Negara Republik Sistem Menyimpang
sistem republik merupakan
sistem yang tidak sesuai dengan Islam, sehingga tidak mungkin Hizbut Tahrir
sebagai gerakan Islam masuk dalam sistem yang bertentangan dengan Islam.
Pertentangan sistem republik dengan Islam terletak pada keyakinan siapa yang
berhak membuat atau melegalisasi hukum. Dalam sistem republik, salah satu tugas
parlemen adalah legislasi hukum yang sebagian besar tidak berdasarkan syariah
Islam. Dan dalam pandangan Hizbut Tahrir, melegislasi hukum tidak berdasarkan
syariah Islam adalah keharaman.
berdasarkan pengalaman yang
ada menunjukkan bahwa perjuangan Islam melalui sistem republik bukanlah jalan
yang tepat. beberapa negeri-negeri Muslim yang pernah mengalami fakta tersebut.
Misal di Palestina, gerakan Islam Hamas menang dalam pemilu tetapi kemudian
diboikot. Di Aljazair ada partai FIS yang memenangkan pemilu juga kemudian
dibatalkan hasil pemilunya. Di Turki ada partai Refah pimpinan Erbakan
memenangkan pemilu tapi kemudian hasil pemilu dibatalkan dan partai Refah
dibubarkan. Dan kejadian di Mesir ketika terpilih presiden Mursi yang kemudian
dikudeta oleh militer yang dipimpin As Sisi. Ini menunjukkan fakta-fakta
sejarah yang bisa kita ambil pelajaran bahwa jalan sistem republik bukan jalan
yang tepat dan memang sifat dasar sistem republik itu tidak cocok dengan Islam,
“Acara
(Rapat Dan Pawai Akbar) ini akan memberikan pengaruh yang mendalam bagi kaum
Muslim di seluruh penjuru dunia. Acara ini menjadi testimoni atas hal itu. Ada
fakta bahwa kaum Muslim di seluruh dunia akan melihat dan mendiskusikan; juga
ada fakta bahwa banyak pemerintahan memperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruhnya tidak bisa dipungkiri. Hal ini penting karena umat telah mendapat
pukulan yang hebat lebih dari seabad, kehilangan kepercayaan diri, kadang
meragukan diri sendiri. Karena itu pertemuan seperti ini akan menguatkan
keyakinan diri itu.” [Wassim Doureihi, Juru Bicara Hizbut Tahrir
Australia]
Rangkaian insiden penembakan
di AS menunjukkan, kekerasaan bukan hanya monopoli tentara negara Amerika yang melakukan pembantaian terhadap rakyat
sipil di Suriah, Irak, Afghanistan dan Pakistan. Kekerasan negara yang secara brutal melakukan pembunuhan di
luar negeri, sedikit banyak menjadi ‘teladan’ dan menginspirasi rakyat Amerika
yang demikian gampang membunuh manusia. Inilah ciri masyarakat sakit kapitalisme.
AS sebagai Negara adidaya yang paling heroik mengusung kapitalisme dengan
berbagai sistem hidupnya seperti sistem republik, liberalisme, pluralisme,
ibarat kapal busuk yang akan tenggelam. Pertanyaannya negeri ini melaju
mengekor pada sistem republik AS ataukah kembali ke jalan Islam?
Upaya pelarangan aktivitas
Hizbut Tahrir (HT) di berbagai negara Barat sesungguhnya merupakan bukti yang
telak kekalahan sistem republik. Sistem republik yang diklaim memberikan
kebebasan kepada siapa saja untuk berpendapat, mengkritik, ternyata tak mampu
menghadapi pemikiran-pemikiran Islam dan politik yang diemban HT. Pasalnya, HT,
dengan pemikiran Islam yang ia emban, sukses membongkar kepalsuan sistem
republik, standar ganda, kerusakan, dan bahayanya bagi umat manusia.
HT, selama ini, memang
dikenal konsisten mengkritik ideologi Kapitalisme Barat berikut
kebijakan-kebijakan negara-negara imperialis; mengkritik keburukan sistem
republik dan pertentangannya dengan Islam; menguliti kerusakan pemikiran
sekular dan liberalisme. HT paling getol membongkar kejahatan negara-negara
Barat terhadap Dunia Islam; membongkar kepalsuan Amerika dan sekutu Baratnya
yang—kerap mengatasnamakan sistem republik dan HAM—menjajah negeri-negeri
Islam.
Dengan dakwah politik yang
gencar dilakukan HT, negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan
beberapa negara Eropa menjadi gerah dan khawatir. Mereka takut negeri-negeri
Islam akan mencampakkan sistem republik dan liberalisme yang mereka anut selama
ini. Negara-negara imperialis tentu sadar benar, ketika umat Islam di seluruh
dunia mencampakkan sistem Kapitalisme yang dipaksakan atas mereka, tamatlah
penjajahan negara-negara Barat atas dunia Islam. Ini merupakan kerugian yang
sangat besar bagi Barat yang hidup dari penjajahan mereka atas dunia Islam.
“AlhamdulilLah,
senang sekali melihatnya. Saya sedang dari Sydney ke Indonesia. Sekarang
berbeda di sini. Kaum Muslim dan para aktivis HTI memberikan inspirasi:
melakukan pawai yang menyerukan Khilafah yang jumlah pesertanya banyak,
menyerukan agama Allah. Semua itu sangat memberikan motivasi dan inspirasi bagi
kami yang datang dari Australia. Secara keseluruhan, brothers dari
Indonesia benar-benar luar biasa!” [Yusuf, dari Sydney, Australia]
Jalan buntu terakhir yang
mereka tempuh adalah menggunakan alat politik secara represif dengan melarang
HT. Ini jelas menunjukkan kekalahan sistem republik. Kalaulah mereka yakin akan
ide yang mereka klaim unggul, mengapa mereka takut membiarkan pemikiran HT yang
mengemban Islam berkembang? Padahal mereka mengklaim sebagai negara demokratis
yang mengagung-agungkan kebebasan berpendapat.
