Page

Kaum Islam Berjuang


 

Di bidang hukum, Indonesia sangat lemah dalam penegakan hukum. Kasus yang sangat menonjol adalah skandal Bank Century yang merugikan negara hingga 6,7 triliun yang sampai saat ini tidak ada kejelasan. Bobroknya mafia hukum di indonesia terlihat jelas dimana para penegak hukum mulai dari jaksa, polisi, hakim, penyidik, kepala rutan, pengacara semuanya bisa dibeli.

Melihat dari semua fakta tersebut Muhammad Ihsan Abdul Djalil mengajak seluruh ulama dan tokoh masyarakat untuk berjuang bersama melakukan perubahan. Hanya sistem Islam di bawah naungan daulah khilafah yang telah terbukti berabad – abad mampu menyejahterakan rakyat.

Setelah menjelaskan dengan sangat rinci dibukalah sesi tanya jawab dengan para peserta dan kemudian dilanjutkan dengan testimoni tokoh yang disampaikan oleh Muhammad sowam (tokoh masyarakat Kalitidu) dan Drs. Mas’ud (MUI kecamatan Kanor) dan di akhir acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH. Mudhofir Aslam.

Sekitar seratus muballighoh Surabaya menguatkan komitmen untuk bersatu berjuang menegakkan khilafah bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Acara yang digelar DPD Muslimah HTI Surabaya di gedung PKK Jawa Timur jalan Gayungsari Surabaya mendapat sambutan antusias dari para muballighoh.

Dipandu Ustadzah Ni’mah Aliyah sebagai moderator dan Ustadzah Retno Sukmaningrum sebagai pembicara pertama dan Ustadzah Asma Amnina sebagai pembicara kedua. Ustadzah Retno Sukmaningrum menjelaskan, kaum muslim adalah umat terbaik sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imron 110. Tapi realita kaum muslim saat ini sangat jauh dari sebutan umat yang terbaik.

Para muballighoh menyambut positif seruan para pembicara dan berkomitmen untuk berjuang menegakkan khilafah Islamiyyah bersama Muslimah HTI. Acara yang sama digelar secara rutin setiap sebulan sekali untuk semakin meneguhkan komitmen muballghoh pada perjuangan penegakan khilafah.

Kampanye syariah dan khilafah yang diselenggarakan di beberapa negara pada bulan ini, akhirnya sampai pada giliran Semarang yang menggelar dua acara besar secara bersamaan, Acara yang bertajuk Workshop Intelektual ” Peran Intelektual Dalam kebangkitan ISLAM’ ini memang diadakan secara khusus untuk para intelektual yang berada di kampus kampus besar Jawa tengah Utara seperti UNDIP, UNNES, Unissula, UMK dll yang telah kontak secara intensif dengan para syabab HTI. Acara digelar pada tanggal 25 Juli di Gedung Widya puraya Undip ini dihadiri 30 Intelektual dari beberapa kampus.

Workshop Intelektual ini dibuka oleh ketua DPD HTI jateng Ir Abdullah IAR, MT dengan pidato penuh semangat di depan Intelektual bahwa di pundak merekalah Kebangkitan Islam, Karena Intelektual adalah salah satu pilar yang menentukan dalam Perubahan. Hadir pula sebagai Keynote Speaker DR.dr. Rofiq Anwar, S.PPA tokoh Senior yang tetap muda karena semangatnya ini memaparkan konspirasi global dalam melemahkan Islam dan menghilangkanya dalam peradaban. Tokoh ICMI yang pernah dua kali memimpin Universitas Islam terbesar di Jawa Tengah kembali mengingatkan bahwa siapa lagi yang akan membangkitkan kemulyaan Islam kalau bukan para Intelektual.

Tidak seperti biasanya pada hari sabtu, tepatnya tanggal 29 mei 2010, Gedung Pendopo Garut yang terletak di bilangan alun alun kompleks Mesjid Agung Garut, sejak pagi hari sudah semarak dengan kibaran bendera hitam putih yang bertuliskan dua kalimah syahadat yang di ikatkan di beberapa sudut halaman gedung rakyat ini, tampak juga banner berukuran besar dengan tulisan dua kalimat toyibah di pasang tepat di depan halaman utama gedung Pendopo.

Dalam ceramah singkatnya, Ustadz Muhammamad Hisyam menegaskan bahwa peran ulama ulama sangat urgen dalam membangun kekuatan umat dalam menyongsong tegaknya syari’ah dan sistem Islam di muka bumi ini, ” Karena dengan sistem yang ada sekarang kita sebagai umat Islam nyata nyata telah di rugikan di berbagai sektor kehidupan, jadi tunggu apa lagi mari kita bersatu padu sama sama berjuang untuk menerapkan syari’ah dan sistem Islam dalam bingkai institusi Islam yang sahih “, Tegas Ustadz Hisyam seraya meneriakan takbir.

Di akhir acara, Muktamirin dan para ulama sepakat untuk bersama-sama berjuang menegakan syari’ah dan Khilafah, dan secara simbolis para ulama meneguhkan perjuangannya dengan menandatangani kesepakatan perjuangan menegakan Syari’ah dan Khilafah bersama ulama dan seluruh komponen Umat Islam.


Sementara itu, Farah Adiba, koordinator panitia pelaksana menyampaikan bahwa tujuan acara ini adalah ingin menyatukan langkah para mubaligoh, guru agama guru TK al-Qur’an, para muslimah yang peduli dengan masa depan umat. Farah memandang perlu adanya pembinaan kepada seluruh Muslimah untuk mencetak generasi yang bertakwa sebagai calon-calon pemimpin bangsa.

Acara ini diisi oleh para orator yaitu Ir. Zulfa Nur yang menyampaikan orasi berjudul “Potret Buram Kehidupan Umat dan Hancurnya Keluarga Sebagai Benteng Pertahanan”, Fatimah Asliani, S.P menyampaikan orasi tentang “Khilafah Pembebas Perempuan dari Cengkeraman Kapitalisme. Sedangkan Desy Lusiana, S.Ag membacakan orasi berjudul “Khilafah adalah Kewajiban, Janji Allah dan Solusi Problematika Kehidupan” dan Sri Mulyani menyampaikan tentang “Peran dan Tanggung Jawab Dai’yah dan Mubalighoh dalam Menegakkan Khilafah”.

Pasca pertemuan ini akan digelar Majelis Taqarrub Ilallah yang akan diikuti para muslimah yang telah sepakat berjuang bersama Hizbut Tahrir memperjuangkan tegaknya khilafah di setiap daerah Kalimantan Selatan.

“Pulang dari tempat ini, saya akan bergabung dengan HTI untuk memperjuangkan khilafah,” ungkapan tegas itu disampaikan Ibu Nyai Fatimatuz Zahro pengasuh pondok pesantren Bahrul Huda Tlanakan, Pamekasan. Komitmen itu langsung disambut dengan pekik “Allahu Akbar!” dari ratusan muballighoh yang hadir dalam pertemuan Muballighoh bertema “Saatnya Muballighoh Berjuang Tegakkan Khilafah Islamiyah” di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

Umat Muslim Berjuang


 

Ratusan ulama, Kyai, Ustadz dan mubalighah hadir dalam kegiatan Liqa Syawal 1432 H Hizbut Tahrir Indonesia dan Ulama Berjuang bersama umat Tegakkan Khilafah, yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah III Cirebon, di Pondok Pesantren Mansyaul-Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka. Hampir semua tempat duduk terisi penuh oleh para ulama dari Majalengka, Kuningan, Cirebon dan Indramayu . Mereka tampak antusias dan tak beranjak dari tempat duduknya mengikuti rangkaian acara yang dikemas sangat menarik, dengan dukungan multimedia yang canggih.

Acara Liqa Syawwal yang diikuti sekitar 500 Ulama, Kyai, Ustadz dan Mubalighah ini berlangsung dari pagi sampai Dhuhur. Acara utama dimulai dengan pembacaan Kalimatut Taqdim dari Shahibul Bait, Ust. H. Aa Fachrurrozi, SP., MP., diikuti tayangan Multimedia tentang Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir, kemudian testimoni Ulama yang disampaikan oleh Ust H. Aceng Ibrahim, ulama dari Jatiwangi, KH Satori Amin ulama dari Cirebon, dan Ust Drs Ghazali Nurkalam ulama dari Majalengka. Acara dilanjutkan dengan penyampaian Kalimatul Hikmah Liqa’ Syawwal oleh Ust. H. Heru Binawan dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia, pembacaan Syair Yaumun Nashr oleh Ade Sutisna syabab dari Majalengka, dan penyampaian Seruan Hizbut Tahrir yang disampaikan KH Edi Subakas dari Kuningan. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Dr KH A. Sarkosi Subki, Pimpinan Ponpen Mansyaul Huda.

Sekitar jam 7 pagi, hari Ahad (25/9) puluhan kendaraan dan beberapa bus berduyun-duyun memasuki komplek YPI Depdagri kecamatan Ciawi Bogor. Kendaraan-kendaraan tersebut ternyata membawa orang-orang yang sangat istimewa yaitu para Alim Ulama dan Mubalighah dari Bogor, Sukabumi dan Cianjur.

Alim Ulama dan Mubaligah yang datang ini jumlahnya sekitar 1500 orang. Mereka semua memenuhi undangan Hizbut Tahrir Indonesia Bogor Raya. “Kami menyiapkan 1500 kursi tapi yang hadir melebihi kursi yang kami siapkan” demikian disampaikan Ustadz Rokim Abdul Karim sebagai penanggung jawab acara, sambil menunjukkan ke arah perserta mubaligah yang berdiri karena tidak kebagian kursi.

Alim ulama dan mubaligah ini hadir semata-mata karena dorongan kerinduan mereka untuk berjuang bersama Hizbut Tahrir dalam rangka menegakkan syariah dan khilafah. Karena di undangan sudah dijelaskan bahwa mereka diundang untuk saling mengokohkan dalam membina ummat serta menyadarkan ke ummat bahwa syariah dan khilafah adalah kewajiban dan janji dari Allah SWT.


