Page

Masalah Pilkada Dalam Sistem Bermasalah Demokrasi



Mereka Bicara
Pilkada Serentak

Wahyudi Al Maroky, Direktur Eksekutif Pamong Institute:

Pilkada Serentak Pindahkan Masalah Serentak

Pilkada langsung dan tak langsung itu tidak berkorelasi positif dengan kesejahteraan rakyat. Demikian pula pilkada serentak tidak menjamin makin demokratis. Apalagi berharap hasilnya lebih berkualitas, yang ada memindahkan masalah secara serentak.

Para pegiat demokrasi memang selalu berupaya menutup setiap celah kelemahan dan efek buruk demokrasi. Namun sayangnya setiap celah lemah demokrasi itu ditutup maka muncul lagi celah dan lubang berikutnya. Demikian pula efek buruk praktek demokrasi itu terus memproduksi masalah dan menimbulkan efek buruk yang baru.

Dulu kita pernah pilkada tidak langsung. Para kepala daerah dipilih oleh DPRD. Namun ini dianggap kurang demokratis maka dibuat pilkada langsung. Ternyata pilkada langsung biayanya sangat mahal dan banyak menimbulkan konflik sosial. Bahkan banyak kepala daerah yang tersandung kasus korupsi. Kini diubah menjadi pilkada langsung yang serentak. Diharapkan biayanya lebih murah dan tak ada politik uang sehingga bisa menekan kasus korupsi. Tapi tak ada yang berani menjamin akan bersih dari politik uang dan bebas korupsi. []

Suswanta, Pengamat Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY):

Politik Plutokrasi

Pertimbangan utama pemerintah melakukan pilkada serentak adalah efektivitas. Pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah benar pilkada serentak lebih efektif? Jika efektivitas diukur dari tercapainya tujuan pilkada yaitu terpilihnya kepala daerah yang amanah, profesional, dan pro rakyat maka data menunjukkan sebaliknya. Menurut ICW, pada 2014 ada peningkatan jumlah kepala daerah yang tersangkut korupsi, dari 35 pada 2013 menjadi 47 pada 2014.

Fakta ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi positif antara pilkada dengan terpilihnya kepala daerah yang berkualitas. Kepala daerah lebih berperan dan berfungsi sebagai wakil partai dibanding wakil rakyat. Aturan Mahkamah Konstitusi yang melegalkan politik dinasti dan mantan narapidana boleh menjadi calon semakin membuyarkan keinginan rakyat untuk memiliki kepala daerah berkualitas. Dapat dipastikan, pilkada serentak hanya menghasilkan politik plutokrasi (politik yang menempatkan orang berkantong tebal dengan kekuatan finansial dan jaringan kuat sebagai pemenang). []

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 156, Agustus-September 2015
---

Perombakan Kabinet Tidak Akan Ada Perubahan Berarti



Belum genap setahun, rezim Jokowi-JK telah merombak kabinetnya. Presiden Jokowi beralasan, reshuffle Kabinet Kerja dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam perikehidupan. Hal itu diungkapkan orang nomor satu di Indonesia tersebut dalam pidato kenegaraan pada sidang bersama DPR-DPD RI, Jumat (14/8/2015).

Menurutnya, perombakan kabinet dilakukan dengan dasar yang kuat. Yaitu agar janji-janjinya untuk menyejahterakan rakyat Indonesia bisa tercapai.

"Para putra terbaik bangsa harus mau berkeringat/membanting tulang membangun bangsa dan negara. Bagi saya, perombakan Kabinet Kerja adalah salah satu jembatan terbaik untuk memenuhi janji saya pada rakyat, yaitu meningkatkan kesejahteraan dalam perikehidupan mereka," katanya.

Perubahan Tak Berarti

Namun, Ketua DPP Hizbut Tahrir lndonesia (HTI) Rokhmat S. Labib menilai perombakan kabinet tersebut tidak akan membawa perubahan yang berarti. ”Kalau sekadar perubahan, reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi bisa saja terjadi tetapi kalau perubahan yang berarti, jelas tidak mungkin!” tegasnya.

Menurut Rokhmat, perubahan yang berarti adalah perubahan yang bisa menyelamatkan negara termasuk dari keterpurukan ekonomi. Hal itu hanya bisa terjadi bila sistem ekonominya pun dirombak total. Oleh karena itu, sekadar perombakan kabinet saja jelas tidak menyelesaikan akar masalah.

”Kalau orangnya tidak cakap sehingga harus diganti, itu iya, tetapi harus diingat masalah utamanya yakni sistem ekonomi neoliberal yang diterapkan saat ini yang menjadi penyebab masalah yang terus berulang,” ungkapnya.

Rokhmat mengingatkan sistem ekonomi neoliberal ini sangat berbahaya karena meminggirkan peran negara dalam sektor-sektor vital dan hajat hidup orang banyak.

”Mau ganti menteri apa kalau misalnya sekarang, pengelolaan tambang-tambang itu -kekayaan alam yang sangat melimpah- bila tetap diserahkan kepada swasta? Malah UU-nya melegalkan itu semua dikuasai swasta bahkan kafir penjajah! Negara hanya mendapat porsi yang sangat kecil,” kata Rokhmat.

Ganti menteri seperti apapun bila tetap menggunakan neoliberalisme maka di sektor keuangan pun uang tetap berbasis kertas, pasar saham dan riba tetap jadi tulang punggung. Padahal, menurutnya, itu semua bertentangan 180 derajat dengan sistem ekonomi Islam dan jelas-jelas menjadi biang masalah krisis moneter yang selama ini berulang terjadi pada negara-negara yang menerapkannya, tak terkecuali Amerika dan Indonesia.

”Jadi kalau sekadar ganti menteri bahkan ganti presiden sekalipun namun sistemnya tidak diubah, ya tetap saja krisis ekonomi akan berulang terjadi," prediksinya.

Maka, lanjut Rokhmat, sejatinya negeri ini membutuhkan sistem 'baru yakni sistem ekonomi Islam. Dan memang sistem ekonomi llslam ini tidak bisa

berdiri Sendiri tetapi terikat dengan sistem politik Islam, yang semuanya hanya bisa ditegakkan dalam institusi negara khilafah. Pada Selasa, 12 Agustus 2015, Jokowi melantik 5 menteri dan 1 pejabat setingkat menteri di Istana Negara. Pelantikan itu dihadiri seluruh menteri Kabinet Kerja dan sejumlah tokoh nasional.

Dalam pelantikan itu, Jokowi melantik Darmin Nasution sebagai Menko Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil, Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menko Polhukam menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno, Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman menggantikan Indroyono Soesilo.

Selain itu, Sofyan Djalil sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas menggeser Andrinof Chaniago, dan Thomas Lembong sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Rahmat Gobel. Presiden juga mengangkat Pramono Anung sebagai Sekretaris Kabinet (Seskab) menggantikan Andi Widjajanto. [] joko prasetyo

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 156, Agustus-September 2015
---

Harga Daging Sapi Mahal, Mafia (Lagi) ‘Dagang Sapi’?



Daging sapi membumbung tinggi. Harganya mencapai Rp140ribu per kilo. Masyarakat menjerit. Pedagang daging pun kelimpungan.

Harga yang tinggi ini menjadikan masyarakat beralih ke daging ayam atau lainnya. Sementara para pedagang harus gigit jari karena dagangannya tak laku. Maka beberapa hari pekan lalu para pedagang daging sapi mogok berjualan.

