrinya perasaan Islam pada pada
mereka karena pengaruh Islam - mempunyai keinginan untuk bangkit, mempunyai
perasaan yang baik, mempunyai kecendrungan alami untuk berkelompok. Sebab, ruh
Islam itu adalah ruh Jama'ah. Maka jika umat dibiarkan mengurus dirinya
sendiri, getaran atau perasaan berkelompok ini secara otomatis akan berubah
menjadi pemikiran, dan pemikiran ini secara praktis akan membangkitkan umat.
Akan tetapi adanya berbagai organisasi ini menghalangi kebangkitan. Sebab, organisasi
ini telah menjadi saluran dari perasaan-perasaan mereka yang menggelora, dan
organisasi ini telah mengalihkan keinginan umat pada aktivitas-aktivitas
parsial.