Rois Am Syuriah NU Kabupaten Bangka Tengah, KH Syairan mengajak umat Islam, utamanya di Bangka Tengah untuk berjuang demi penegakkan berdirinya khilafah.
“Mari kita berdoa untuk mendapatkan keberkahan dalam rangka hidup sejahtera di bawah naungan khilafah. Saya yakin kita semua tidak mau, hidup terus menerus dalam kehancuran,” kata KH Syairan dalam orasi Konferensi Rajab 1432 H di Novotel Bangka, Minggu (19/6/2011).

Sekitar 2.000 umat muslim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menghadiri Konferensi Rajab 1432 H di Convention Hall Novotel Golf Bangka & Convention Center, Pangkalanbaru, Bangka Tengah, Minggu, (19/6/2011) mulai pukul 07.30 WIB. Acara kali ini mengambil tema ‘Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah’.
HTI DPD I Lampung mengadakan Workshop Ulama dengan tema Menggalang Ulama Bersatu: Penegak Syariah dan Khilafah, di Aula Wisma Haji Islamic Centre Bandar Lampung, Minggu (8/5/2011). Acara dimulai jam 08.00, tampak peserta ulama dan para Kyai dari berbagai pondok pesantren (ponpes) di Lampung, misalkan ponpes al-islam, ponpes riyadus solihin, ponpes Miftahul huda, ponpes badrul huda, ponpes al-hidayah, lembaga ulul albab, lembaga ponpes tutur jagat, ponpes darul fikri, Gerakan Mubaligh Indonesia, As-salam dan beberapa ponpes lainnya dan asatidz pengurus takmir masjid satu-persatu memadati ruangan. Acara dimulai dengan menampilkan beberapa Video aktivitas HTI menggalang Ulama berjuang menegakkan Syariah dan Khilafah dan Video mengenal HTI dan video teaser Konferensi Rajab Lampung melalui LCD yang disorot pada dua layar panel di sisi kiri dan kanan panggung, yang membuat ratusan Ulama dan Asatidz sangat antusias untuk mengikuti acara demi acara.

Dan Khilafah ini juga adalah janji Allah bagi umat Muhammad. Seru Ust Abdul Karim. Dan Karakter seorang muslim yang yakin pada janji Allah tidak gentar pada balatentara musuh. Janji itu harus kita songsong, jangan berdiam diri, karena tidak sama orang yang berjuang dengan orang yang tidur.” Para hadirin pun bertakbir Allahuakbar.

Setelah presentasi materi dan dua kali sesi tanya jawab, sehingga membuat para Ulama, Kiyai dan Asatidz menjadi yakin dan mantap bahwa menegakkan Syariah dan Khilafah adalah fardun wa wa’dun. Lalu Ust. Abdul Karim juga tidak lupa untuk mengajak para ulama di Lampung, sebagai pewaris para Nabi untuk berjuang bersama HTI menegakkan syariah dan khilafah, karena pada hakikatnya menegakkan Khilafah mesti dengan amal jama’i (kolektif) sebagaimana thoriqoh dakwah Rasul, dan selain itu karena ulama juga adalah bintang-bintang yang menjadi penunjuk jalan dan menerangi umat dengan cahaya kejayaan.

Di sesi terakhir adalah testimoni Ulama yang akan mewakili dari berbagai ulama dan asatidz yang hadir pada Workshop ini, yang dimana dalam hal ini Al-mukarom Ustadz. Djedje Djaelani dari ponpes Miftahul Huda 529 Lampung sebagai pemberi testimoni. Ustadz Djedje mengatakan pada testimoninya para Ulama harus bekerjasama dengan HTI untuk bersama-sama menegakkan syariah dan Khilafah, sebab empat imam madzhab saja sebagaimana yang tadi dijelaskan Kiyai Abdul Karim sepakat menegakkan Khilafah adalah wajib. Diapun kembali menyemangati peserta ulama berjuang menegakkan syariah Islam dalam institusi khilafah. “bagaimana bisa mewujudkan negeri baldatun thoyyibatun warobbun ghofur bila hukum-hukum Allah tidak diterapkan?” ungkapnya. Ust. Djeje juga menegaskan pentingnya untuk tidak berhenti mengkomunikasikan Islam antarsesama ulama dan juga masyarakat. Ulama adalah guru bagi umat, guru dari para Jendral, penguasa, dan pewaris para Nabi.

Kaum Muslimin Berjuang


 


Kumandang takbir, tahlil dan tahmid bergema di seantero pelosok negeri menyambut datangnya hari raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Kaum muslim pun berbondong-bondong untuk melaksanakan Sholat ‘Ied secara berjamaah. Pada hari Ahad (19/08) HTI Soloraya menggelar sholat ‘Ied di halaman Gedung YPAC Surakarta bersama ratusan masyarakat Solo dan sekitarnya
Bertindak selaku Imam dan Khatib ialah Ust. Ustman Zahid, pengasuh Pondok Pesantren NDM Surakarta sekaligus selaku pengurus DPD HTI Soloraya. Dalam khutbahnya , Ustman menghimbau kepada kaum muslim agar mengokohkan keimanan serta menghilangkan keraguan terhadap syariah dan Khilafah. Ia mengajak kaum muslim supaya berjuang bersama-sama untuk tegaknya syariah dan khilafah sebagai solusi segala permasalahan umat.
Tampak para jamaah begitu khusu’ dan khidmat mengikuti jalannya ibadah yang khusus di hari raya tersebut hingga acara ditutup dengan doa oleh khatib.

Sungguh nampak pada wajah-wajah keheranan para peserta ketika panitia memutarkan video tentang fakta prilaku remaja bahwa separuh gadis di Jabodetabek tak lagi perawan, Surabaya 54%, Medan 52%, Bandung 47% dan Yogyakarta 37%. Namun wajah peserta kembali berseri ketika kemudian pemateri pertama masuk dan memandu untuk meneriakkan takbir. Halijah, S.Pd. memberikan gambaran akan fakta remaja saat ini, dan gambaran tentang cinta yang cerdas, bahwa cinta yang cerdas adalah cinta yang lahir dari pemikiran, berstandar aturan Islam dan Cinta karena Allah. Pemateri kedua Ummu Bilal,, membawakan materi “Hidup setelah mati” yang sangat menyentuh hati para peserta. Pemateri ketiga, ukhti Lina menyampaikan tema “Menjemput Hidayah” yang memberikan inspirasi bagi para peserta untuk berjuang dan berusaha menjemput hidayah dari Allah SWT. Kemudian materi terakhir oleh ukhti Emi, peserta diajak untuk bisa membuat surat cinta untuk Allah dan pengakuan kepada Allah tentang apa yang dilakukan sebelumnya dan komitmen mereka untuk berjuang menegakkan Syariah dan Khilafah.
Setelah sirine tanda berbuka terdengar Ukhti Ania (panitia) memimpin untuk membacakan doa berbuka puasa. Para peserta pun berkomitmen untuk berjuang bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dalam penegakan syaraiah dan Khilafah. Allahu Akbar.

Dalam pemaparannya, menanggapi kegagalan negara dalam mengurus kekayaan alam yang luar biasa melimpah di negeri ini Herman Usman menjelaskan bahwa politik ekonomi islam menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar tiap individu melalui mekanisme dan sistem sesuai syariah dan seandainya kekayaan umat ini dioptimalkan dan dikelola oleh baitul mal maka kesejahteraan yang diimpikan akan menjadi kenyataan. Sementara itu Ust Ibnu Aziz Fathoni mengilustrasikan penduduk miskin di negeri ini seperti ayam yang kelaparan di lumbung padi, negara ini salah urus ujar beliau berretorik. Bobroknya sistem kapitalisme liberal dan rezim yang korup adalah biangnya. Oleh karena itu, jika ingin merubah realitas yang kontradiktif ini maka umat harus membuang jauh mental katak dalam tempurung, umat harus think out of the box, negara ini sudah gagal maka diperlukan upaya serius dari seluruh komponen umat untuk memahami realitas yang rusak ini sehingga umat tergerak untuk melakukan perubahan. Dan akan kemana lagi kita mencari solusi kalau bukan pada syariah Islam, sedangkan syariah tidak akan tegak kecuali melalui daulah Khilafah, dan perjuangan menegakkan khilafah tidak mungkin diwujudkan kecuali dengan berjamaah pungkasnya mengakhiri pemaparan.
Dalam kesempatan ini juga disajikan pidato politik HTI yang disampaikan oleh Zahruddin,S.PdI selaku Humas HTI DPD I sulteng yang mengajak seluruh komponen umat dalam forum ini untuk segera mencampakkan sistem busuk ala kapitalisme liberalism dan demokrasi yang terbukti gagal mensejahterakan umat untuk segera menyongsong berita gembira Rasulullah saw dengan berjuang bersama Hizbut-tahrir untuk menegakkan syariah dan khilafah pungkasnya yang disambut pekikan takbir oleh ratusan peserta yang hadir

“Saya kenal dengan Hizbut Tahrir baru 2 atau 3 tahun ini kalau tidak salah ingat waktu di karebosi (Konferensi Rajab tahun 2010 red.)” jelas anggota sepuh di organisasi Muhammadiyah ini.
Lebih lanjut, ia mengaku sering memberikan pemahaman Islam ke teman-temannya sesama petani tentang kewajiban menjalankan syariat Islam dan pentingnya berjuang bersama Hizbut Tahrir .
” kepada petani langsung saja saya berikan penjelasan tentang agama, bahwa Hizbut Tahrir ini memperjuangkan syariat Islam yang sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Jika kita mendukung perjuangan yang benar maka kita akan selamat dunia dan akhirat, itulah kunci besarnya “ papar Syamsuddin.
Menyinggung soal penguasa sekarang, menurutnya, apa yang telah dilakukan penguasa saat ini sudah sangat bertentangan dengan perintah Allah yang ada dalam Al-Quran. Meskipun demikian, apa boleh buat karena sistem ini sudah terlanjur jalan, tinggal kita yang dibelakang ini mesti memperbaikinya.
“ Perubahan Itu tergantung dari kemauan kawan-kawan. Kalau sekarang anda mau merubah diri itu, perubahan bisa terjadi “ pesan beliau

“Siapkah teman-teman berjuang mewujudkan peradaban mulia dan bermartabat dengan Syari’ah dan Khilafah?”. “Siaap!!!”. Demikian teriakan hampir 150 mahasiswa muslimah se Jakarta menggema di dalam gedung UWCW, Cijantung Jakarta Timur. Bukti kesiapan mereka berkontribusi dalam upaya perubahan ini diungkapkan dalam acara Seminar Pendidikan yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, DPC Ciracas Jakarta Timur, Ahad, 13 Mei 2012. Acara yang berlangsung dari jam 09.30 – 12.30 WIB ini mengambil tema “Kontribusi Mahasiswa Muslimah dalam Mewujudkan Peradaban Mulia dan Bermartabat”. Seminar ini diselenggarakan dalam rangka menyambut KONFERENSI INTELEKTUAL MUSLIMAH untuk BANGSA di Graha Saba Widya Wisma Makara UI 20 Mei 2012.
Dibuka oleh duet pembawa acara yang energik, Wiwid dan Aisyah, membuat acara menjadi berbeda dengan seminar kebanyakan. Peserta pun segera tertulari dengan semangat yang luar biasa. Ditunjukkan dengan ke-aktif-an mereka menjawab setiap pertanyaan maupun pernyataan ringan yang dilontarkan oleh kedua pembawa acara, ciri khas mahasiswa yang selalu ingin eksis dan ingin tampil dalam setiap kesempatan.