Mereka menuntut pemerintah bertindak menurunkan kembali harga dagang sapi ini. Mereka juga menuntut agar mafia daging dihabisi.

Ada beberapa stakeholder dalam memenuhi permintaan daging sapi di pasar yaitu para feedloter, peternak lokal, pemerintah yang memberikan regulasi, dan pedagang di pasar. Kalau terjadi kekompakan dan tak ada yang berspekulasi maka harga daging bisa stabil hingga Idul Adha nanti.

Karut marut harga daging sapi ini teriadi setelah pemerintah secara tiba-tiba membatasi impor sapi bakalan secara mendadak dari 250 ribu ekor ke 50 ribu ekor. Saat itu Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan stok daging sapi cukup hingga 4 bulan. Ini mengundang pertanyaan besar karena harga daging tak bisa dikendalikan. Dalam waktu bersamaan, para importir ramai-ramai mendesak kran impor dibuka bagi mereka.

”Gonjang-ganjing harga daging sapi, patut diduga dengan kuat karena ulah pedagang besar dan importir, agar pemerintah menambah kuota impor sapi," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.

Adanya mafia kartel dalam tata niaga daging sapi ini sudah lama diendus oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas pernah memaparkan populasi sapi potong di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh KPK, mencapai 93 persen. Jumlah tersebut seharusnya dapat mencukupi kebutuhan daging dalam negeri. Tapi faktanya, pemerintah malah tetap melakukan impor daging sapi dari luar negeri seperti dari Australia.

KPK juga pernah mendapati temuan adanya daging-daging sapi lokal yang tidak sampai ke Jakarta. Setelah diusut, ternyata ada upaya mencegah suplai daging sapi lokal untuk bisa sampai ke Jakarta. Sebanyak lima Rumah Pemotongan Hewan (RPH) ternyata kosong selama lima tahun. Modus-modus dari mafia kartel daging sapi impor inilah yang membuat harga daging sapi menjadi mahal.

Padahal, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan hampir seluruh sapi impor dinikmati hanya oleh tiga provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Dengan total 69 juta penduduk, ketiga provinsi ini mengonsumsi sekitar 159 ribu ton daging sapi dari total konsumsi nasional sebesar 600 ribu ton per tahun. Sebagai perbandingan, total impor sapi hidup dan daging sapi pada 2014 adalah 120 ribu ton. Pertanyaannya, kenapa harga daging lokal di daerah lain pun merangkak naik tak karuan?

Salah satu modus dari mafia kartel ini, misalnya sejumlah peternak sudah bersiap mengirimkan sapi potong ke Jakarta atau ke Pulau Jawa. Namun karena mafia kartel ini mengetahuinya, mereka berlaku sebagai tengkulak, kemudian diboronglah dengan harga Rp6 juta per ekor. Di Jakarta kemudian dijual lagi menjadi sebesar Rp11-12 juta per ekornya.

Jika sapi potong ini telah tiba di Jakarta, mafia ini sudah membatasinya dengan meminta rumah pemotongan hewan (RPH) untuk tidak menerima sapi potong. Mafia ini memberikan fee lebih besar jika RPH hanya mau menerima sapi impor untuk dipotong di RPH tersebut. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya Perda (Peraturan Daerah) yang melarang sapi betina untuk didistribusikan ke luar pulaunya. Sedangkan wilayah produksi tidak diarahkan untuk menghasilkan daging beku yang dapat tahan lama.

Dalam kondisi seperti ini, sayangnya pemerintah tak siap. Pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) berusaha mengintervensi dengan menyelenggarakan operasi pasar daging murah. Namun, operasi pasar itu hingga berita ini ditulis tak berhasil menurunkan kembali harga daging sapi [] emje dari berbagai sumber

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 156, Agustus-September 2015
---

Kudu Jadi Pemuda Di Atas Rata-Rata


Oleh: Luky B Rouf, Lajnah Dakwah Sekolah (LDS) HTI, Pemerhati Remaja

Sobat Muslim, kalo ada di antara sobat semuanya yang selama berkeinginan menoreh prestasi, mewujudkan mimpi, ingin jadi sang juara, pengin jadi leader, atawa keinginan-inginan yang sejenis, maka syarat utama dan pertama adalah sobat semuanya harus jadi pemuda di atas rata-rata. Koq gitu? Iya coba perhatikan, dari para leader yang sudah pernah hadir di permukaan, mereka adalah yang memiliki kemampuan, skill, motivasi, semangat, ilmu di atas rata-rata.
Siapa saja, misal kita sebut Muhammad Al Fatih. Kalo teman-teman membaca biografi sejarah perikehidupannya adalah bukti dia pemuda di atas rata-rata. Dari segi nafsiyah Islamiyyah, konon diceritakan bahwa para tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sejak baligh. Hanya Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan shalat wajib, tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Bahkan pasukan-pasukan pilihannya adalah pasukan yang selalu ditanamkan shaum sunnah, qiyamul lail, di samping skill alias kemampuan perang dan strategi yang terus diasah. Dia tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian di atas rata-rata. Dia jadi Sultan, dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah. Muhammad Al Fatih menyusul menjadi pemimpin, leader yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Kalo mau cari contoh lagi, siapa pemuda di atas rata-rata? Yes, imam Asy-Syafi’i juga bisa mewakili pemuda di atas rata-rata. Mungkin pada umumnya pemuda umur 7 sampai 9 tahun kecenderungannya jadi anak mami, bergelayut ke pundak bapak atau ibunya, masih merengek minta dikasih jajan. Tapi lihatlah, Imam Syafi'i umur segitu sudah hafal Al-Qur’an, dan usia 11 tahun sudah bisa memberikan fatwa kepada kaum Muslimin saat itu. Apa kemampuan di atas rata-rata yang diusahakan oleh As-Syafi'i? Yaitu keinginan, ghirah, motivasinya untuk menutut ilmu. Dalam salah satu quotenya yang cukup masyur, As-Syafi'i berujar, ”Wallahi, hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.” Imam Syafi'i nggak cuman berucap, tapi bilang begitu karena dia mempraktekkannya sendiri.

Deretan para sahabat Rasulullah SAW pun juga para pemuda yang di atas rata-rata. Sahabat Rasulullah SAW bernama Usamah menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah SAW yang waktu itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah SAW ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi. Lalu gimana dengan pemuda Muhammad SAW? Nggak usah ditanya, karena Beliau SAW ditunjuk langsung oleh Allah, secara khusus sebagai pemuda terpilih dengan diangkatnya Beliau sebagai Rasul Allah.

Ibaratnya kayak gini sob, pernah lihat kerang? Nah, kalo teman-teman pernah lihat kumpulan kerang yang dikumpulkan oleh para pelaut, maka di situ ada sekian banyak kerang, tapi yang ada kerang yang dipilih dan diistimewakan berupa kerang mutiara. Karena kumpulan kerang itu menjadi rata-rata kerang yang mungkin kalo isinya (daging) jelek bisa dibuang, kalo mujur ya bisa disantap. Beda dengan kerang mutiara, karena kerang tersebut di dalam tubuhnya isinya bukan daging melainkan mutiara. Sejenis perhiasan yang harganya cukup mahal di pasar perhiasan. Nah kira-kira begitulah gambaran pemuda yang di atas rata-rata itu.

Ok, then. Apalagi yang masih teman-teman pikirkan? Sudah banyak contoh berserakan para pendahulu kita di masa Islam berjaya dengan ideologinya, mereka menjadi pemuda-pemuda yang memilih kemampuan di atas rata-rata. Jangan hanya jadi pemuda rata-rata, itu artinya juga apalagi jadi pemuda di bawah rata-rata.

