Oleh: Zakariya al-Bantany
Orang yang lebih tua dari kita baik tua dari sisi usia (umur) maupun tua dari sisi keilmuwan dan pengalaman hidupnya, mereka itu contohnya seperti guru-guru kita, kedua orang tua kita, dan orang-orang yang lebih senior dari kita.
Maka, Islam mengajarkan kita bagaimana kita memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya perlakuan, penuh penghormatan, pemuliaan dan penuh kasih sayang dan cinta karena Allah.
Adapun membungkukkan badan saat bertemu, melewati dan dihadapan guru kita, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita, dan mencium tangan mereka.
Seperti kebiasaan yang terjadi di masyarakat Islam, khususnya di masyarakat kita di tanah air ini yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, etika dan tatakrama.
Maka, itu hanya perkara teknis (uslub) saja dalam menghormati (ta'dzhim) dan memuliakan (takrim) guru kita, Ulama, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita.
Jadi, itu bukan berarti menjadikan manusia sebagai tandingan Allah, atau bukan berarti itu perbuatan syirik dan bid'ah, serta bukan berarti pula itu perbuatan haram dan sesat.
Namun, itu merupakan adab, tatakrama, sopan-santun, etika, budi pekerti atau akhlaq dalam menghormati (ta'dzhim) dan memuliakan guru kita, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita.
Alangkah kurang ajarnya dan su'ul adabnya bila kita memperlakukan guru kita, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita biasa-biasa saja tanpa penghormatan sedikit pun padanya.
Atau pun kita memperlakukan mereka, seperti kita memperlakukan teman main yang sebaya kita, atau seperti kita memperlakukan anak-anak kita.
Mungkin saja, bisa jadi tidak ada dalil sharih yang merinci bagaimana teknis menghormati dan memuliakan guru kita, Ulama, kedua orang tua kita, dan orang yang lebih tua dari kita harus mesti membungkukan badan dan mencium tangannya tersebut, dan lain-lain.
Namun, sudah cukup dalil mujmal yang memerintahkan -jadi wajib hukumnya- kita untuk menghormati dan memuliakan guru kita, Ulama, kedua orang tua kita dan orang yang lebih tua dari kita.
Seperti, hadits Rasulullah ini:
أَمَرَنِي جِبْرِيلُ أَنْ أُقَدِّمَ الأَكَابِرَ.
“Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua.” (HR. Abu Bakr Asy-Syafi’i dalam Al-Fawa’id, 9/97/1; Ahmad, 6191; Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra, 173. Dari Ibnu Umar ra).
Nabi Saw juga bersabda:
إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِى فِيهِ وَالْجَافِى عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِى السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ.
“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah dengan menghormati seorang Muslim yang lebih tua, dan para penghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dan tidak meremehkan, serta menghormati pemimpin yang adil.” (HR. Abu Dawud).
Nabi Saw pun bersabda:
الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ.
“Keberkahan itu ada bersama para Ulama.” (HR. Ath-Thabrani).
Dalam riwayat yang lain, Nabi Saw pun bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا.
"Bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi orang yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak-haknya para Ulama.” (HR. Al-Hakim).
Dan lain-lainnya. Wallahu a'lam bish shawab. []