Kaum Muslim Berjuang


 


Sabtu, 24 November 2012, lebih dari 1000 Muslimah, terdiri dari para Muballighoh beserta jamaahnya yang berasal dari berbagai wilayah di Kota dan Kabupaten Bogor memenuhi Masjid Agung Kota Bogor. Dalam rangka mengikuti acara Liqo’ Muharrom 1434 H yang diselenggarakan oleh DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Bogor, dengan tema “Muballighoh Bersama Umat Berjuang Memuliakan Perempuan dan Generasi di bawah Naungan Khilafah, Negara yang Menyejahterakan”. Acara yang berlangsung pukul 07.30-11.30 WIB, diselenggarakan sebagai wadah untuk menjalin silaturahmi di antara kaum muslimah Bogor. Selain itu, sebagai upaya membangun kecerdasan politik para Muballighoh dan jamaahnya untuk dapat menyadari dan menyakini dengan benar serta menjadi bagian dari garda terdepan dalam perjuangan penerapan syari’ah Islam secara total dalam naungan Khilafah sebagai solusi fundamental atas seluruh permasalahan yang menimpa umat.

Taushiyah ketiga disampaikan oleh Ustadzah Ir. Elis Anisah, selaku anggota LKM MHTI Bogor. Ustadzah Elis menyampaikan seruan perjuangan bagi para Muballighoh dan umat untuk siap berjuang bersama mewujudkan Khilafah. Di antara taushiyah ini, para peserta Liqo’ Muharrom disuguhkan lantunan sya’ir-sya’ir perjuangan yang berjudul “Yaumun Nashr”, dan setelah taushiyah ketiga ditayangkan sebuah film dokumenter perjuangan dakwah Hizbut tahrir di berbagai negara, sehingga semakin menambah semangat perjuangan para peserta Liqo’ Muharrom kali ini.

Hadir pula para muballighoh yang memberikan testimoninya. Salah satunya adalah Ustadzah Hj. Ros, selaku Ketua Biro Wanita Kab. Bogor dengan membawa 200 orang jamahnya, yang menyampaikan kegembiraan dan dukungannya akan perjuangan penegakan Syari’ah dan Khilafah. Para peserta begitu antusias, terlihat dari tanggapan-tangapan berupa pertanyaan dan pernyataan yang disampaikan.
Akhir acara disampaikan seruan Hizbut Tahrir untuk Muballighoh yang disampaikan oleh Ustadzah Ir. Elis dan pembacaan pernyataan sikap MHTI oleh Ustadzah Wahyuningsih, S.Pd., mengajak kepada para Muballighoh beserta jamaah untuk berjuang bersama menjadi garda terdepan dalam mewujudkan penerapan Syari’ah dalam naungan Khilafah. Bersatu dalam barisan untuk menyongsong tegaknya khilafah yang dijanjikan Allah Swt dan dikabarkan Rasulullah saw. Allohu Akbar !

Di latar belakangi oleh realitas kaum muslimin khususnya dan umat manusia umumnya, termasuk ibu atau kaum perempuan yang jatuh dalam kehidupan serba sempit, terjerembab dalam berbagai krisis yang melemahkan generasi, serta terhina dan terjajah oleh negara-negara kafir, hingga kian menjauhkan umat dari karakter hakikinya sebagai khoiru ummat. Juga melihat bahwa para Muballighoh memiliki tempat yang utama di tengah- tengah umat, karena posisinya sebagai bagian dari ulama dan peran strategisnya sebagai motor penggerak perubahan di tengah umat, maka acara tersebut mengambil tema “Muballighoh Bersama Umat Berjuang Memuliakan Perempuan dan Generasi Di Bawah Naungan Khilafah, Negara yang Mensejahterakan .
Demikian Kalimatul Iftitah yang disampaikan Ustadzah Hj. Ir. Rubiyanti sebagai Ketua Lajnah Khusus Muballighoh MHTI DKI Jakarta.

Dilanjutkan dengan penyampaian Kalimatul Hikmah oleh Ketua DPD I MHTI DKI Jakarta, Ustadzah Ir. Titin Faridah yang mengajak untuk menyepakati perubahan hakiki yang harus terjadi di tengah-tengah umat. Beliau membandingkan pengurusan umat oleh negara Khilafah yang menerapkan syari’ah Islam dan Khalifah sebagai pemimpinnya, dengan pengurusan umat oleh negara yang menerapkan sistem yang berlaku sekarang. Hingga didapatkan kesimpulan bahwa perubahan mendasar dengan mengganti sistem pengaturan kehidupan sekarang dengan sistem Islam, dan memilih orang yang memiliki kapasitas dan dedikasi adalah perubahan hakiki yang mutlak diupayakan.

Suasana menjadi sedih setelah menyaksikan tayangan tentang keterpurukan perempuan. Tapi, duet pemandu acara, Ustadzah Murti’ah dan Ustadzah Ita Novi, mampu mengubah kesedihan itu menjadi semangat yang membara di dalam jiwa peserta Liqo’ Muharram untuk segera berupaya memperbaiki kondisi umat. Ditambah orasi dari tiga pembicara sekaligus, melengkapi panasnya suasana hingga membakar semangat peserta dan mendidihkan pikiran, siap untuk segera berjuang di tengah-tengah umat, menegakkan syari’ah di bawah naungan Khilafah.
Pembicara ketiga, Ustadzah Dedeh Wahidah Ahmad (anggota DPP MHTI), menyeru peserta untuk berjuang menegakkan Khilafah bersama kepemimpinan Hizbut Tahrir. Karena Khilafah adalah tuntutan aqidah Islam. Khilafah adalah kewajiban dari Allah SWT. Sementara, 92 tahun Khilafah telah tiada. Wajar jika ada orang bilang khilafah mustahil. Khilafah mimpi. Romantisme masa lalu dll. Benar! Khilafah adalah mimpi, jika tidak diperjuangkan. Tapi bagi orang-orang yang yakin dan beriman tidak akan bilang bahwa khilafah adalah mimpi! Al-Khilafah pasti tegak! Gimana supaya tegak? Harus diperjuangkan! Tidak hanya mengandalkan semangat, tidak hanya mengandalkan jumlah. Tetapi harus mencontoh metode yang dilakukan Rosulullah, yaitu tastqif umat, menyebarkan Islam agar menjadi opini umum, dan tathbiq ahkam. Dan peran Muballighoh untuk mewujudkan semua itu adalah dengan bergabung dalam barisan perjuangan penegakan khilafah, meningkatkan kesadaran politik di tengah-tengah umat, membangun opini umum penegakan syari’ah – khilafah, dan menggerakkan umat melakukan perubahan ke arah asas dan sistem Islam.

Puluhan pelajar dari berbagai sekolah di Kota Lubuklinggau tampak serius dalam menghadiri acara Daurah Dirosah Islamiyah Khusus Remaja pada Ahad (30/9). Acara yang digagas oleh Hizbut Tahrir Indonesia Kota Lubuklinggau ini bertempat di Masjid Baitul A’la dengan mengambil tema “ Remaja Taqwa; Idola Sepanjang Masa”.

Meskipun hari libur para pelajar tetap antusias mengikuti acara hingga selesai dan ditutup dengan shalat dzuhur berjamaah bersama calon – calon penjuang muda penegak Khilafah. Usai acara ini banyak diantara mereka yang bersedia ikut kajian intensif bersama Hizbut Tahrir dan berjuang menyiarkan syariah dan khilafah kepada teman – teman mereka sesama pelajar…mudah-mudahan Allah Swt mempermudah langkah ini.

Umat Islam Berjuang


 

 
Tanggul Jember, Ahad (10/2) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPC Tanggul-Jember menggelar acara Tabligh Akbar Maulid nabi Muhammad Saw, dengan tema “Dengan Semangat Maulid Nabi, Muslimah berjuang Menegakkan Khilafah”. Acara ini dilaksanakan di PP. Bahrul Ulum Patemon, Tanggul-Jember, berlangsung mulai pukul 09.00-11.30 WIB yang dihadiri oleh 350 peserta dari berbagai kalangan, antara lain mubalighoh, tokoh masyarakat, guru, pelajar dan warga sekitar.

Diawali penyampaian materi Hikmah Maulid Nabi Muhammad Saw. oleh Nyai Hj. Siti Rohmah, beliau adalah seorang muballighah dan juga pengurus Muslimat NU Semboro-Tanggul. Dalam sambutan yang diberikan, beliau menyampaikan bahwa salah satu hikmah maulid Nabi adalah bagaimana kita sebagai ummat islam harus meneladani sunnah rasulullah dalam menerapkan syariah islam dalam kehidupan kita sehari-hari dan kehidupan bermasyarakat. Beliau juga memberikan testimoni bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir merupakan perjuangan yang benar, yaitu perjuangan untuk menegakkan syariat islam yang harus didukung dan bersama-sama berjuang dengan berbagai elemen kelompok yang ada di masyarakat.