Apanya yang harus di atas rata-rata? Ya semangatnya mengkaji Islam, motivasinya untuk dakwah dan memperjuangkan Islam, skill atau kemampuannya juga kudu di atas rata-rata pemuda umumnya. Dengan begitu, seorang pemuda Islam akan bisa merebut lagi kejayaan Islam sebagaimana dulu Islam pernah berjaya selama ratusan abad oleh para pemuda. Takbir! []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 165, Januari 2016
---

Indonesia Makin Liberal Dan Terjajah



Jokowi yang digadang-gadang akan memberikan angin segar perubahan bila menjadi presiden ternyata jauh panggang daripada api. Indonesia malah semakin liberal dan kian terjajah. Nawa cita yang diagung-agungkan sekarang tinggal sebuah kenangan.

Dalam acara talkshow di Jakarta, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto membeberkan delapan bukti keterpurukan negeri ini dan kian leluasanya asing bercokol mencengkram negeri Muslim terbesar di dunia.

Pertama, BPJS, bukti negara lepas tanggung jawab. Karena BPJS-SJSN hakekatnya adalah asuransi yang dipaksakan kepada seluruh rakyat. "Sistem jaminan sosial semacam ini lahir dari sistem kapitalisme. Dengan mewajibkan seluruh rakyat dalam asuransi itu, negara hendak berlepas tangan dari urusan layanan kesehatan rakyatnya!” tegas Ismail dalam acara Halqah Islam dan Peradaban Edisi Refleksi Akhir Tahun 2015: Indonesia Makin Liberal dan Makin Terjajah.

Kedua, semakin tingginya ancaman kekerasan terhadap anak. Menurut Ismail, kenyataan tersebut buah dari sistem kehidupan sekularistik itu serta merupakan wabah yang ditularkan oleh peradaban Barat ke negeri-negeri Muslim. ”Itu mirip potret kehidupan di Barat. Sejak tahun 2000, di AS misalnya, setiap tahun lebih dari 5 juta anak mengalami kekerasan fisik, seksual, verbal, diabaikan, dan ditinggalkan," kata Ismail, Rabu (16/12/2015) di Gedung Juang 45, Jakarta Pusat.

Ketiga, nilai tukar rupiah merosot pada titik terendah sejak krisis 1998. ”Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, merupakan konsekuensi logis dari sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan uang sebagai komoditas sehingga mengikuti hukum permintaan dan penawaran,” kata Ismail yang menegaskan uang dalam Islam haruslah berbasis emas dan hanya sebagai alat tukar saja.

Keempat, masuk jeratan rentenir Cina. Pada 16 September 2015, tiga bank milik negara yaitu Bank Mandiri, BRI dan BNI, mendapatkan pinjaman senilai total 3 miliar dolar AS dari China Development Bank (CDB). Masing-masing bank BUMN tersebut, menerima pinjaman sebesar satu milyar dolar AS yang 30 persennya dalam mata uang Renminbi dengan jangka waktu 10 tahun. Tingkat bunga pinjaman tersebut sebesar 3,4 persen untuk mata uang dolar AS dan 6,7 persen untuk mata uang Renminbi.

Tak cukup menjerumuskan ke dalam dosa besar riba, Cina pun mengikat pinjamannya dengan syarat lain yakni adanya jaminan dalam bentuk aset, adanya imbal hasil seperti ekspor komoditas tertentu ke Cina hingga kewajiban negara pengutang agar pengadaan peralatan dan jasa teknis harus diimpor dari Cina. "lnilah cengkraman baru ala Cina, penjajah dari Timur,” beber Ismail.

Kelima, dengan meningkatkan pajak dan mengurangi subsidi APBN 2016, pemerintah semakin kapitalis dan memeras rakyat. Keenam, kabut asap adalah bencana yang dibiarkan untuk membela para kapitalis sawit. Ketujuh, pemerintah melanggar UU dan mengubah peraturan demi langgengnya penjajahan kapitalisme melalui Freeport di Indonesia. Kedelapan, pepesan kosong Pilkada serentak.

Dalam acara yang sama, peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik lndonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengungkapkan hasil penelitiannya selama 2015. Kesimpulannya? ”Drama horor berlangsung sepanjang 2015!” tegasnya.

Horor tersebut berupa kekacauan yang melanda negeri ini, mulai dari tragedi kemanusiaan, maraknya begal, kerusuhan, pembakaran tempat ibadah, kebakaran hutan, hingga krisis ekonomi. ”Terakhir drama 'Papa minta saham' mempertontonkan kepada publik suatu upaya manipulasi terhadap konstitusi dan UU yang dilakukan oleh elite penguasa pemerintahan dan parlemen,” bebernya.

Serangkaian kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, menurut Daeng, langsung menghantam ulu hati rakyat seperti kenaikan harga BBM, kenaikan tarif dasar listrik setiap bulan sekali, yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan dasar seperti pangan, ongkos transportasi, dll.

”Akibatnya inflasi sangat tinggi dan pada saat bersamaan daya beli masyarakat jatuh ke level paling rendah,” ungkapnya.

Kondisi ini berdampak pada industri yang berhadapan dengan biaya input yang tinggi, sementara produknya tidak mampu diserap oleh masyarakat. ”Industri nasional banyak yang gulung tikar yang mengakibatkan ratusan ribu buruh mengalami PHK," kata Daeng.

Di bidang hukum sangat berantakan terlihat dengan tidak konsistennya pemerintah dalam menjalankan undang-undang. ”Pemerintah melanggar Putusan MK Terkait UU 22 tahun 2001 tentang Migas yang melarang harga BBM diserahkan kepada mekanisme pasar. Pemerintah juga melanggar UU Minerba terkait dengan perpanjangan iz'in ekSpor bahan mentah hasil tambang,” ujar Daeng menyebut beberapa contoh.

Di bidang ekonomi, menurut Daeng, Indonesia berhadapan dengan situasi membahayakan terkait merosotnya nilai tukar dan tergerusnya cadangan devisa yang sudah sampai pada tinqkat membahayakan. “Negara dan perusahaan-perusahaan nasional berada dalam ancaman tidak bisa bayar utang!” simpulnya.

Tim ekonomi Jokowi dinilai Daeng tidak kompeten terkait dengan seluruh kesalahan serius dalam asumsi APBNP 2015 dan RAPBN 2016 yang membuat jatuh kredibilitas pemerintahan di mata rakyat dan internasional. “APBN dinilai oleh pelaku ekonomi sangat ambisius dan tidak mungkin terealisasi,” katanya.

Selanjutnya pemerintah membuat polemik lagi soal perpanjangan kontrak Freeport. ”Seharusnya kontraknya harus diakhiri atas dasar Freeport melangar UU Minerba. Meskipun pemerintah memperpanjang, hal tersebut hanya boleh dilakukan pada 2019 mendatang," katanya.

Ternyata, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso pun menyatakan hal senada. Menurutnya, berakhirnya perang dingin yang dimenangkan oleh kapitalisme, membuat negara-negara liberal semakin berkuasa.

Djoko juga menyatakan sepakat dengan point utama refleksi akhir tahun 2015 HTI, bahwa Indonesia semakin liberal dan semakin terjajah. ”Saya sepakat, Indonesia makin liberal dan makin terjajah,” pungkasnya. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 165, Januari 2016
---

Harga Surga Itu Mahal!



