F.
Pembersihan Institusi Politik Yahudi Khaibar Dan Institusi-Institusi Yahudi
Yang Lain
1. Persiapan Untuk Melakukan
Pembersihan Terhadap Institusi Politik Yahudi Khaibar
Sebelum melakukan
pembersihan terhadap institusi politik Yahudi Khaibar, Rasulullah Saw. harus
terlebih dahulu melakukan beberapa aktivitas persiapan, di antaranya:
a. Mengirim pasukan pimpinan
Abdurrahman bin ‘Auf pergi ke Dzumatil Jandal
Pada bulan Sya’ban itu
juga, Rasulullah Saw. memanggil Abdurrahman bin 'Auf ra., dan memerintahkannya
agar menyiapkan pasukan yang akan dikirim ke Dzumatil Jandal. Sehingga di pagi
hari, Abdurrahman bin Auf ra. memakai sorban berwarna hitam. Rasulullah Saw.
mendekatinya, lalu melepaskan sorbannya, kemudian memakaikannya kembali, dan
menurunkan sebagian ujung sorban bagian belakang sepanjang empat jari atau
sekitar itu. Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Wahai Ibnu ‘Auf seperti
inilah cara memakai sorban.” Abdurrahman bin ‘Auf ra., termasuk di antara para
sahabat terbaik dan terkenal. Rasulullah Saw. menyerahkan liwa’ (bendera)
kepadanya dan berkata, “Wahai Ibnu ‘Auf,
ambillah bendera ini, berperanglah kalian semua di jalan Allah, lalu perangilah
siapa saja yang mengingkari Allah, (namun) jangan berlebihan, jangan berbuat
khianat, jangan membunuh secara kejam karena dendam, dan jangan pula membunuh
anak-anak. Inilah janji Allah dan jalan Nabi-Nya yang harus kalian ikuti.”
Dengan demikian,
Rasulullah Saw. menjelaskan kepada Ibnu ‘Auf dan seluruh manusia bahwa jihad di
jalan Allah tidak disyari’atkan untuk menumpahkan darah dan tidak pula untuk
menumpuk harta benda, namun jihad disyariatkan untuk menyelamatkan manusia dari
kezaliman dan ketertindasan. Rasulullah Saw. juga menjelaskan kepada mereka
bahwa perintah jihad tidak dibangun atas dasar kebencian atau dendam, tetapi
dibangun atas dasar penegakan keadilan.
Kemudian Rasulullah
Saw. bersabda kepada Ibnu ‘Auf, “Jika mereka
memenuhi permintaanmu, maka nikahilah anak perempuan pemimpin mereka.”
Setelah itu
Abdurrahman bin ‘Auf pun pergi hingga ia sampai di Dzumatil Jandal. Di sini ia
tinggal selama tiga hari sambil menyeru mereka kepada Islam, sehingga pemimpin
mereka al-Ashbagh bin Amru al-Kalbi masuk Islam -ia sebelumnya penganut agama
Nashrani-, dan akhirnya banyak di antara kaumnya yang juga masuk Islam.
Abdurrahman bin ‘Auf mewajibkan mereka yang tidak masuk Islam membayar jizyah.
Abdurrahman bin ‘Auf
juga menikahi Tamadhur bintu al-Ashbagh, lalu ia membawa Tamadhur ke Madinah
al-Munawwarah. Dari pernikahannya dengan Tamadhur ini lahirlah Abu Salamah bin
Abdurrahman bin ‘Auf yang dikenal sebagai seorang ahli fiqh, ahli hadits, dan
ahli ibadah.
b. Pasukan pimpinan Zaid bin
Haritsah pergi ke Madyan
Pada bulan Sya’ban
juga, Rasulullah Saw. menyerahkan liwa’ (bendera) kepada Zaid bin Haritsah agar
pergi ke Madyan. Zaid pun pergi dan ia kembali dengan membawa para tawanan.
Lalu mereka dijualnya. Dalam menjualnya tidak diperhatikan keberadaan anak-anak
bersama ibunya. Kemudian Rasulullah Saw. lewat di dekat mereka, ketika mereka
sedang menangis. Rasulullah Saw. bersabda: “Mengapa mereka menangis?” “Mereka
ini terpisah antara anak dan ibunya, wahai Rasulullah,” jawab salah seorang
sahabat. Rasulullah Saw. bersabda: “Kalian jangan menjual mereka, kecuali
mereka tetap bersama. Ingat! Dalam menjualnya kalian tidak boleh memisahkan
antara anak dan ibunya, juga antara anak dan ayahnya.” Dengan tindakan ini
tampak jelas sekali adanya nilai kemanusiaan dan kasih sayang dalam Rasulullah
Saw.
c. Pasukan pimpinan Ali bin Abi
Thalib pergi ke Fadak
Pada bulan Sya’ban
juga, Rasulullah Saw. mengirim Ali bin Abi Thalib pergi menuju Bani Sa’ad bin
Bakar di Fadak. Sebab telah sampai berita kepada Rasulullah Saw. bahwa mereka
hendak memasok sekelompok orang ke Khaibar, agar Khaibar mau ikut bersamanya dalam
persekutuan yang telah diadakannya bersama kaum kafir Quraisy untuk melawan
Negara Islam.
Ali pergi menuju
mereka dengan membawa pasukan berkekuatan seratus orang. Ali langsung menyerang
mereka, akhirnya mereka pun lari. Ali menguasai binatang ternak yang mereka
tinggalkan, yaitu lima ratus unta dan dua ribu kambing. Selanjutnya Ali kembali
ke Madinah.
Untuk mempersingkat
urusan, Rasulullah Saw. mengirim orang-orang yang akan membunuh sumber fitnah
di Khaibar, yaitu Sallam bin Abi al-Hakik.
Sumber: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press