Acara juga dimeriahkan dengan pembacaan shalawat Nabi dan nasyid Yaumul Nashr oleh para aktivis MHTI tanggul sekaligus santriwati PP. Bahrul Ulum Patemon, Tanggul-Jember dan tayangan multimedia yang semakin mengharukan suasana. Harapan besar dari diselenggarakan acara ini adalah pasca acara ini, muslimah menyadari kebutuhan tegaknya khilafah dan bersama-sama berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkan Khilafah Islamiyah yang tinggal menunggu waktu, Insyaallah.. Allahu Akbar!

Hari Ahad, tanggal 09 Rabiul Awal 1434 H atau bertepatan dengan 20 Januari 2013 DPD II Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan Workshop Ulama se-Kabupaten Bogor bertempat di Aula Masjid Agung Baitul Faizin Cibinong Bogor. Acara yang dihadiri hampir 300 orang tersebut mengambil tema “Kajian Kritis Demokrasi vs Khilafah, Saatnya Ulama Berjuang Tegakkan Khilafah” dan hadir sebagai narasumber Juru Bicara DPP Hizbut Tahrir Indonesia Ustadz Ismail Yusanto dan KH. Muhyidin mewakili DPD II Hizbut Tahrir Indonesia Kabupaten Bogor. Peserta yang hadir dari kalangan para ulama, kyai, asatidz dan juga para asatidzah dan mubaligoh tersebut mendapat respon dan perhatian yang sangat antusias dengan membludaknya peserta yang hadir hingga melebihi kapasitas kursi yang disediakan panitia.

Pada kesempatan acara tersebut, para peserta diberikan kesempatan bertanya kepada para narsumber dan juga penyampaian testimony dari salah satu peserta workshop ulama kali itu yakni al ustadz Ahmad Junaidi salah satu pimpinan majlis ta’lim dari Gunung Putri Bogor yang menyampaikan ajakan kepada para peserta yang hadir dari kalangan ulama, kyai, asatidz dan asatidzah serta mubalighoh untuk tidak ragu mendukung dan ikut perjuangan dakwah Hizbut Tahrir Indonesia yang bertujuan menegakkan Khilafah Islamiyyah dan menerapkan syari’at Islam karena perjuangannya shohih. Kegiatan workshop ulama tersebut rencananya akan dilaksanakan secara rutin sebulan sekali di wilayah Kabupaten Bogor, agar opini dan semangat para ulama, kyai, asatidz dan asatidzah serta mubaligoh untuk menyambut seruan Hizbut Tahrir Indonesia dengan tujuannya li isti’nafil hayatil islamiyyah bi iqomatil daulatil khilafah.

Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Madiun Raya pada hari Ahad tanggal 25 Nopember 2012 mengadakan agenda akbar Liqo’ Muharram 1434 H bertempat di Pondok Modern Arrisalah Slahung Ponorogo, acara ini dihadiri oleh 527 muslimah dari kalangan muballighot, ketua/penggerak majelis taklim dan massanya dari kota Ngawi, Magetan, Madiun, Ponorogo dan pacitan.

Acara yang mengambil tema:”Muballighot bersama ummat berjuang memuliakan perempuan dan generasi di bawah naungan khilafah, negara yang menyejahterakan” ini menghadirkan 3 pembicara : Ustadzah Anis (DPD II), Ustadzah Ima Kartikasari (DPD I), dan Ustadzah Nabila (DPP), ke tiga pembicara sangat bersemangat dan komunikatif dengan audien dalam menyampaikan materinya, Ustadzah Anis menjelaskan bahwa rusaknya masyarakat saat ini disebabkan karena diterapkannya sistem kapitalisme, Ustadzah Ima Kartika menjelaskan bahwa khilafahlah solusi satu-satunya atas semua problematika yang terjadi saat ini.

Dan Ustadzah Nabila menjelaskan dengan gamblang bagaimana cara menegakkan khilafah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rosulullah, serta mengajak audien untuk berjuang bersama dengan hizbut Tahrir. Audien sangat antusias dalam menyambut seruan ini, mereka bersemangat dalam menyerukan “kapitalisme hancurkan, syariat Islam terapkan, Khilafah Tegakkan, Allahu Akbar!

Turut berjuang mewujudkannya, menurut Felix Y Siauw, merupakan pilihan tepat dari empat kemungkinan yang akan dilakukan oleh seorang Muslim tatkala mendengar kabar gembira (bisyarah) dari Rasulullah SAW.

“Saat ini, kita dihadapkan pada bisyarah akhir zaman akan kebangkitan Islam yang kedua dengan tegaknya kembali khilafah yang mengikuti metode kenabian,” ungkap Islamic Inspirator tersebut dalam acara Daurah Pembebasan: Kupas Tuntas Secara Ideologis, Sang Penakluk Konstantinopel Muhammad al Fatih 1453, Ahad (25/11) di Aula Pemkot Metro, Lampung.

Maka, menurutnya, bagi seorang Muslim yang taat tidak ada pilihan lain kecuali turut berjuang menegakkan kembali khilafah seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, akan tegaknya kembali khilafah ala minjahin nubuwwah.

Sedangkan tiga kemungkinan lain, yang bisa jadi dilakukan umat Islam saat mendengar bisyarah tersebut, pertama tidak percaya hingga mengolok-olok seperti halnya Yahudi ketika mendengar bisyarah Rasulullah SAW. Kedua, diam saja atau tidak tahu dan tidak mau tahu. Ketiga, mengaku percaya tetapi mencari-cari alasan untuk tidak ikut berjuang.

Dalam acara yang dihadiri lebih dari 200 mahasiswa tersebut, Felix pun menyebutkan contoh bisyarah yang sudah terjadi dan keseriusan perjuangan kaum Muslim dalam mewujudkannya, di antaranya adalah bisyarah penaklukan Konstantinopel.


Berjuang Membela Islam


 

 
Ulama dan Tokoh yang hadir dibuat bergetar dan semangat oleh para ulama yang pesan yang berbobot dengan penguatan argumentasi terhadap kewajiban menerapkan syariah dan khilafah serta haramnya bertahkim dengan hukum kufur seperti demokrasi sekarang ini.

Terlebih saat KH. Muhyidin menyampaikan tausiyahnya dihadapan 300 peserta yang hadir malam itu disambut oleh pekikan takbir. Tausiyah yang tegas dan lugas semakin menggumpalkan keyakinan para ulama dan tokoh umat yang hadir semakin siap berjuang bersama menegakkan Khilafah.

Sumedang (1/9), Aula PUSDAI Sumedang, minggu 1 September 2013, lain dari biasanya. Sekeliling kompleks dihiasi bendera ar-royyah. Pagi itu, HTI DPD II Sumedang mengadakan silaturrahmi dengan para ulama dan tokoh masyarakat, dalam kegiatan “Liqo Syawal HTI DPD II Sumedang 1434H Bersama Ulama”. Hadir dalam kegiatan tersebut sekitar 300-an peserta, sehingga ruangan tampak penuh.
Antusias peserta dari kalangan ulama terlihat, dengan telah datangnya peserta sebelum pukul 08.00 WIB. Acara dibuka oleh MC, yaitu KH. Deni Fuad Amin, yang merupakan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia yang juga sebagai Pimpinan Ponpes Nurul Mujahidin, Tanjung Sari, Sumedang. Dilanjutkan pembacaan Ayat suci Al-Quran, oleh ustadz Ahid. Setelah itu, KH. Al-Hafidz Ali Bayanullah, Pimpinan Ponpes dan Majlis Taklim wal Tahfidzil Quran Darul Bayan, Citeureup dan juga aktif sebagai Pengurus HTI DPD I Jawa Barat, membacakan kalimatul takdim, mengajak para peserta untuk istiqomah dan terus berjuang untuk kebangkitan islam dengan tegaknya Syariah dan Khilafah.


Hingga akhirnya pertemun-pertemuan berikutnya Abah Entus mulai memberi respon yang tidak pernah diduga-duga. Sambutan hangat begitu terasa. Bahkan, respon positif terhadap apa yang disampaikan begitu lugas, jelas, dan penuh keikhlasan. “Abah lihat, Hizbut Tahrir tidak mengiming-imingi sesuatu. Abah perhatikan, apa yang diperjuangkan adalah sesuatu yang benar. Yang haq. Abah tidak ragu lagi, perjuangan Hibut Tahrir adalah perjuangan kami, ya perjuangan Abah,” ujarnya tegas, kala itu.

Dan, setelah Muktamar Khilafah digelar, semangat perjuangan begitu terlihat. Bahkan pasca Muktamar, ia mengikuti pertemuan dengan para pembicara hingga dini hari. Meski tiba di rumahnya pukul 04.00 WIB subuh, Abah Entus tetap terlihat semangat. Derai senyum yang diiringi salam perjuangan itu terasa mengalir. “Abah akan ikut berjuang,” tegasnya, menutup salam perpisahan.