Oleh: Muhammad Karebet Widjajakusuma, Ketua Lajnah Khusus Pengusaha HTI

”Jalan menuju Allah adalah jalan yang membuat Adam kelelahan. Nuh mengeluh. Ibrahim dilempar ke dalam api. Ismail dibentangkan untuk disembelih. Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama beberapa tahun. Zakaria digergaji. Yahya disembelih. Ayub menderita penyakit. Daud menangis melebihi kadar semestinya. Isa berjalan sendirian, dan Muhammad SAW mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan. Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main? Demi Allah takkan pernah bisa terjadi.” Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Muslimpreneur,

Begitulah, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitab al Fawaid menyindir orang-orang yang berleha-leha padahal tahu bahwa sebenarnya jalan penuh ujian keimanan dan pengorbanan inilah jalan para nabi dan rasul. Jalan menuju Surga memang tak pernah sepi dari ujian dan pengorbanan!

Meski terjal, penuh lubang dan mendaki, namun untuk menuju Surga, Allah SWT memberikan perintah dengan kata-kata progresif: 'berlarilah', 'bersegeralah', dan 'berlombalah'. Tak ada kata 'santai', 'berleha-Ieha' atau 'nanti dulu’ di situ.

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli!” (TQS. Al-Jumu'ah: 9)

“Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Ali Imron: 133)

“Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan!” (TQS. Al-Baqarah: 148) Sebaliknya, untuk urusan menjemput rezeki dan urusan duniawi kita, perintah-Nya dengan kata-kata yang lembut tidak progresif: 'berjalanlah'.

“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.” (TQS al-Mulk: 15)

Muslimpreuner,

Surga itu memang mahal! Kita harus sungguh-sungguh menggapainya! Bisnis yang kita geluti hari ini harus kita jadikan sebagai kendaraan untuk berlari, berlomba dan bersegera menuju ampunan dan Surganya Allah SWT! Jangan sampai kita kelelahan karena menggunakan jurus berlari, berlomba dan bersegera dalam berbisnis yang sebenarnya cukup dengan berjalan saja.

Lantas, apa yang harus kita lakukan? Yap, menjadikan diri kita sebagai pengusaha pejuang syariah dan khilafah adalah wujud dari berlari, berlomba dan bersegera menuju ampunan dan Surganya Allah SWT. Jalan mewujudkan syariah dan khilafah adalah jalan yang penuh ujian keimanan dan pengorbanan. Jika tak ikhlas mengamalkanya, tak kuat dengan godaan dunia, tak istiqamah melakukannya, kita bisa tumbang di tengah jalan! Tapi inilah jalan yang harus kita tempuh! Tak ada jalan lain! Sebab, hanya syariah dan khilafahlah satu-satunya jalan yang akan membawa umat dan dunia ini kembali pada ampunan dan rahmat Allah Swt. Bukan jalan sekulerisme dengan neokapitalisme dan neoimperialismenya yang telah membawa dunia ini ke jurang kehancuran!

Agar kita ikhlas, kuat dan istiqamah dalam berlari, berlomba, dan bersegera menuju ampunan dan Surganya Allah SWT, kiranya nasihat dari Malik bin Dinar, penting kita camkan kuat-kuat: "Sesungguhnya jika Allah SWT mencintai seorang hamba, Dia mengurangi dunianya dan menahan pekerjaan darinya, dan berkata, "Tetaplah berada di hadapan-Ku!” Lalu dia berkonsentrasi dan berkhidmat kepada Allah SWT. Dan jika Allah SWT membenci seorang hamba, Dia menyerahkan secuil dunia kepadanya dan berkata, 'Enyahlah dari hadapan-Ku. Aku tidak ingin melihatmu di hadapan-Ku!’ Sehingga hatinya bergantung di bumi ini dan dengan perdagangannya itu.” (Shifatus Shafwah)

Astaghfirullah hal adziim... Allahumma shalli ‘ala Muhammad.

Ya Allah Yang Maha Rahmaan dan Rahiim, kembalikanlah kemuliaan Islam dan umatnya melalui tegaknya kembali khilafah atas manhaj kenabian sebagaimana yang telah Engkau janjikan dan jadikan kami pengusaha Muslim orang-orang yang beramal ikhlas untuk menegakkannya... kami rindu agar hidup kami kembali dipenuhi keberkahan yang Engkau turunkan dari langit dan bumi... Aamiin allahumma aamiin. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 165, Januari 2016
---

Potensi Media Massa Dalam Kehidupan



Oleh: Isti Shofiah, SP.d., Aktivis Dakwah tinggal di Pasuruan

Media massa merupakan sarana efektif yang mampu menjangkau massa dalam jumlah yang besar dan luas. Media jelas memberikan pengaruh besar pada corak dan warna kehidupan politik dan budaya masyarakat di manapun berada. Media massa memengaruhi semua kelas sosial masyarakat tanpa memilah usia dan latar belakang. Lihatlah bagaimana media diakses mulai dari anak-anak hingga kalangan lanjut usia.

Menurut McQuail (2000: 102) “media massa bertanggung jawab atau mempunyai peran besar terhadap apa yang disebut kebudayaan massa atau budaya populer, dan dalam prosesnya media massa telah 'menjajah' bentuk budaya lain”. Artinya media massa dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang bahkan budaya di dalam kehidupan masyarakat. Lihatlah gaya hidup Barat yang mendunia seperti makanan (food), hiburan (fun) dan busana (fashion). Tiga F tersebut dalam menjajakannya tidak lepas dari peran media.

Media massa bukanlah produk bebas nilai. Semua produk media pasti membawa nilai-nilai dan mengajarkan gaya hidup tertentu. Karena itu media memiliki dua potensi di dalam kehidupan. Yakni berpotensi untuk mengajak ke neraka dan ke surga.

Mengajak ke Neraka

Anggota KPAI Maria Ulfah mengatakan bahwa kekerasan pada anak dimulai dari internet (29/4/2015). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat selama 4 tahun terakhir jumlah kekerasan kepada anak terus meningkat. Terakhir di 2014 ada 5.066 kasus. Sebanyak 322 kasus kekerasan pada anak di tahun 2014 dipicu dari sosial media dan internet.

Media di dalam sistem kapitalisme ini hanya menjadi alat penjajahan budaya Barat atas budaya-budaya lain, khususnya budaya di negeri-negeri Islam. Bagaimana tidak, film-film produksi Barat (Amerika) sangat mendominasi pembentukan budaya global. Kemudahan akses untuk menonton maupun mengunduh video-video tak pantas pun meracuni bahkan merusak pemikiran masyarakat, khususnya anak-anak.

KPAI mencatat bahwa kejahatan seksual lewat internet menjadi kategori kasus yang tinggi. Semisal jumlah korban kejahatan seksual terus naik. Sampai tahun 2014 ada 53 anak yang menjadi korban. Sementara anak pelaku kejahatan seksual online ada 42 anak, anak korban pornografi dari media sosial ada 163 orang. Terakhir anak pelaku kepemilikan media pornografi di video dan diunggah di media sosial ada 64 anak.

Media massa juga merupakan hal yang utama dalam menciptakan opini publik demi terwujudnya dukungan terhadap invasi yang mereka (asing) lakukan ataupun membendung opini yang akan membangkitkan ideologi Islam yang mampu menggeser dominasi ideologi mereka. Masih ingat di benak kita bagaimana pemberitaan bom Prancis beberapa waktu lalu yang menjadi headline news secara bersamaan di setiap media massa.

