Bertempat di Aula
Islamic Center Kecamatan Cikupa Tangerang, telah dilaksanakan Workshop Tokoh
dan Ulama. Pada Ahad, 8 Maret 2009 yang dihadiri sekitar 250 tokoh dan ulama.
Acara ini mengangkat tema:” Bersama Alim Ulama Berjuang Menegakkan Syariah dan
Khilafah”
Sambutan MUI Kabupaten
Tangerang disampaikan oleh KH. Nur Alam Djaelani. Dalam sambutannya beliau
mengatakan bahwa kondisi umat Islam sudah teralienasi dan terjauhkan dari
substansi Islam, yang muncul justru ritual dan simbol-simbol agama belaka.
Semoga acara ini akan mempu memberikan solusi permasalaha umat. MUI sebagai
pengawal umat dari sisi aqidah maupun syariah.
KH Wawang Zaini
menyampaikan komentarnya: “Dengan acara ini saya merasa bersemangat muda lagi”.
Komentar yang lainnya juga di utarakan oleh KH. Endang, Beliau menyampaikan di
depan forum bahwa siap berada di barisan terdepan untuk mendukung Hizbut Tahrir.
Juga muncul komentar dari Ibu Hj. Maslah seorang tokoh dari Islamic Village
Tangerang, beliau menanyakan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang ibu
rumah tangga untuk ikut berjuang menegakkan khilafah?
Acara yang berlangsung
dari jam 9.00 dan berakhir pada 14.00 ini ditutup dengan doa oleh KH. Wawang
Zaini, tokoh Kyai Tangerang. Insya Allah beberapa bulan ke depan acara serupa
akan dilaksanakan di tiap kecamatan. Semoga dengan kerja keras dan keikhlasan,
khilafah akan segera tegak di bumi Allah ini. Amin.
“Umat Islam harus
bersama-sama berjuang menegakkan kembali khilafah, supaya dapat melaksanakan
syariah Islam secara kaafah dan dengan Khilafah kita bisa berjihad memerangi
musuh-musuh Islam”.
Demikian sambutan yang
disampaikan oleh KH Muhammad Khotib Rosyid (Ketua MUI Kecamatan Purwasari, Kab.
Karawang Jawa Barat) pada acara Workshop Tokoh/Ulama/Kyai se-Kabupaten Karawang
yang dihadiri sekitar seratus tokoh, ulama dan kyai dengan mengambil tema
“Solusi Krisis Palestina dengan Jihad dan Khilafah”.
Acara tersebut
diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD II Karawang, pada hari
Ahad 8 Februari 2009 bertempat di Aula Islamic Center Karawang. Acara ini
menghadirkan dua pembicara, yaitu Ust. Abu Hanifah (DPP HTI) dan Ust. Syamsudin
Ramadhan (DPP HTI).
Hal senada juga
disampaikan tokoh yg lain dengan memberikan komentar yg mendukung perjuangan
HTI dalam menegakkan kembali Khilafah Islamiyah.
“Kita tidak bisa
melepaskan diri dari Ummat.” Demikian kata singkat yang ditegaskan oleh KH.
Fadloli El Muhir tatkala menerima delegasi Hizbut Tahrir Indonesia yang
dipimpin langsung oleh Juru Bicara HTI, Ust H. Ismail Yusanto di kediamannya,
Rabu, 5/11/2008.
Dalam berjuang pun,
masih menurut KH. Fadloli yang juga didampingi sejumlah pejabat teras FBR
(Forum Betawi Rempug), kita harus berjuang bersama-sama dengan seluruh komponen
ummat.
“Tidak bisa
sendiri-sendiri. Sebab perjuangan menegakkan akidah, menjalankan syariah dalam
bingkai Daulah Khilafah membutuhkan kerja bareng yang baik” tegasnya.
Dalam kesempatan yang
memang sudah ditunggu-tunggu oleh Pak Kyai ini, Juru Bicara HTI menegaskan
tentang komitmen untuk tetap dan akan tetap bersama berjuang bersama umat.
“Esensi perjuangan menegakkan syariah dan Daulah adalah perjuangan menegakan
syariah sekaligus menggalang ukhuwah,” papar Ust Ismail.
Daulah Khilafah, masih
menurut Ust Ismail, adalah ingin menyatukan seluruh umat dalam satu payung
kepemimpinan. “Oleh karena itu, tidak betul jika ada yang menyatakan bahwa HTI
tidak perduli pada persatuan dan kerjasama bersama seluruh ormas. Apalagi berkeinginan
memecah-belah umat,” tegas Jubir HTI.
Ibu Hj. Dewi Asiyah,
S.Ag, selaku trainer pada sesi pertama menyampaikan bahwa kefasadan (kerusakan) yang terjadi dikarenakan
umat tidak memiliki gambaran akidah yang utuh, yakni kehidupan yang dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah kelak di akhirat. Untuk bisa
mempertanggungjawabkan kehidupannya di hadapan Allah, maka setiap muslim
dituntut untuk mengikatkan seluruh perbuatannya dengan hukum-hukum Allah
(syariah Islam) secara kaaffah, katanya.
Selanjutnya, pada sesi
kedua, Ibu Ir. Retno Sukmaningrum, MT menguatkan tekad peserta training untuk
turut berjuang merubah kondisi masyarakat dengan melakukan dakwah jama’iy (berkelompok), fikriyah (pemikiran), siyasiyah (politis),
dan laa madiyah (non-kekerasan).
Menurut panitia, para
peserta sangat merespon materi yang telah diberikan, yakni Kesempurnaan Islam
dan Hidup Mulia sebagai Pejuang Islam. Meraka 100% sepakat terhadap apa yang
disampaikan. Sebagian besar mereka pun siap berjuang bersama Hizbut Tahrir dan
mengkaji Islam secara intensif. Termasuk juga mereka siap menyebarkan opini
Islam di daerahnya masing-masing, seperti ikut menyebarkan Al-Islam dan majalah
Al-Waie.
Peserta antusias
mendengar pemaparan pembicara yang menjelaskan pentingnya menegakkan syariat
Islam. Ustadz Muhammad Ismail menjelaskan secara gamblang mulai dari
problematika umat Islam, dari akar masalah krisis yang melanda ekonomi
Indonesia, problematika pendidikan yang mahal, kasus anak putus sekolah,
masalah klasik seperti kenakalan remaja dan kriminalitas, problem perceraian
karena ekonomi, hingga masalah besar tentang perampasan sumber daya Alam oleh
agen asing di berbagai wilayah seperti di Papua, Cepu dan sebagainya.
Disinggung pula faktor kepemimpinan yang tidak amanah. Semua itu menurutnya
karena tidak diterapkan syariat Islam secara kaffah.
Menanggapi uraian
pembicara, sepertinya masih ada yang belum memahami perjuangan HTI terutama
masalah Penegakan Khilafah. Namun masalah penegakan syariah hampir semuanya
setuju dan tidak menjadi persoalan. Untuk itu Jubir HTI menjelaskan penegakan
khilafah hanyalah thoriqoh (metode) untuk mewujudkan tegaknya syariat Islam
guna melangsungkan kehidupan Islam.
Di akhir ceramahnya
Ust Muhammad Ismail mengajak dengan bahasa “melamar” para tokoh untuk tidak
sekedar menjadi pendukung semata, tepi juga siap bersama, berjuang menjadi
bagian Hizbut Tahrir. Audience langsung menjawab dengan suara “setuju”
bersama-sama.