Syeikh Hasan seorang ulama dari al-Azhar Mesir yang kini telah bergabung dengan Hizbut-Tahrir: beliau mengatakan pada saat Muktamar Khilafah di Jakarta tanggal 2 Juni 2013:

“Saya telah hidup bertahun-tahun,Saya telah banyak bepergian, dan saya telah bertemu dengan ulama di banyak negeri,saya mencari jalan yang lurus dan jalan yang benar yang bisa menghantarkan kepada kebahagianku di Dunia dan Akhirat. Namun saya tidak menemukan yang bisa menyegarkan kehausan saya dan bisa menerangi jalan hidup saya. Kemudian dengan kehendak Allah sy mendengar dan menyaksikan sebuah acara TV yang berjudul “Tsumma Takuunul Khilaafah” yang diselengarakan oleh Hizbut-Tahrir (Mesir). Pada saat itu saya meyakini bahwa tidak ada keberuntungan, tidak ada kesuksesan dan tidak ada kebahagian kecuali dengan mengikuiti jalan ini (jalan dakwah Hizbut-Tahrir) yang telah digariskan untuk kita oleh Rasulullah SAW. Maka saya-pun bersegera bergabung dengan mereka (para aktifis Hizbut-Tahrir),saya bertemu dengan mereka. Pada saat itu saya meyakini bahwa Allah telah memberikan nikmat kepada saya dengan dua kelahiran. Yang pertama adalah hari di saat saya dilahirkan dari rahim Ibu, dan yang kedua adalah hari di saat Allah memulyakan saya dengan bisa berjuang bersama hizbut-tahrir untuk mengembalikan Khilafah Rasyidah alaa Minhaajin Nubuwwah”


Dari aspek manajemen, pendidikan di dalam Islam bebas biaya, tersedianya sarana prasarana, guru berkualitas, serta penyiapan orang tua yang berkualitas. Ini tentu tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus ditopang dengan sistem ekonomi yang harus diterapkan oleh negara. Di samping juga didukung dengan ibu yang cerdas, menanamkan ketaatan, solusi hidup dan kepedulian terhadap masa depan umat. “Stop kehancuran generasi, wujudkan generasi cemerlang dengan Khilafah,” katanya.

MHTI senantiasa mengajak umat Islam dalam mewujudkan kembali tegaknya Khilafah. Dalam akhir sesi sebagian peserta telah sepakat untuk turut berjuang bersama Hizbut Tahrir. Mereka juga merindukan tegaknya kembali sistem Khilafah yang akan mampu melahirkan generasi cemerlang dambaan umat.

Dalam pemaparannya di acara Dirosah Syar’iyyah Khoshshoh (DSK) Ulama, Arif B Iskandar menegaskan kepada hadirin bahwa ulama wajib bergabung dengan jama’ah yang berjuang untuk tegaknya Syariah dan Khilafah serta berjuang untuk menegakkannya sebagaimana dalil syar’i telah menjelaskannya. Acara bulanan yang diselenggarakan oleh Lajnah Khusus Ulama (LKU) DPD II HTI Kota Bogor ini bertempat di gedung LIPI, Jl. Ir.H Juanda Bogor ini dihadiri oleh puluhan ulama pimpinan pondok pesantren dan majelis se-Kota Bogor.

Dalam kesempatan itu juga, hadirin diajak untuk mengikuti perhelatan akbar, Muktamar Khilafah (MK) 2013, yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia dan puncaknya di Jakarta pada tanggal 2 Juni 2013 nanti. Alhamdulillah, para ulama dan asatidz yang hadir siap ikut berjuang bersama Hizbut Tahrir berjuang menegakkan Syariah dan Khilafah, juga bersemangat akan mengikuti acara MK dan mengajak serta keluarga serta jamaahnya. Allahu Akbar!


Berjuang Bela Islam


 

 
Sekitar 200 ibu memadati Bismo Meeting Room Hotel Bifa Yogyakarta untuk mengikuti Kongres Ibu Nusantara (KIN) yang diselenggarakan oleh Muslimah DPD I HTI DIY, Ahad (22/12). Menurut Reni Dwi Astuti, M.T. (Panitia pengarah KIN), agenda yang digelar Muslimah HTI di berbagai kota di Indonesia ini, merupakan upaya mencari solusi atas penjajahan ekonomi yang mengancam para ibu dan generasi sebagai akibat penerapan perdagangan bebas, serta untuk meningkatkan semangat juang para ibu mewujudkan sistem yang menyejahterakan.

Dalam orasinya berjudul Gurita Perdagangan Bebas Menjerat Ibu Nusantara, Meti Astuti, M.Ek. (Lajnah Fa’aliyah MHTI DIY) menggambarkan tentang penjajahan sistem kapitalisme di Indonesia melalui liberalisasi ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan rakyat. “Indonesia sedang dijual. Tidak ada satu pun bendera Indonesia dalam penguasaan migas. Di Indonesia, orang miskin bukan karena malas, bukan karena bodoh, tapi karena termiskinkan oleh kapitalisme,” ujar Meti. Lebih lanjut Meti mengungkapkan bahwa perempuan dipaksa menjadi garda terdepan ekonomi, objek kapitalisme, dan mesin pencetak uang. Sesat arah dan sesat fikir dalam memahami peran perempuan justru menyebabkan eksploitasi perempuan sehingga secara massal mereka meninggalkan rumah untuk bekerja. “Kapitalisme penyebab kemiskinan, memobilisasi perempuan untuk bekerja, dan tidak memberikan hak keibuan kecuali sekedar bertahan hidup,” ujarnya.

Muslimah Hizbut Tahrir DPD II Kota Surakarta kembali menggelar Media Gathering pada Jum’at 20 Desember 2013 di Resto ”Mbok Marni” Surakarta, agenda yang secara berkala dilakukan oleh MHTI tersebut, kali ini dihadiri perwakilan Media Cetak, cyber dan Radio di Solo, tercatat wartawati dari Harian Joglosemar, Harian Solopos, Media Cyber dan Radio MH FM Solo. Media Gathering yang dipimpin langsung oleh Ketua DPD MHTI Surakarta Nawang Ratri Anggraini tersebut berlangsung hangat.

Nawang Ratri Anggraini menyampaikan bahwa media gathering ini sebagai sarana menjalin hubungan baik dan berbagi informasi antara MHTI dengan Media di Surakarta. Nawang Ratri Anggraini melanjutkan Agenda ini diselenggarakan untuk menyampaikan isu sentral yang diangkat MHTI pada Bulan ini yaitu Ibu Nusantara : Berjuang Mewujudkan Kehidupan Sejahtera Dalam Naungan Khilafah sebagai jawaban atas persoalan yang menimpa ummat khususnya Ibu dan perempuan. Digambarkan oleh Nawang, saat ini Ibu dan perempuan pada umumnya sangat menderita dalam sistem kapitalis, sistem yang telah melanggengkan kemiskinan, sehingga mendorong perempuan keluar rumah untuk bekerja untuk menyelamatkan periuk keluarga, perempuan di eksploitasi, dihinakan dan bahkan sebagai dampak perjanjian perdagangan bebas munculah pemberdayaan ekonomi perempuan yang intinya hanya agar perempuan Indonesia “berdaya” untuk menjadi konsumen negara produsen, di sisi lain dampak PEP adalah hilangnya fitrah keibuan. Padahal persoalan utamanya adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh penjajahan ekonomi melalui pasar bebas maka harusnya solusi persoalannya bukanlah mendorong perempuan menjadi mesin pencetak uang melainkan dengan adanya kemauan politik negara ini untuk mengganti sistem kapitalis, melepaskan diri dari berbagai komitmen perdagangan bebas dan mengadopsi sistem Islam yang diterapkan pada seluruh aspek kehidupan dengan tegaknya Khilafah Islamiah.

Ahad, 01 Desember 2013 Muslimah Hizbut Tahrir DPD II Tanjungpinang mengadakan agenda Mubalighah Bersama Umat, Berjuang Untuk Indonesia yang Lebih baik. Dihadiri lebih kurang 70 orang di Aula kantor Gubernur Tanjungpinang. Teriakan takbir menggema ketika pemateri dengan semangat memberikan gambaran pelaksanaan demokrasi di negeri ini yang kian hari kian bobrok.

Dari pemaparan yang disampaikan pemateri tentang kondisi Indonesia saat ini, membuat para peserta yang hadir tidak memungkiri bahwa hanya Syariah dan Khilafahlah yang mampu memberikan sumbangsih besar untuk menuju Indonesia lebih baik, dan hanya sistem yang mulialah yang mampu menyelamatkan Indonesia dari lembah kenistaan. Krisis multidimensi yang saat ini dihadapi adalah buah dari sistem demokrasi yang selama ini bercokol dinegeri ini. Tiada hal yang paling hina ketika hukum islam dicampakkan dan tak kunjung untuk diterapkan. Para mubalighah peserta LMM pun bersepakat, berjuang bersama umat, untuk Indonesia yang lebih baik. Mubalighah wilayah kota Tanjungpinang siap untuk memperjuangkan Syariah dan Khilafah sebagai bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dan sangat merindukan sistem itu tegak berdiri kembali. ALLAHU AKBAR!!

sebagai sebuah partai ideologis yang mengemban tanggung jawab dakwah, HTI Lampung mengambil inisiatif untuk mengadakan acara Muslim Intelectual circle #2 pada Minggu (10/11) di Graha Gading Karang, yang bertujuan untuk menggalang para Intelektual Lampung menyatukan persepsi dan langkah guna menuju kehidupan yang lebih baik dengan Syariah dan Khilafah,

Dan Alhamdulillah puluhan intelektual dari berbagai kampus di Bandarlampung hadir dalam acara “Muslim Intelectual Circle #2 Road to Jicmi” di antaranya adalah perwakilan dari kampus-kampus di Bandarlampung, Peneliti, dan Pengamat Strategis lampung, dengan narasumber Ust Diding Suhandy, Ph.D.

Setelah menyadari bahwa dirinya bukan Rambo, sehingga tidak mungkin berjuang menegakkan khilafah sendirian, Ustadz Nurul Habiburahmanuddin pun akhirnya bersedia berdakwah berjamaah dengan Hizbut Tahrir.

“Dulu mau berjuang tapi tidak mau bergabung dengan Hizbut Tahrir, tapi setelah saya sadar saya mahzabnya bukan Rambo yang berjuang sendirian, maka saya bergabung dengan Hizbut Tahrir,” akunya saat memberikan testimoni dalam halal bihalal Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia: Peran Ulama dalam Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah, Sabtu (14/9) di Ma’had Daarul Muwahhid, Srengseng, Jakarta Barat.

Pimpinan lembaga tahfidz quran Yayasan Bait Qur’any yang menaungi TK dan MI BQ At Tafkir Ciputat tersebut mengaku, bergabung dengan HTI Tangerang Selatan baru tahun lalu, seminggu sebelum Ramadhan 1433 H.