Namun lain halnya jika itu terjadi pada kaum Muslim seperti di Palestina yang setiap hari ada ratusan jiwa yang meninggal karena serangan zionis Israel. Tak semua media menayangkan kdndisi yang terjadi pada saudara-saudara Muslim di sana. Begitulah media massa kapitalis yang selalu memihak pada kepentingan asing tanpa peduli baik buruknya pada kehidupan masyarakatnya.

Hal tersebut menunjukkan lemahnya negara dalam mengatur media yang ada karena tidak membatasi konten media secara tegas. Memang ada aturan seperti UU penyiaran namun aturan yang ada bersifat lentur, mudah disiasati sehingga tulisan dan tayangan yang merusak akidah, menyebarkan paham kebebasan, mengandung pornografi dan kekerasan masih mendominasi.

Negara tidak mampu melindungi masyarakat khususnya ibu dan generasi bahkan sebaliknya menjerumuskan mereka dalam kehancuran akibat media yang meracuni pemikiran dan menghasilkan prilaku merusak. Walhasil, media dalam konteks tersebut mengajak manusia ke neraka.

Mengajak ke Surga

Dalam pandangan Islam media massa merupakan media komunikasi massal yang berfungsi dalam menciptakan opini publik yang kemudian akan menjadi opini umum.

Media massa sesuai perspektif Islam sangat diperlukan sebagai sarana menjelaskan semua tuntunan hidup yang bersumber dari syariat, berupa nilai-nilai dan panduan bersikap dalam semua aspek kehidupan serta dorongan berprilaku sesuai panduan tersebut. Media massa juga mendorong peningkatan kualitas hidup melalui penggambaran yang benar untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, betul-betul menjadi media yang sehat dan mencerdaskan masyarakat.

Dalam kacamata Islam, media massa memiliki peran strategis dalam mencegah kemungkaran serta mengajak kemakrufan di tengah-tengah masyarakat. Media massa ada untuk mengajak masyarakat untuk lebih ber-taqarrub dan bertakwa kepada Allah SWT. Tentunya dalam mewujudkan media massa yang ramah masyarakat khususnya ibu dan generasi serta mampu mengajak ke Surga-Nya hanyalah dengan kembali pada lslam, menata media sesuai dengan Islam dan menghadirkan kembali Khilafah Islamiyah. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 165, Januari 2016
---

Inilah Rumah Sakit Terkemuka Di Era Khilafah



Salah satu hal yang paling menarik tentang peradaban Islam adalah kepeduliannya terhadap tubuh dan jiwa. Perawatan tubuh diperlukan untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan menyenangkan bagi manusia. Rasulullah SAW sebagai pendiri peradaban ini bersabda, “Tubuhmu memiliki hak darimu."

Islam mengantisipasi tersebarnya penyakit dan mendorong orang untuk mencari perawatan medis. Sistem kesehatan dalam peradaban Islam didasarkan pada pondasi yang kuat. Dunia mendapatkan manfaat dari peradaban Islam yang membangun rumah sakit dan sekolah medis, serta meluluskan dokter-dokter yang masih dapat dibanggakan kontribusinya bagi ilmu pengetahuan secara umum dan khususnya bagi ilmu kesehatan.

Peran sistem kesehatan dalam peradaban Islam ditunjukkan dengan diberikannya pelayanan kesehatan bagi para pasien, terutama masyarakat miskin dan yang membutuhkan. Rumah sakit yang tersedia ketika itu menyediakan layanan yang luar biasa dalam hal pengobatan, memberi makan, dan memberi tindak lanjut atas pasien, baik perawatan di rumah sakit maupun di rumah.

Rumah sakit yang tersebar di seluruh dunia Islam merupakan sumber kebahagiaan dan kepercayaan diri bagi seluruh komunitas Muslim, tidak membedakan kelas-kelas mereka. Pasien menerima pengobatan, perawatan penuh, mendapat pakaian dan makanan di rumah sakit. Selain itu, banyak rumah sakit yang menyediakan pendidikan kedokteran, di samping fungsi dasar mereka merawat dan memastikan kenyamanan pasien. Semua hal ini tentu menambahkan dimensi kemanusiaan lain bagi peradaban lslam.

Terkemuka

Rumah sakit terkemuka dalam sejarah Islam di antaranya adalah berikut ini:

Rumah Sakit Al-A'dudi: Rumah sakit ini didirikan oleh A'dud-al-Dawlah ibn Buwayh tahun 371 H / 981 AD di Baghdad. Dua puluh empat dokter bekerja di rumah sakit ini setelah berdirinya. Namun, jumlah dokter meningkat pesat di kemudian hari. Rumah sakit ini memiliki perpustakaan besar, apotek, dan dapur, di samping sejumlah besar staf dan penyapu yang bekerja di rumah sakit tersebut. Selain itu, dokter dirotasi dalam melayani pasien. Jadi, ada dokter di rumah sakit selama dua puluh empat jam sehari.

Rumah Sakit Al-Nuri di Damaskus: Rumah sakit ini didirikan oleh Sultan Al-Adil Nur-al-Din Mahmud pada tahun 549 H / 1154 AD. Sebagai salah satu rumah sakit terbesar, karenanya terbuka terus untuk waktu yang sangat lama. Rumah sakit ini menerima pasien sampai tahun 1317 H / 1899 M, yaitu hampir delapan ratus tahun!

Rumah Sakit Besar Al-Mansuri: Rumah sakit ini didirikan oleh Sultan Al-Mansur Sayf al-Din Qalawun di Kairo pada tahun 683 H / 1284 AD. Rumah sakit ini adalah salah satu keajaiban dalam hal akurasi, organisasi, dan kebersihan. Gedungnya begitu besar sehingga bisa menampung lebih dari empat ribu pasien pada satu hari.

Rumah Sakit Marrakech: Rumah sakit ini didirikan oleh Al-Mansur Abu Yusuf Ya'qub, Sultan dinasti Almohad di Maroko, yang memerintah selama periode 580-595 H (1184-1199 AD). Rumah sakit ini adalah tanda keunggulan dan keindahan. Semua jenis pohon dan tanaman ditanam di rumah sakit. Rumah sakit ini juga memiliki empat danau buatan yang kecil. Rumah sakit ini sangat maju dalam hal kemampuan medis, obat-obatan yang modern dan para dokter yang trampil. Rumah sakit Marrakech benar-benar seperti sebuah permata dalam peradaban Islam.

Selain itu, ada rumah sakit khusus, yang hanya menangani beberapa jenis penyakit, seperti penyakit mata, penyakit kusta, penyakit mental... dll.

Yang mengejutkan, ada lingkungan medis yang terintegrasi di beberapa kota besar Islam. Ketika berbicara tentang perjalanannya pada tahun 580 H/1184 AD, Ibnu Jubair mengatakan dia melihat di Baghdad -ibukota Kekhalifahan Abbasiyah- ada suatu lingkungan padat yang tampak seperti kota kecil, di dalamnya ada sebuah istana yang indah yang dikelilingi oleh taman-taman dan rumah-rumah. Semua itu disediakan untuk para pasien. Lingkungan itu dikunjungi oleh para dokter dari berbagai spesialisasi, apoteker, dan mahasiswa kedokteran, yang dibayar oleh negara dari wakaf yang diberikan oleh orang-orang kaya untuk pengobatan orang-orang miskin dan lain-lain. [] riza, sumber: Dr Ragheb Elsergany, Hospitals in Islamic civilization

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 165, Januari 2016
---

Papua Merdeka Buka Cabang, Pemerintah Cari Bantahan



Tanpa diduga United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Gerakan Pembebasan Papua Barat mendirikan kantor resmi Jl. Trikora di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (15/2/2016). Peresmian kantor itu bersamaan dengan pertemuan Dewan Adat Papua (DAP).

