Rasulullah Saw.
melarang orang yang menunaikan zakat untuk membeli zakatnya kembali. Sehingga
apa-apa yang telah ia tinggalkan untuk Allah Swt. tidak kembali lagi kepadanya.
Sebagaimana halnya kaum Muhajirin dilarang kembali ke Makkah setelah mereka
meninggalkannya.
Diriwayatkan dari
‘Abdullah bin ‘Umar ra.:
“'Umar bin
al-Khaththab ra. pernah memberikan seekor kuda kepada seseorang yang berperang
di jalan Allah. Setelah itu dia mendapati bahwa kuda itu dijual, maka dia ingin
membelinya kembali. Kemudian dia bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hal
ini, maka Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah engkau membelinya dan jangan
pula kau ambil kembali sedekahmu.”
(Maknanya adalah
memberikannya kepada seseorang yang berjuang (berperang) di jalan Allah,
tegasnya, sesungguhnya 'Umar memberikan kuda itu kepadanya sehingga orang
tersebut memilikinya dan berhak untuk menjualnya)
(SHAHIH. Diriwayatkan
oleh:
Al-Bukhari: Kitab az-Zakaah, bab Hal
Yasytari Shadaqaatahu (II/157) dengan lafazh: ---- (“Janganlah kamu
membelinya dan kembali kepadanya!”), dan kitab al-Hibah,
bab Idza Hamala 'ala Farasin fahuwa kal ‘Umra
wash Shadaqah (III/218)
Muslim: Kitab
al-Hibaat, bab Karaahiyah Syiraa-il Insaan Maa Tashaddaqa bihi mimman
Tushuddiqa 'alaihi (III/1240, no.3)
Abu Dawud: Kitab
az-Zakaah, bab ar-Rajul Yabtaa'u Shadaqatahu (II/251 no.1593)
An-Nasa-i: Kitab
az-Zakaah, bab Syiraaish Shadaqah (V/109, no.2617)
At-Tirmidzi: Kitab
az-Zakaah bab Ma Jaa-a fii Karaahiyyatil ‘Aud fish Shadaqah (III/47, no.668)
Ahmad dalam al-Musnad
(II/7, 55, 103)
Malik dalam
al-Muwaththa’: Kitab az-Zakaah, bab Isytiraa-ish Shadaqah wal ‘Aud
fiiha (I/282 no.50)
An-Nawawi berkata,
“Larangan dalam hadits ini hanya sebatas makruh, bukan haram. Maka makruh
hukumnya bagi seseorang yang bersedekah dengan sesuatu, atau mengeluarkan
zakat, atau membayar kaffarat nadzar,
atau segala bentuk ibadah lainnya, untuk membeli kembali segala sesuatu yang
telah ia berikan, ia hibahkan, atau ia pindahkan kepemilikan barang tersebut
secara sukarela. Namun jika ia kembali memiliki barang tersebut melalui
warisan, maka tidak dimakruhkan.”
Ibnu Baththal berkata,
“Mayoritas ulama memakruhkan seseorang membeli kembali barang yang telah
disedekahkan disebabkan adanya hadits ‘Umar ini.”
Ibnul Mundzir berkata
“Al-Hasan memberi keringanan dalam membeli harta yang telah disedekahkan.
Begitu Juga ‘Ikrimah, Rabi’ah dan al-Auza’i.”
Ibnu Hazm menguatkan
kuat pendapat ini. Beliau berhujjah dengan hadits Abu Sa’id al-Khudri ra., dia
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Zakat itu tidak halal
bagi orang kaya, kecuali untuk lima orang: (1) Orang yang berperang di jalan
Allah. (2) Para petugas zakat. (3) Orang yang berhutang (karena mendamaikan
perselisihan). (4) Seseorang yang membeli kembali zakat tersebut dengan hartanya.
(5) Seseorang yang memiliki tetangga miskin, lalu dia bersedekah kepadanya,
lalu si miskin menghadiahkannya kepada orang kaya.”
(HR. Abu Dawud (secara
maushul), Ibnu Majah, al-Hakim (beliau
berkata: “Shahih menurut syarat
al-Bukhari dan Muslim, tetapi mereka berdua tidak meriwayatkannya karena mursal-nya Malik bin Anas pada Zaid bin
Aslam.” Adz-Dzahabi menyepakati penshahihan
al-Hakim ini), Malik, Ahmad)
(artikel ini tanpa
tulisan Arabnya)
Bacaan: Syaikh Sayyid
Sabiq, Fiqhus Sunnah, Kitaab az-Zakaah (terjemahan), Pustaka Ibnu Katsir