Berjuang Untuk Islam


 

Majelis Mudzakarah Muballighah ini menghadirkan pemateri pertama, Ustadzah Ummu Rayyan, SP (Ketua MHTI DPD II Banyumas) yang memaparkan fakta kerusakan demokrasi dan bagaimana umat Islam seharusnya bersikap. Sedangkan pemateri kedua, Ustadzah Elsi Nuryanti, S.Pd.I, (Kordinator Lajnah Khoshoh Muballighah Banyumas), memaparkan tentang bagaimana sistem Khilafah menyejahterakan umat dan cara memperjuangkannya. Peserta sangat antusias mengajukan pertanyaan yang banyak mengarah kepada keinginan untuk segera keluar dari kemelut demokrasi yang rusak dan merusak.

Dalam kesempatan Majelis Mudzakarah Muballighah tersebut juga disampaikan Nasehat Muballighah untuk umat agar meninggalkan sistem Demokrasi dan berjuang untuk menegakkan khilafah oleh Ustadzah Muthiah dari Purbalingga. Sebelum ditutup, Muslimah HTI menawarkan untuk mengkaji Islam lebih intensif lagi dan komitmen muballighah untuk berjuang bersama Hizbut Tahrir menegakkan Khilafah. Allahu Akbar!

potensi-potensi yang dimiliki oleh kaum muslim saat ini. Posisi strategis dunia Islam, populasi umat Islam terbanyak di dunia, kekayaan Alam yang melimpah, dan berbagai potensi besar lainnya. Semua potensi tersebut memberikan peluang besar bagi kaum muslim untuk mengembalikan syariat Islam ke tengah-tengah umat Islam.

Di akhir pemaparan materinya, ustadz Jadi mengajak semua peserta untuk berjuang bersama dalam menerapkan syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Karena dengan diterapkannya syariat Islamlah kaum muslim akan terlindungi kehormatannya. Acara yang berakhir pukul 11.30 WIB ditutup dengan do’a bersama yang dipandu oleh Ust. Jadi.
Ahad 22 Desember 2013 Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Kabupaten Banggai mengadakan seminar muslimah dengan tema “Berjuang Mewujudkan Kehidupan Sejahtera Dalam Naungan Khilafah“. Acara ini bertempat di Aula Kantor Camat Luwuk (Eks Gedung Koni).

Pembicara kedua memaparkan fungsi dan tugas para ibu dalam pandangan Islam. ibu adalah madrasah ula yang menjadi tempat bagi anak-anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan sejak usia dini agar terbentuk anak-anak yang bertaqwa dan cerdas. Islam tidak memaksakan kaum muslimah terutama para ibu untuk bekerja  keluar rumah. Bahkan Islam memberikan aturan yang baik yang dapat menjamin kesejahteraan para ibu. Bahwa kewajiban orang tua atau suami lah yang menafkahi kaum muslimah terutama para ibu. Jika orang tua dan suami tidak sanggup maka dibebankan kepada ahli warisnya. Jika ahli warispun tidak mampu menafkahi maka Negara punya peranan dalam menafkahi mereka. Kemuliaan dan kesejahteraan para ibu tidak akan tercapai jika masih mempertahankan Kapitalisme yang saat ini sudah sekarat. Maka alternatifnya hanya satu yaitu berjuang menegakkan khilafah agar kesejahteraan dan kemuliaan para muslimah terutama para ibu dapat terjamin.

Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu 2013, Muslimah Hizbut Tahrir Sumatera Utara Mengadakan KONGRES IBU  NUSANTARA dengan mengambil tema “Berjuang Mewujudkan Kehidupan Sejahtera Dalam Naungan Khilafah”. Acara yang bertempat di Convention Hall Amaliun Food Court, dihadiri oleh lebih dari 600 kaum ibu  yang datang dari berbagai penjuru kota Medan dan beberapa kota yang ada di luar kota Medan, seperti Binjai, Kisaran, Serdang  Bedagai, Deli Serdang dan Tebing Tinggi. 

Kongres Ibu Nusantara ini merupakan rangkaian acara Muslimah Hizbut Tahrir secara nasional, karena tidak hanya diadakan di kota Medan namun di puluhan kota yang ada di seluruh Indonesia.  Tampak hadir dalam acara ini adalah para ibu ibu PKK, Ibu- ibu dari penggerak Posyandu, Para Mubalighoh, para aktivis LSM serta ibu-ibu perwiritan dari berbagai penjuru sumatera utara. 

Orator pertama Sri Cahyo Wahyuni memaparkan bagaimana kapitalisme telah menjadi penyebab mendasar kemiskinan yang menjerat kaum ibu. Menurutnya, saat ini para ibu telah termakan oleh doktrin kapitalisme yang berparadigma bahwa kesuksesan perempuan dilihat dari jumlah penghasilannya, padahal lanjutnya seorang ibu yang suskes dalam islam adalah wanita yang mampu mengatur rumah tangga dan mencetak anak-anak yang berkualitas dan bertakwa. 

MHTI DPD II Tulungagung mengadakan acara talkshow interaktif di radio. Acara ini diselenggarakan dalam rangka menyongsong Konggres Ibu Nusantara, yang Insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2013 di Jakarta dan tanggal 22 Desember 2013 di Surabaya  serta kota-kota besar di seluruh Indonesia . Acara ini disiarkan secara live oleh Radio Josh 103,5 FM, pada Hari Senin 16 Desember 2013 mulai jam 10.00-11.00, dengan pembicara Ibu Ari Susanti, S TP, dari MHTI DPD II Tulungagung dan di Radio Fortuna 102,3 FM, pada Hari Selasa 17 Desember 2013 mulai jam 09.00-10.00, dengan pembicara Ibu Azzah Susilorini, S Pd, juga dari MHTI DPD II Tulungagung. Kedua talkshow tersebut mengambil tema : “Berjuang Mewujudkan Kehidupan sejahtera Dalam Naungan Khilafah”
Acara ini bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat luas, akan fakta kondisi masyarakat terutama perempuan yang nota benenya kaum ibu, yang pada saat ini masih sangat memprihatinkan, apa sebenarnya akar masalahnya, dan bagaimana solusi Islam agar para ibu pada khususnya dan masyarakat pada umumnya bisa hidup sejahtera.

Berjuang Demi Islam

 

Seorang muslim tidak boleh meninggalkan fardhu atau mengerjakan hal-hal yang haram, hanya karena rasa takut dihina, dipenjara, atau setelah disiksa dengan siksaan yang ringan, atau karena ingin mempertahankan pekerjaannya, menyelamatkan hartanya, dan sebagainya. Sebab, semua ini masih termasuk dalam batas kemampuan manusia dan bukan di luar kemampuannya. Juga, hal seperti itu belum sampai kepada batas “al Ikraahul Mulji'”, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Kalau saja setiap masalah yang memberatkan diri seorang Muslim terdapat rukhshah baginya untuk meninggalkan semua fardlu /kewajiban dan mengerjakan perbuatan-perbuatan haram /maksiyat, tentulah Islam tidak dapat tegak di bumi ini. Bahkan, tidak akan pernah muncul suatu ummat yang berjuang secara terus menerus.

dalam hal mengerjakan amar ma’ruf dan nahi mungkar, atau berjuang untuk meruntuhkan sistem komunis/sosialis maupun sekularisme yang kufur, atau berjuang untuk menegakkan negara khilafah Islam yang akan menjalankan urusan pemerintahannya berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah SWT [Islam]; maka Allah SWT telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengorbankan harta dan diri mereka; di samping menahan diri dalam menerima cobaan, siksaan, kehinaan, dan kesulitan, serta senantiasa bersabar dalam menghadapi tantangan tersebut. Sebagaimana sikapnya dalam melakukan jihad, walaupun hukum-hukum jihad berbeda dengan hukum-hukum yang menyangkut amar ma’ruf nahi munkar atau hukum-hukum yang menyangkut tegaknya khilafah Islam.

Pasca Muktamar Tokoh Umat di Balai Sudirman, Jakarta, Sabtu (23/4/2016), tokoh muslimah dari berbagai daerah kembali berkumpul di Kantor Dakwah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Crown Palace A23 Tebet Jakarta Selatan. Tetap dengan semangat menghadiri Sillah Ukhuwah Tokoh Muslimah “Berjuang Mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” yang diselenggarakan Muslimah HTI.

Sementara Tokoh Insal Kamil Bandung Ibu Euis Rifky mengatakan pula, “Kepada semua yang berjalan di jalan Allah, kita berjuang untuk Allah, karena Allah,” ucapnya menguatkan langkah para pejuang Islam.

“Jangan lelah untuk terus berjuang, menapaki jalan istiqomah dan pesan Rasulullah agar kita terus dalam keistiqomahan adalah kita wajib berjamaah,” pesan cinta yang disampaikannya pada tokoh muslimah.

mantan artis kondang hari mukti yang melantunkan lagu Indonesia Milik Allah, dalam penampilannya Ust. Hari Mukti juga tak lupa mengajak Peserta Rapat Untuk berjuang menegakkan syariah dan khilafah sebagai solusi tuntas akan masalah yang dihadapi negeri negeri muslim hari ini.
Puisi puisi kecil yang berisi tentang akan berlalunya demokrasi, imperialisme, dan liberalisme, serta paham paham barat yang menggurita di pemikiran ummat menjadi penampah semangat peserta Rapat.

Ahad (10/5) Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bekasi menyelenggarakan acara Daurah Islamiyah di RM Hayam Wuruk, Harapan Indah. Acara bertajuk “Raih Kemuliaan, Berjuang Tegakkan Khilafah” tersebut diikuti secara antusias oleh puluhan asatid dan jamaah masjid di seputar Pondok Ungu Permai, Bekasi.
Acara yang bertujuan untuk mengajak peserta agar bersedia berpartisipasi aktif dalam dakwah melanjutkan kehidupan Islam ini menampilkan dua pembicara. Pembicara pertama Ustadz Miqdad Ali Azka, Lc. (Pengasuh Pondok Pesantren Nida’ al-Haar) memaparkan tentang al-Jama’atul Muslimin, dalil-dalilnya dan hukum berdiam diri dari kewajiban mewujudkan kembali al-Jama’atul Muslimin yang telah diruntuhkan pada tahun 1924.