Pembukaan kantor ini merupakan langkah untuk mendorong referendum Papua ke Perserikatan Bangsa Bangsa PBB. “ULMWP adalah payung perjuangan semua gerakan yang ada di Papua. (Yang ada di Wamena) itu kantor cabang. Kantor pusatnya di Vanuatu," kata Victor Yeimo, Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) kepada CNNIndonesia.com.

KNPB, ujar Victor, juga merupakan salah satu pendiri Gerakan Pembebasan Papua. ”Bukan hanya KNPB, tapi OPM dan semua gerakan yang ada di Papua sekarang bernaung di bawah ULMWP. Wamena akan jadi kantor perjuangan bersama," kata Victor.

Dengan peresmian kantor ini, sekarang ada tiga kantor Gerakan Pembebasan Papua. Selain yang berada di Wamena dan Vanuatu, satu lagi berada di Kepulauan Solomon. Kantor mereka di Solomon baru saja diresmikan Januari awal tahun ini (2016).

Terkait pembukaan kantor tersebut, Presiden Joko Widodo buru-buru membantahnya. Melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi, Jokowi menyatakan pembukaan kantor itu tidak ada. “Saya sudah konfirmasi ke Menko Polhukam bahwa tidak benar membuka perwakilan yang katanya 'disupport'. itu tidak benar," kata Johan di istana Negara, Jakarta, Rabu (17/2/2016)

Bantahan yang sama disampaikan Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cendrawasih, Kolonel inf Teguh Pudji Raharjo. Menurutnya, memang ada pertemuan di gedung kantor Dewan Adat Papua yang berkapasitas 200 orang. ia menepis acara itu dihadiri ribuan orang sebagaimana klaim OPM.

”Berdasarkan informasi intelijen, tak ada pengerahan massa sebanyak ribuan orang. Selain tak ada bukti foto yang menunjukkan adanya kegiatan peresmian tersebut," kata Teguh.

Anehnya, meski pemerintah membantah ada pembukaan kantor ULMWP itu nyatanya Polda Papua menahan dua orang yang dianggap bertanggung jawab atas pembukaan kantor tersebut. Keduanya MH dan EW. "Mereka ini aktor intelektualnya." kata Kapolda Papua irjen (Pol) Paulus Waterpauw kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (18/2/2016) malam.

Kapolda pun meluruskan bahwa kegiatan di Wamena adalah peresmian kantor Dewan Adat Papua (DAP) Kabupaten Jayawijaya yang sebelumnya sempat terbakar. Berdasarkan foto yang didapat, menurutnya Kantor DAP cukup megah.

”Jadi masyarakat pada hari Senin (15/2/2016) lalu membuat syukuran untuk peresmian Kantor DAP. Saya lihat dari fotonya cukup megah kantor tersebut. Saat itu seluruh muspida diundang untuk peresmian kantor itu, hanya karena kesibukan tidak sempat hadir. Acaranya berjalan lancar, kurang lebih 60 orang yang hadir dan tidak banyak," ujarnya.

Menurut Kapolda, kasus pemancangan sebuah tulisan organisasi yang dikenal sebagai ULMWP itu baru diketahui sehari setelah peresmian Kantor DAP. ”Saya lihat itu hanya sebuah pancangan papan saja, yang dipasang di sekitar gedung itu dan kemudian terekspos. Kalau dilihat dari sisi kepentingan oleh beberapa pihak, jelas ini hanya nunut (numpang) untuk memanfaatkan momen itu, tidak ada kekhususan dalam rangka membuka Kantor ULMWP,” tegasnya.

Aksi Makar

Lepas dari bantahan pemerintah, gerakan separatis Papua dengan berbagai benderanya nyata adanya. Mereka memanfaatkan berbagai momentum untuk menunjukkan eksistensinya. Mereka bergerak di luar dan dalam negeri.

Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Yahya Abdurrahman menilai, peresmian kantor ULMWP itu hanya bagian dari strategi umum pemisahan Papua. Ia mengungkapkan, secara umum strategi pemisahan Papua itu ada tiga: Pertama, terus melakukan perlawanan di dalam negeri melalui sayap militer OPM. Langkah ini telah menimbulkan banyak korban baik TNI, polisi, maupun rakyat sipil. Selain itu, mereka pun melakukan aksi non-kekerasan seperti unjuk rasa yang menyuarakan kemerdekaan Papua. Bahkan aksi ini baru-baru ini berlangsung di Jakarta.

Kedua, melalui jalur politik. Gerakan yang dipimpin oleh Benny Wenda -terpidana yang kabur dari LP Abepura tahun 2003- ini mengangkat isu Papua ke dunia internasional. Di antaranya dilakukan dengan membuka kantor organisasi separatis Papua di luar negeri, seperti di Oxford, Inggris pada April 2013; diikuti pembukaan kantor di Belanda, dan Australia serta di Vanuatu dan Kep. Soloman. Menurut Yahya, peresmian kantor ULMWP di Wamena itu juga dimaksudkan sebagai bagian dari internasionalisasi isu Papua.

”Kampanye yang selalu diangkat adalah pelanggaran HAM, penindasan dan ketidakadilan yang diderita rakyat Papua. Mereka juga terus menyuarakan bahwa integrasi Papua ke Indonesia tidak sah,” jelasnya.

Ketiga, terus mendesakkan referendum penentuan nasib sendiri untuk rakyat Papua. Internasionalisasi isu Papua merupakan bagian dari upaya tersebut. ”Strategi Papua melalui Dewan PBB itu sama seperti strategi pemisahan Timor Timur dari Indonesia," katanya menjelaskan.

Korban Berjatuhan

Organisasi Papua Merdeka terus melakukan perlawanan bersenjata. Sasarannya pun beragam, mulai dari anggota TNI, polri, sampai rakyat sipil.

Serangan terbaru terjadi akhir tahun lalu. Mereka menyerang Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua, Ahad (27/12/15). Serangan mendadak ini mengakibatkan tiga polisi tewas dan dua polisi luka tembak. Penyerang pun mengambil tujuh pucuk senjata api dari berbagai jenis beserta amunisi.

Di akhir November, menjelang HUT OPM 1 Desember, dua prajurit TNI tewas di tangan OPM. Saat itu mereka sedang memantau wilayah di Kampung Namuni, Mimika, dengan mengendarai speedboat. Dua anggota TNI selamat setelah menceburkan diri ke sungai dan ditolong oleh penduduk setempat.

Berdasarkan data dari media massa, sepanjang tahun 2014 terjadi puluhan kali insiden penembakan oleh kelompok bersenjata terhadap aparat keamanan (Polri dan TNI), maupun warga sipil. Jumlah korban meninggal dan luka-luka lebih dari 30 orang.

Sebelumnya, serangan mematikan OPM menewaskan delapan anggota TNI dan empat warga sipil. Penyerangan terjadi pada Kamis 21 Februari 2013. Serangan ini terjadi pada pukul 9.30 WIT di Pos TNI di Tingginambut. Daerah ini berjarak 20 km dari Kota Mulia, Puncak Jaya, Papua.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---

Astaghfirullah… Sabda Rasulullah SAW Disebut Hate Speech



Begitu membaca kicauan Tifatul Sembiring di akun twitter @tifsembiring, yang mengutip hadits “siapa yang mengerjakan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah,” produser film Joko Anwar langsung geram, Jumat (26/ 2/2016).