Realitasnya adalah sistem
republik liberal Indonesia tidak pernah mampu untuk memecahkan masalah
masyarakat. Lebih dari 71 tahun penerapan sistem republik tidak dapat menghapus
penindasan dari bagian masyarakat. Sebaliknya, dalam perspektif perlindungan
anak situasi makin rentan malah kian buruk.
“AlhamdulilLahi Rabbil ‘alamin, Ash-Shalatu ‘alal mursalin. Kami melihat acara di Kota Jakarta, Ibukota Indonesia. Begitu banyak kaum Muslim yang berkumpul menyerukan Khilafah. Hal ini menjadi inspirasi bagi kami yang tinggal di negara Barat, khususnya Australia, untuk melihat seruan ini di negeri Muslim, seruan penyatuan dan Khilafah pada hari ini. Kami melihat ini adalah seruan yang agung. Kami mendukung seruan ini dan meminta brothers di sini untuk melanjutkan usaha ini dan melanjutkan dakwah, Insya Allah.” [Ali, dari Melbourne, Australia]
“AlhamdulilLah, acara (Rapat Dan Pawai Akbar) ini sangat luar biasa untuk menyiarkan syiar Islam, terutama untuk menegakkan Khilafah. Pada saat ini umat Islam di seluruh dunia sudah menyadari bahwa bersatunya umat di seluruh dunia ini dengan tegaknya Khilafah. Acara ini menunjukkan bahwa keinginan umat itu semakin membesar. Karena itu keinginan penegakkan Khilafah ini tidak bisa terbendung lagi.” [Ardi Muluk, Mahasiswa S3 di UK]
“RPA (Rapat Dan Pawai Akbar) ini penting. Ini suatu momen penting untuk menyadarkan dan membuka mata masyarakat kita yang memang benar-benar saat ini sudah terancam neoliberalisme dan kapitalisme. Jadi saya sangat appreciate. Saya sangat setuju sekali. Memang negara kita saat ini benar-benar dirampok, diambil sumberdayanya. Ini adalah masalah. Jadi memang kapitalisme dan neoliberalisme ini harus dilawan. Pada akhirnya ini adalah suatu perang pemikiran.” [Ferryal Basbeth, Dosen Forensik Universitas Yarsi]
“Acara RPA (Rapat Dan Pawai Akbar) sungguh menarik. Saya sangat terharu dengan semangat HTI untuk membumikan syariah Islam. Perjuangan untuk berdirinya sebuah Khilafah patut didukung oleh semua umat Islam. Sebab, tak ada sistem yang sempurna kecuali syariah. Saya selalu mendukung setiap usaha yang memiliki nilai kemaslahatan bagi umat dan bangsa. Apalagi yang menghapus neoliberalis dan kapitalisme.
Selamat berjuang. Kami sebagai bagian dari umat Islam siap mendukung. Amin. AllahuAkbar!” [Olivia Maunti, Konsultan Politik]
“AlhamdulilLlah, luar biasa! RPA (Rapat Dan Pawai Akbar) ini menjadi penyemangat bagi kaum Muslim agar sama-sama memperjuangkan syariah Islam. Saya sangat setuju. Tidak ada lagi solusi bagi umat Islam dan seluruh umat manusia selain Khilafah. Dengan Khilafahlah manusia akan hidup sejahtera. Tentu, saya akan siap berjuang bersama Muslimah HTI karena Hizbut Tahrir adalah wadah yang mempersatukan kaum Muslim sedunia yang ditakuti Amerika.” [Ummu Haura, Ibu Rumah Tangga Warga Bogor]
“Kepada seluruh
perempuan Indonesia, mari kita menyadari bahwa kondisi Indonesia sangat buruk,
tidak boleh dipertahankan, harus berubah. Perubahan yang diperintahkan yaitu
perubahan menuju tegaknya Khilafah. Karena itu marilah bersama Hizbut Tahrir
berjuang melakukan perubahan untuk tegaknya Khilafah Islam.” [Iffah Ainur
Rochmah, Jubir Muslimah HTI]
“Ada poin penting dari penyelenggaraan RPA (Rapat Dan Pawai Akbar) ini. Pertama: bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah besar. Indonesia terancam neoliberalisme dan neoimperialisme yang menyengsarakan rakyat. Rakyat dibuat sangat menderita. Kedua: Dengan kondisi seperti ini, rakyat harus diselamatkan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menegakkan Khilafah.
Setelah RPA ini, diharapkan umat semakin memahami Khilafah dan memberikan dukungan dalam perjuangan penegakan Khilafah. Dengan dukungan umat, insya Allah Khilafah segera terwujud.” [Ratu Erma Rahmayanti, Ketua Muslimah HTI]
“Ada poin penting dari penyelenggaraan RPA (Rapat Dan Pawai Akbar) ini. Pertama: bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah besar. Indonesia terancam neoliberalisme dan neoimperialisme yang menyengsarakan rakyat. Rakyat dibuat sangat menderita. Kedua: Dengan kondisi seperti ini, rakyat harus diselamatkan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menegakkan Khilafah.
Setelah RPA ini, diharapkan umat semakin memahami Khilafah dan memberikan dukungan dalam perjuangan penegakan Khilafah. Dengan dukungan umat, insya Allah Khilafah segera terwujud.” [Ratu Erma Rahmayanti, Ketua Muslimah HTI]