KH Mahmudi Syukri, pengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Dau Malang merasa terpanggil untuk berjuang bersama Hizbut Tahrir.
“Ini adalah satu di antara kewajiban agung yang telah dilupakan banyak orang, yaitu menegakkan ad-Daulah al-Islamiyyah,” ungkapnya dalam Liqa Syawal yang dihadiri sekitar 340 ulama, asatidz, tokoh masyarakat, intelektual, dan pengusaha, Ahad (24/8) di Pondok Pesantren I’anatut Tholibin, Pujon Malang, Jawa Timur.
Menurutnya, sudah menjadi kewajiban ulama untuk mendukung perjuangan tersebut. “Bagaimana mungkin kita khianat terhadap ilmu yang dititipkan Allah SWT kepada kita dengan melupakan kewajiban mendirikan ad-Daulah al-Islamiyah? Padahal hukum hudud itu wajib sampai hari kiamat yang tidak bisa ditegakkan tanpa khilafah,” ungkap salah satu alumnus berprestasi Ribath Tarim, Yaman tersebut.

Hizbut Tahrir Indonesia kembali mengajak umat Islam untuk berjuang menegakkan Khilafah. Demikian akhir dari pidato politik HTI yang disampaikan oleh pengurus DPP HTI, Bey Laspriana pada acaraKonferensi Islam dan Peradaban HTI Cirebon Raya pada Ahad 1/6.
“Pada kesempatan ini HTI kembali mengajak untuk menegakkan khilafah. Kami sampaikan pesan amir Hizbut Tahrir , al ‘alim al jalil al syeikh Atha’ Abu Rasytah , beliau berkata: Sesungguhnya kami tengah berjuang, sedang mata kami melihat khilafah dan hati kami berdebar-debar menyambutnya.,” ujar ustadz Bey Laspriana. Oleh karena itu katanya sambutlah seruan perjuangan ini.

Ulama itu pewaris para nabi, sehingga patut dan wajib melakukan apa yang pernah dilakukan oleh para nabi, yakni berjuang menegakkan agama Allah. Begitu ujar Ustadz Ir. Acep Muhyidin yang merupakan Ketua Lajnah Khusus Ulama HTI DPD II Sumedang dalam acara Kupas Media Politik dan Dakwah  Al-Wa’ie DPC HTI Jatinangor.
Acara ini berlangsung pada Ahad, 13 April 2014 diadakan di Aula Pertemuan Rumah Makan Soeharti Jatinangor. Tema sentral kegiatan ini ialah Pudarnya Peran Politik Ulama. Kupas Al-wa’ie ini menghadirkan Ust. Acep Muhyidin (LKU DPD II Sumedang) dan Ust. Jeni Anwar (Ulama Jatinangor).
Dalam penjelasannya, Ustadz Jeni Anwar membagi 5 kriteria para ulama yang merupakan bentuk pudarnya peran ulama dalam berpolitik. Yaitu Ulama yang apolitis, Ulama yang membela penguasa zhalim, ulama yang mempromosikan ide kufur, ulama selebritis, dan terakhir ulama yang justru menganggap syariah dan khilafah itu ancaman.  Beliau menjelaskan bahwa seharusnya ulama hari ini memperjuangkan syariah dan khilafah. Sebab hari ini ummat membutuhkan bukan ulama cinta dunia tetapi ulama yang mencintai akhirat pula. Sementara Ustadz Acep menjelaskan bahwa bahwa peran ulama di bidang politik saat ini sangat minim. Ulama hanya dijadikan oleh para penguasa sebagai alat kekuasaan mereka.
Acara tersebut dihadiri berbagai elemen masyarakat, termasuk ulama yang ada di Jatinangor.Dengan acara seperti ini, diharapkan para ulama sadar agar ikut berjuang dalam menerapkan syariah secara kaffah dalam bingkai Khilafah.

testimoni dari tokoh Muballighah Riau yang disampaikan oleh Ibu Nur Aina (Muballighagh ICMI Riau).  Nur Aina mengungkapkan perasaan haru dan terkesan ketika bertemu dengan aktivis Muslimah Hizbut-Tahrir yang menurutnya tidak pernah lelah mendatangi masyarakat untuk mengajak pada perjuangan Khilafah, senantiasa istiqomah dalam perjuangan. Ia juga mengajak para peserta ikut dalam pembinaan di MHTI, “karena MHTI membuka kesempatan seluas-luasnya untuk berjuang bersamanya”

Perjuangan Politik Islam



bukti keberhasilan shaum kita adalah tegaknya syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Mau tidak mau, penegakan ini membutuhkan institusi politik yang disebut Negara Khilafah. Ketika ini belum terwujud, siapapun kita, dari mana pun kelompok atau organisasi kita wajib bersama-sama memperjuangkannya. Bekerja keras bersama-sama memperjuangkan syariah dan Khilafah. Memang perjuangan ini berat dan mungkin butuh waktu. Namun kalau kita lakukan bersama-sama perjuangan ini akan lebih ringan dan kemenangan akan lebih cepat kita raih . Tentunya dengan idzin Allah SWT. Allahu Akbar

Hizbut Tahrir juga dengan tegas dalam buku-bukunya dalam amal perjuangannya telah menegaskan jalan memperjuangkan syariah Islam bukanlah dengan jalan angkat senjata. Upaya mengkaitkan Hizbut Tahrir dengan terorisme jelas merupakan upaya membangun stigma negatif yang didasarkan kepada kedustaan. Opini ini memang sengaja dibangun oleh musuh-musuh Islam yang ingin menjauhkan Hizbut Tahrir dari ummat. Seperti yang dilakukan oleh Zeyno Baran dari The Nixon Centre atau Ariel Cohen.
Hizbut Tahrir telah menegaskan garis perjuangannya untuk menegakkan syariah Islam yang tidak menggunakan kekerasaan/angkat senjata (non violence). Hal ini bisa dilihat secara terbuka dalam buku-buku rujukan HT, seperti kitab Ta’rif (Mengenal HT) atau Manhaj Hizbut Tahrir fi Taghyir (Strategi Hizbut Tahrir Untuk Melakukan Perubahan). Hizbut Tahrir dalam hal ini berkeyakinan, bahwa perubahan yang dicita-citakan harus dimulai dari pemikiran, serta menyakini bahwa masyarakat tidak dapat dipaksa untuk berubah dengan kekerasan dan teror. Karena itu, garis perjuangan Hizbut Tahrir sejak berdiri hingga hari Kiamat bersifat tetap, yaitu bersifat fikriyah (pemikiran), siyasiyah (politik) dan la madiyah wa la unfiyyah (non fisik dan kekerasan).
Cap terorisme juga sering digunakan oleh Barat dan kelompok pendukungnya legitimasi untuk melakukan kedzoliman terhadap umat Islam. Pada gilirannya siapapun yang melakukan perjuangan melawan penjajahan Barat akan dicap teroris dan mereka berhak ditangkap tanpa bukti, disiksa bahkan dibunuh. Seperti yang dialami oleh umat Islam diberbagai kawasan dunia termasuk Indonesia. Dimasa Orde Baru, sangat banyak aktifis Islam yang dizolimi, dibantai dan dibunuh seperti yang terjadi dalam peristiwa Tanjung Priok dan tentu saja Talangsari Lampung ketika Hendropriyono menjadi Danrem Garuda Hitam disana. Peristiwa yang tidak bisa dilupakan oleh umat Islam dan tentu saja harus dipertanggungjawabkan oleh pelakunya dihadapan Allah SWT di Hari Akhir nanti.
Generalisasi kelompok Islam yang memperjuangkan syariah Islam dan Khilafah adalah teroris jelas bermaksud untuk menjauhkan umat dari perjuangan syariah Islam dan Khilafah. Padahal disamping merupakan kewajiban syari’ syariah dan Khilafah adalah solusi tuntas bagi umat Islam untuk mengakhiri penjajahan kapitalisme yang menjadi pangkal penderitaan umat Islam dan umat manusia di dunia saat ini.

Perjuangan Rasul saw. dalam mengubah dunia di mulai di Makkah dan berbuah setelah hijrah ke Madinah. Tapi fase ini tidak mungkin terjadi, bila Rasul tidak menempuh fase pengkaderan dan pembinaan di Makkah yang memang memakan waktu cukup lama yaitu 13 tahun. Waktu sepanjang itu diperlukan untuk menanamkan fikrah Islam di tengah jamaah. Dan setelah hijrah ke Madinah, dakwah Rasul mencapai perkembangan luar biasa. Setelah itu orang-orang berbondong-bondong masuk Islam. Bila perjuangan ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan metode atau thariqah yang dicontohkan oleh Rasulullah sejak negeri ini merdeka, Insha Allah perjuangan akan cepat berhasil dan negeri ini tidak perlu terpuruk seperti sekarang ini.
HTI adalah jamaah dakwah yang berjuang secara politis untuk tegaknya sistem Islam. Melalu kegiatan pembinaan dan pengkaderan yang dilakukan oleh HTI telah terlahir ribuan kader dakwah. Ini akan mendorong terciptanya kesadaran politik umat, yang dengan kesadaran itu memungkinkan adanya tuntutan dari umat untuk terjadinya perubahan politik ke arah Islam. HTI juga melakukan kritik terhadap kebijakan penguasa, membongkar makar jahat negara penjajah dan menjelaskan berbagai solusi atas persoalan yang dihadapi umat dengan cara Islam.
HTI telah secara aktif berdakwah, melakukan pembinaan dan pengkaderan umat melalui berbagai cara (uslub) dan sarana (wasilah) di seluruh penjuru tanah air. Ribuan forum baik dalam bentuk seminar, diskusi, pengajian, tablig akbar, maupun bentuk yang lebih bersifat personal telah terselenggara tiap minggunya. Belum lagi bahan terbitan yang dikeluarkan oleh HTI baik berupa buletin jumat al Islam dengan tiras lebih dari 1 juta eksemplar, al Waie, Media Umat, makalah dan sebagainya yang tersebar dibaca dan dikaji oleh umat. Diyakini melalui pembinaan itu umat menjadi sadar mengenai hak, peran dan tanggungjawabnya sebagai muslim. Dan kesadaran itu berpengaruh besar pada aspek ekonomi, politik praktis dan lainnya. HTI juga telah melakukan banyak sekali kontak dengan para tokoh umat, tokoh politik, media massa dan lainnya untuk mendorong peningkatan peran mereka dalam perjuangan ini. Di samping itu, HTI juga sangat aktif melakukan kritik terhadap penguasa, serta mengungkap konspirasi asing —yang dilancarkan oleh negara-negara penjajah— di negeri ini dan negeri di dunia Islam yang lain.