Pendukung kriminal seksual LGBT tersebut berupaya melaporkan mantan menteri komunikasi dan informatika itu ke Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Divisi Humas Mabes Polri.

”Laporin sekali lagi ke @TwitterID, @jokowi @DivHumasPolri @HaitiBadrodin hate speech berbahaya @tifsembiring," katanya melalui @jokoanwar.

Tifatul pun membalas Joko dengan menulis, "Mengutip hadits Nabi saw, hate speech ?…opo sik mas...!!"

Terkait kicauan keduanya yang menuai perdebatan di dunia maya tersebut pengasuh rubrik Ustadz Menjawab di tabloid kesayangan Anda ini pun angkat bicara. “Apa yang dilakukan Tifatul Sembiring tidak salah. Hadits Nabi SAW yang dikutip Tifatul adalah suatu kebenaran, walaupun ada yang menyebutnya sebagai hate speech,” tegas Ustadz Shiddiq Al-Jawi, Selasa (1/3/2016) kepada Media Umat.

Karena, lanjut Shiddiq, hadits Nabi SAW bagi orang Islam adalah wahyu, sama statusnya seperti Al-Qur’an sebagai wahyu. Wahyu dari Al-Qur’an dan Hadits adalah pedoman hidup bagi setiap orang Islam.

”Jika ada yang menyalahkan Tifatul, mungkin orang itu memang tidak beriman kepada Nabi Muhammad SAW," kata Shiddiq.

Faktanya, Nabi Muhammad SAW memang pernah bersabda, ”Barangsiapa yang kalian dapati dia itu berbuat seperti perbuatan kaumnya Nabi Luth (homoseks/liwath), maka bunuhlah kedua pelakunya.” (Arab: man wajadtumuuhu ya'malu 'amala qaumi luuthin faqtulul faa'ila wal maf'uula bihi). (HR Tirmidzi no.1481, Abu Daud no.4464, Ibnu Majah, no.2561 , Ahmad.no 2727, Al-Hakim, no.8047). Hadits ini adalah hadits shahih (otentik). Bukan hadits lemah (dhaif) atau pun palsu (maudhu', fabricated). (Lihat Nashiruddin Al-Albani, Irwa‘ul Ghalil, 8/17; Al-Hakim, Al-Mustadrak, hadits no.8047)

”Jika dikatakan bahwa tindakan Tifatul itu merupakan hate speech, yaitu menyebarkan kebencian kepada para homoseks (gay), di mana salahnya? Karena menurut akidah Islam, seorang Muslim memang harus membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Lalu di mana salahnya jika seorang muslim membenci perilaku homoseksual (liwath)? Bukankah Islam dengan tegas telah mengharamkan perbuatan menjijikkan itu?" jelasnya.

Jadi, membenci sesuatu yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya, adalah suatu hal yang wajar bagi seorang Muslim dan itu tidaklah salah sama sekali. ”Yang salah dan tidak boleh adalah seorang Muslim membenci apa yang dinilai baik oleh Allah dan Rasul-Nya, misalnya membenci syariah, membenci khilafah, dan sebagainya,” ujarnya.

Ia pun membacakan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 216 yang artinya, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Shiddiq pun menilai yang dilakukan Joko Anwar dengan melaporkan Tifatul ke Polri adalah suatu upaya untuk menghancurkan dan menjungkirbalikkan norma ajaran Islam, sekaligus merupakan provokasi yang jahat kepada negara agar negara berhadap-hadapan dengan rakyatnya sendiri yang mayoritas Muslim.

”Namun, insya Allah, kami yakin dan berharap, di kalangan Polri masih ada polisi Muslim yang lurus dan tidak termakan provokasi murahan seperti itu. Mudah-mudahan Polri dapat menempatkan posisinya secara profesional dan proporsional di tengah-tengah kontroversi LGBT yang sangat keras saat ini. Aamiin,” pungkasnya.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---

Inilah Pandangan HTI Tentang Nasionalisme



Sebelum jelas pengertian nasionalisme, tidak bisa dikatakan bahwa Islam dan umat Islam itu menerima nasionalisme atau tidak, “Juga, seseorang atau sebuah kelompok, termasuk Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu, memiliki atau tidak memiliki jiwa nasionalisme,” ujar Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto dalam Dialog Nasional: Nasionalisme dan Agama, Ahad (29/2/2016) di Jakarta, di hadapan ratusan peserta Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Partai PDI Perjuangan tersebut.

HTI sebagai bagian dari umat Islam pun sesungguhnya sedang bekerja untuk membawa negara ini ke arah kebaikan dan menyelamatkan, menjaga negara ini dari segala bentuk penjajahan dan ancaman seperti kapitalisme, liberalisme dan sekularisme melalui penegakan syariah.

Sesungguhnya penjajahan yang paling nyata, setelah penjajahan fisik (militer) berakhir, adaIah melalui penerapan sistem sekuler, utamanya di bidang ekonomi dengan kapitalisme, dan di bidang politik dengan sekulerisme dan liberalisme politik yang terbukti telah menimbulkan berbagai bentuk kerusakan (fasad). ”Semua usaha itu sesungguhnya merupakan bentuk kepedulian HTI terhadap keadaan negeri ini dan masa depannya,” jelasnya.

Dengan semangat kecintaan pada negeri ini, HTI berjuang melalui dakwah fikriyah (menebarkan pemikiran dan pemahaman Islami), dakwah siyasiyah (untuk terbentuknya kesadaran dan perubahan politik) dan la unfiyah (non kekerasan). Ini juga merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan kemerdekaan.

”Kita sering mendengar seruan untuk bersyukur terhadap kemerdekaan yang telah didapat tapi bagaimana syukur itu harus diwujudkan tidak pernah ditunjukkan dengan jelas. Yang sering terjadi, justru banyak kegiatan untuk merayakan dan mengisi kemerdekaan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT,” ujarnya.

Secara faktual, HTI memandang Indonesia adalah negara yang sedang terus berproses, berkembang dan berubah, dibuktikan dengan empat kali amandemen UUD 45 yang berimplikasi pada banyak sekali aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

"Logikanya, bila konstitusinya saja terus diubah, bagaimana bisa negara ini disebut sudah final? Lebih tepat negara ini disebut sedang terus berproses, berkembang dan berubah,” beber Ismail.

Oleh karena itu, HTI ingin menghela perubahan itu ke arah yang baik. Dan itu mestinya ke arah yang diridhai oleh Sang Pemberi Berkah kemerdekaan. Itulah Allah SWT. Bukan ke arah sosialisme ataupun kapitalisme. ”Hanya ke arah sana sajalah kita bisa berharap terciptanya baldah thayyibah wa rabbun ghafur yang rahmatan lil alamiin. Di situlah relevansi nyata dari usaha penegakan syariah," kata Ismail.

Menurutnya, syariah sesungguhnya adalah ilaju al-musykilati al-hayati al-insani (solusi persoalan hidup manusia). Sebagai solusi persoalan kehidupan manusia, syariah yang diturunkan oleh Allah yang Maha Tahu pasti membawa rahmat, bagi Muslim maupun non-Muslim. Jadi, perjuangan penegakan syariah sesungguhnya adalah bentuk kecintaan terhadap negeri ini.

