Bukan soal menang-kalah.
Hanya sharing gagasan dan ikhtiar meluruskan kekeliruan dan fitnah.
Kekalahan itu sesungguhnya ketika kita dihakimi masa karena
perbuatan curang dan zhalim, dan saat kita tak bawa hujjah di Hari dimana tak
ada pembela apapun dan siapun pada hari itu.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits:
إن
أخْوَف ما
أخاف على أمتي
كلُّ منافقٍ
عليمِ اللسان
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari umatku adalah
setiap munafik yang pandai bersilat lidah." (HR. Ahmad)
Imam al-Munawi رحمه
الله تعالى menjelaskan:
أي
كثير علم
اللسان جاهل
القلب والعمل
اتخذ العلم
حرفة يتأكل
بها ذا هيبة
وأبهة يتعزز
ويتعاظم بها
يدعو الناس
إلى الله ويفر
هو منه ويستقبح
عيب غيره
ويفعل ما هو
أقبح منه
ويظهر للناس
التنسك
والتعبد
ويسارر ربه
بالعظائم إذا خلا
به ذئب من
الذئاب لكن
عليه ثياب
"Maksudnya yaitu orang yang banyak ilmu di lidahnya, tapi
bodoh hati dan amalnya. Ia menjadikan ilmu sebagai profesi yang dengan itu ia
mencari makan. Ia berpenampilan penuh wibawa untuk menarik perhatian orang. Ia
mengajak orang lain kepada Allah tapi ia sendiri lari dari Allah. Ia mencela
aib orang lain lalu melakukan perbuatan yang lebih buruk daripadanya. Ia
menampakkan ibadah dan kekhusyukan di hadapan manusia tapi melakukan dosa-dosa
besar di hadapan tuhannya saat sendirian bersama-Nya. Ia adalah seekor serigala
yang memakai baju." (Al-Munawi, Faidhul Qadir, 2/419).
====
Risalah Diskusi Kami dengan NH
Pak @na_dirs membuat tuduhan yang dibangun di atas argumentasi yang
lemah terkait tafsir An Nur 55 dan status HR. Ahmad (https://www.facebook.com/1552475198334094/posts/2313333105581629/).
Kemudian kami berikan kado spesial (sebuah kritik ilmiah):
Terkait hadits, pak @na_dirs mengatakan hadits kembalinya khilafah
dhaif. Kemudian kami jawab:
Pak @na_dirs menuduh HT tdk konsisten dan punya konsep baku (https://nadirhosen.net/kehidupan/negara/hti-tidak-punya-konsep-baku-tentang-khilafah).
Kemudian saya jawab dalam kultwit (50 tweet) yg sy rangkum sbb:
Pak @na_dirs mengatakan tidak ada bahasan kewajiban khilafah yang
berdalil dgn HR. Ahmad dalam 90 kitab mu'tabar (https://nadirhosen.net/tsaqofah/syariah/riwayat-khilafah-ala-minhajin-nubuwwah-tidak-dibahas-dalam-kitab-utama-bidang-aqidah-tafsir-hadits-tarikh-fiqh).
Kemudian kami jawab:
Dan jagat twitter tiba-tiba ramai dengan twit war dari
konten-konten di atas.
Seperti biasa, @na_dirs selalu menghindar diskusi ide. Lari ke
topik lain atau menyerang personal.
Kemarin malam, pak @na_dirs mengalihkan diskusi pada sisi lain,
tentang internal HTI. Dia mulai cari topik lain lagi. Terkait tuduhan yg
mencatut kitab Muqaddimah Dustrur (ttg ketidak-konsistenan HTI dan
ketidak-bakuan khilafah) dan ttg Hadits khilafah, dia sdh game over.
Malam ini, pak @na_dirs kembali lari dari isu utama. Ia bahas
anggapan akun bot, dana untuk trending topic, dll. Fansnya seperti biasa sorak
berpantasi dengan mengatakan kata-kata kasar seperti (maaf): bangsat, curut,
enyah, minggat, basmi, usir, hancurkan, tong sampah, goblok, dll. Kumuh sekali!
Ada juga yang lucu, mensyaratkan agar saya membuat paper ilmiah
kalau mau mendebat @na_dirs. Saya jawab: "Artikel Gus Nadir saja bukan paper
ilmiah, bahkan berantakan (coba lihat websitenya). Saya kan hanya menaggapi
artikel-artikel lepas beliau yang sarat tuduhan dan fitnah. Mengapa saya harus
standar jurnal ilmiah, sdangkan yang melempar tuduhan tdk harus ilmiah?
Sekalian saja terindeks scopus."
Prinsip saya, sedang menyelami kalam ahli hikmah berikut:
إخفاء
العلم هلكة
وإخفاء العمل
نجاة (جامع بيان
العلم وفضله
لابن عبد
البر)
"Menyembunyikan ilmu adalah kehancuran, sedangkan
menyembunyikan amal adalah keselamatan." (Ibnu Abdil Bar, Jami Bayan al-Ilmi).
Jadi saya layani seperlunya saja. Selamat mimpi indah.. :)
YRT