bulan ramadhan sudah seharusnya lebih memperkokoh lagi perjuangan syariah Islam. Karena itulah yang diharapakan dari kita , mau terikat dan tunduk kepada syariah Islam. Sungguh dipertanyakan muslim yang shaum di bulan ramadhan tapi tidak mau tunduk kepada syariat Islam, bagaimana mungkin bisa bertaqwa tanpa terikat syariat Islam. Dipertanyakan juga yang banyak membaca Al Qur’an dibulan ramadhan , mengatakan Al Qur’an sebagai pedoman hidup , namun tidak mau diatur oleh syariah Islam. Padahal Syariah Islam merupakan pedoman hidup yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah.
Shaum Ramadan seharusnya menjadi energi positif yang didorong oleh kekuatan ruhiyyah untuk berbuat banyak bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Sebagaimana ibadah lainnya, saum seharusnya lebih mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT (taqorrub ila-Allah). Perubahan itu tidak lain adalah dengan memperjuangkan syariah dan Khilafah. Walhasil , marilah pada bulan ramadhan ini, kita lebih memperkokoh lagi perjuangan penegakan syariah dan Khilafah. Sahabat Rosulullah terdahulu telah membuktikan di bulan ramadhan justru mereka lebih bersemangat dalam berjuang.

Perjuangan Umat Islam


 

Ada sebagian ormas Islam yang menempuh arah perjuangan melalui jalur politik praktis. Berdirilah partai Islam/berbasis massa Islam. Secara praktis, keberadaan partai Islam/berbasis massa Islam belum memberikan pengaruh signifikan bagi penegakkan Islam dan pembelaan masalah keumatan. Sikap yang muncul adalah kompromi. Dalam kasus Century, partai tersebut terbelah sikap. Pada saat Pilkada, sering koalisi dilakukan hanya sebatas kepentingan, bahkan bila perlu koalisi dengan partai Kristen. Arah perjuangan pun menjadi tidak jelas.
Layaknya perjalanan, perjuangan ormas Islam memerlukan arah yang jelas. Bukan sekadar jelas, tujuan tersebut juga benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Tapak demi tapak perjuangan Nabi Muhammad saw. menggambarkan dengan jelas bahwa arah perjuangan beliau adalah tegaknya kehidupan Islam secara kâffah. Gerbang keberhasilannya adalah tegaknya masyarakat Islam di Madinah. Secara ringkas, meminjam ungkapan Ali bin Nayif Suhud, “Tujuan hijrah Nabi saw. ke Madinah adalah untuk menegakkan negara yang menerapkan Islam (ad-Dawlah al-Islamiyyah), mengemban dakwah Islam, dan bersungguh-sungguh melakukan jihad di jalan-Nya sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini.” (Al-Mufashal fî Ahkâm al-Hijrah, I/24).
Para Sahabat dan generasi berikutnya melanjutkan dengan menjaga penerapan Islam kâffah dalam sistem Khilafah.
Dari dulu tetap saja ada dua kutub besar dalam langkah perjuangan umat, yakni gerakan kultural dan gerakan struktural (politik). Ada yang berupaya untuk memisahkannya. Ormas bergerak di tataran kultural, sedangkan partai politik bergerak di tataran struktural. Padahal realitas menunjukkan tidak perlu ada dikotomi gerakan kultural dengan gerakan politik. Rasulullah saw. sejak diberi wahyu tak kenal lelah melakukan apa yang sekarang dikenal dengan gerakan kultural. Beliau menyampaikan dakwah untuk memberikan pemahaman tentang akidah, syariah dan dakwah. Terjadilah revolusi pemikiran; dari semula meyakini banyak Tuhan menjadi tauhid; sebelumnya menyembah sesama manusia menjadi menyembah Pencipta manusia; tolok ukur materialistik berubah menjadi halal-haram; orientasi hidup dunia berubah total menjadi meraih akhirat tanpa melupakan dunia; dll. Muncullah budaya tauhid, persaudaraan (ukhuwah), memperhatikan fakir miskin, berpihak pada kaum yang lemah (dhu’afa) dan dilemahkan (mustadh’afîn), anti kezaliman/kefasikan/kekufuran, menentang kecurangan dalam timbangan, dll.
Berikutnya, lahirlah generasi Sahabat binaan Nabi saw. yang berkepribadian Islam (syakshiyah islamiyyah) dan berkarakter. Mereka berjuang di tengah-tengah masyarakat. Inilah sisi gerakan kulturalnya.
Namun, Rasulullah saw. tidak berhenti sampai di situ. Hasil dari gerakan kulturalnya itu berproses menjadi kelompok orang yang berjuang secara politik. Mereka tidak berhenti pada diri sendiri. Pribadi-pribadi itu mengorganisasi diri dalam perjuangan politik di tengah-tengah umat.
Al-Quran menjelaskan bagaimana Rasulullah dan Sahabat menentang keras sikap Abu Lahab sebagai penguasa kala itu (lihat QS al-Lahab), mengeluarkan sikap terhadap kebijakan para pembesar yang melegalisasi pembunuhan bayi perempuan (QS at-Takwir), dll. Mereka melakukan perang pemikiran (shirâ’ al-fikri), propaganda dan perjuangan politik (kifâh siyâsi), pencerdasan kepada publik dan peningkatan daya sosial yang menekankan pada semangat perlawanan terhadap kefasikan/kezaliman/kekufuran. Ini menggambarkan bahwa gerakan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para Sahabat merupakan gerakan politik.
Berdasarkan hal ini jelas bahwa arah perjuangan ormas Islam tidak boleh mendikotomikan gerakan kultural dengan gerakan struktural (politik). Artinya, ormas Islam tetap harus berpolitik tetapi tidak boleh terjebak “politik praktis” (baca: politik sekular). Mengapa? Sebab, secara fundamental, politik sekular tidak mengijinkan sekaligus menentang berkuasanya hukum Islam. Politik sekular hanya akan memalingkan arah gerakan Islam itu sendiri. Selain itu, berpolitik bukan berarti terjebak untuk terseret-seret kekuatan politik tertentu. Bila tidak, umat Islam hanya akan menjadi pelengkap penderita seperti terjadi selama ini. Mereka hanya dibutuhkan suaranya pada saat Pilkada atau Pemilu. Setelah itu, selesai urusan. Justru aktivitas politik ormas Islam adalah berjuang menerapkan syariah Islam itu sendiri. Ormas Islam bersama segenap komponennya harus mengusung politik Islam yang sesungguhnya. Hanya dengan cara demikian ormas Islam akan dapat mengarahkan kondisi masyarakat dan negara ini.
Ormas Islam memadukan gerakan kultural dan struktural seperti tadi. Namun, ia tetap harus menetapkan prioritas dalam meraih tujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam tadi. Karenanya, perjuangan ormas Islam harus mengarah pada tujuan tegaknya Islam secara kâffah, tanpa melupakan masalah temporer yang muncul seperti kristenisasi, kemiskinan, liberalisasi, cengkeraman asing, dll. Mereka melakukan dakwah di tengah umat untuk memberbaiki masyarakat dan melakukan perubahan total dengan Islam. Hasilnya, lahirlah kader pembaruan ideologis, munculnya kesadaran umat, tumbuhnya gerakan kaum Muslim yang melakukan perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman.

Rasulullah saw diutus di Mekah dan berjuang di sana lebih dari sepuluh tahun. Meski demikian, perubahan (taghyir) tidak terjadi di sana… Tidak mungkin dinyatakan dalam hal ini bahwa Rasul saw telah keliru dalam perjuangannya.
Demikian pula Rasulullah saw dengan pribadinya yang mulia meminta nushrah dari kabilah-kabilah sebanyak belasan kali. Meski demikian kabilah-kabilah itu tidak memenuhi permintaan Beliau dan tidak terjadi taghyir. Bahkan sebagian dari kabilah-kabilah itu menolak Beliau secara buruk… Tidak mungkin dinyatakan di sini bahwa Rasul saw telah salah dalam perjuangannya.
upaya untuk mewujudkan perubahan (taghyir) dengan perjuangan yang baik dan sempurna, memperbagus uslub-uslub dan potensi-potensi, dan berjuang di lebih dari satu tempat… Semua itu berada di dalam wilayah yang dikuasai oleh manusia, dan manusia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Manusia wajib melakukannya secara serius dan penuh kesungguhan, baik jalan itu panjang ataupun pendek. Kesulitan jalan tidak membengkokkan punggungnya. Musibah-musibah di saluran tidak melemahkan dia. Berbagai halangan tidak boleh melemahkan tekad. Akan tetapi ia harus tetap berdiri tegak dan lurus, kokoh di atas kebenaran laksana gunung yang menjulang. Ia menghisab dirinya sendiri siang dan malam atas kebaikan dan kesempurnaan amalnya. Ia bertawakkal kepada Allah dan berdoa kepadaNya siang maupun malam agar Allah menyegerakan pertolongan untuknya dan memberikan karunia kepadanya…
panjangnya jalan tidak berarti bahwa perjuangan manusia untuk mewujudkan taghyir telah gagal atau salah. Rasul saw berjuang untuk mewujudkan taghyir di Mekah, akan tetapi mereka (penduduk Mekah) justru mengusir Beliau. Beliau meminta nushrah belasan kali akan tetapi mereka menolaknya. Bahkan sebagian penolakan mereka hingga menyebabkan Beliau berdarah-darah… Kemudian nushrah terjadi di Madinah, dan bukan di Mekah yang di situ Rasul saw diutus… Tidak terpintas di dalam benak seorang pun bahwa Rasulullah Saw. telah gagal atau salah, atau bahwa Mush’ab ra., jauh lebih sempurna perjuangannya!