”Inilah semangat nasionalisme yang benar, yakni semangat untuk membawa negeri ini kepada penghambaan yang hakiki kepada Allah SWT, Dzat yang telah memberikan kemerdekaan dari penjajahan, melalui penerapan syariah dalam seluruh aspek kehidupan. Indonesia adalah bagian dari bumi Allah, milik Allah, maka mestinya ditata dengan aturan Allah (syariah)," tegasnya.

Tapi, lanjut Ismail, bila nasionalisme diartikan sebagai ketundukan pada sekulerisme, maka HTI tidak akan bisa terima. Karena sekulerisme berarti pengabaian terhadap aturan-aturan agama Islam. Tapi dengan menolak sekulerisme, tidak berati umat Islam tidak memiliki jiwa nasionalisme, karena justru sekulerisme itulah yang diyakini selama ini menjadi biang dari kerusakan negeri ini baik di lapangan ekonomi, sosial budaya, politik maupun di bidang lainnya.

“Menolak sekulerisme harus diartikan sebagai menolak sumber kerusakan, yang dilakukan tak lain demi kebaikan negeri ini. Inilah esensi dari nasionalisme sejati,” kata Ismail.

Selain Ismail, hadir pula 13 pembicara lainnya termasuk dari MUI, NU, Muhammadiyah bahkan dari aliran sesat Ahmadiyah.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---

Penghapusan DNI Karpet Merah Investasi Asing



Pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan paket kebijakan ekonomi. Pada kebijakan ekonomi yang ke-10 ini, pemerintah membuka 100 persen investasi asing bagi 35 bidang usaha yang selama ini masuk dalam kategori Daftar Negatif Investasi (DNI) atau tertutup untuk investasi asing.

Usaha yang dibuka itu mencakup bidang, antara lain jasa penunjang kesehatan, farmasi, pariwisata, industri film, dan pengusahaan jalan tol. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, perubahan kebijakan DNI merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir dan diharapkan dapat memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga investasinya tidak turun.

Selain dengan dalih pertumbuhan ekonomi, pencabutan DNI yang berakibat industri bisa dikuasai asing tanpa ada batasan, diharapkan dapat meningkatkan kompetisi dan memberikan dampak terhadap masyarakat. Di antaranya penurunan harga, misalnya, di bidang industri bahan baku obat. Menurut Kepala BKPM Franky Sibarani, dengan dibuka 100 persen penanaman modal asing dalam industri bahan baku obat, maka harga obat diharapkan menjadi lebih murah. Dia menambahkan sudah ada investor bidang farmasi yang menyatakan minatnya, antara lain India, Korea, dan Cina.

Kebijakan ini mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Ekonom dari Universitas Sam Ratulangi Manado Agus Tony Poputra, sebagaimana dikutip okezone.com (13/2/2016), menyatakan paket kebijakan itu bisa menjauhkan dari kemandirian ekonomi, bahkan ke depan Indonesia semakin terjajah secara ekonomi dan semakin banyak anak bangsa yang menjadi budak asing di negeri sendiri.

Menurut Agus, ada empat konsekuensi negatif dari investasi asing ini. Pertama, investasi asing akan mengutamakan bahan baku impor terutama dari negara asalnya sehingga terjadi aliran dana ke luar negeri dan nilai tambah domestik yang tidak besar. Sebagai contoh, susahnya pemerintah membujuk Freeport untuk menggunakan produk dalam negeri.

Kedua, bila investasi asing memanfaatkan Indonesia sebagai pasar produknya, maka di masa mendatang semakin banyak uang yang mengalir keluar dari Indonesia dalam bentuk dividen, royalti, dan sebagainya, di luar bahan baku. Ini akan mempengaruhi likuiditas perbankan serta cadangan devisa dalam negeri ke depan.

Ketiga, bila investasi asing berorientasi ekspor, ini juga tidak terlalu memberikan dampak positif yang besar terhadap likuiditas perbankan serta cadangan devisa dalam negeri. Saat ini saja, hanya sebagian kecil hasil ekspor yang masuk ke dalam perbankan domestik karena ditahan di luar negeri terutama di negara asal investor.

Keempat, investasi asing umumnya banyak memberikan kompensasi bagi pekerja asing jauh lebih besar dibanding pekerja lokal pada jabatan atau beban kerja yang setara. Akibatnya tenaga kerja lokal menghadapi ketidakadilan kompensasi dan uang kompensasi itu akan mengalir ke negara asal pekerja asing.

Sementara itu Ketua Lajnah Maslahiyyah DPP HTI Arim Nasim menilai, kebijakan rezim jokowi dengan paket ekonomi yang ke-10 ini kian menunjukkan bahwa rezim Jokowi itu betul-betul rezim yang diperbudak oleh para kapitalis asing sehingga semua kebijakannya hanya untuk memenuhi kepentingan para kapitalis dengan mengabaikan kepentingan rakyat. ”Makin jelas dan gamblang, Jokowi ini menjadi kepanjangan tangan asing," tandas Arim. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---

Pengusaha Menangkap Peluang Selain Bisnis



Menangkap Peluang

Oleh: Basuki Widodo (Anggota Lajnah Khusus Pengusaha (LKP) HTI, Entrepreneur dan Business Coach)

Sebuah kata yang sering diingat pengusaha adalah peluang. Seseorang disifati sebagai seorang pengusaha atau entrepreneur karena kejeliannya melihat peluang, ia bisa melihat peluang dari setiap kejadian melebihi orang-orang yang awam dalam bisnis. Di balik masalah-masalah yang ada di tengah masyarakat mereka justru melihat adanya peluang bisnis lalu ia mencari ide-ide kreatif, solutif yang bermanfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh orang lain. Dengan menciptakan value-value yang memberikan manfaat bagi orang lain itulah seorang entrepreneur mencetak profit atau keuntungan.

Bagi pengusaha Muslim, atau biasa disebut muslimpreneur tentu bukan hanya peluang-peluang bisnis saja yang bisa diambil, masalah-masalah yang ada di tengah masyarakat juga bukan hanya masalah-masalah yang bersifat teknis melainkan juga masalah-masalah menyangkut interaksi sosial masyarakat. Begitu pula keuntungan yang ingin diraih pun juga bukan sekadar keuntungan materi belaka. Keuntungan berupa materi bukanlah tujuan utama melainkan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar yaitu keuntungan ruhiyah yaitu ridha Allah SWT.

Inilah saatnya para pengusaha Muslim mengarahkan pandangannya kepada masalah-masalah yang ada di tengah-tengah umat. Umat Islam di negeri ini yang Jumlahnya mayoritas dan umat Islam di negeri negeri lain sedang didera berbagai masalah. Mulai dari adanya serangan akidah dengan banyaknya aliran sesat yang masuk ke negeri ini. Adanya serangan budaya asing berupa promosi LGBT yang merusak moral generasi muda. Adanya kezaliman yang dilakukan penguasa dengan kebijakan politik dan ekonomi liberal yang merugikan rakyat. Kekayaan alam yang sejatinya adalah milik rakyat tidak bisa dinikmati oleh rakyat karena diberikan kepada asing.

Muslimpreneur,

Melihat banyaknya masalah yang ada di depan mata kita seharusnya menggerakkan intuisi kita yaitu adanya peluang di balik masalah-masalah tersebut, peiuang-peluang ini lebih berharga daripada sekadar peluang bisnis yaitu peluang amal shalih untuk meraih pahala. Sekarang bagaimana kita akan menentukan sikap mau mengambil peluang yang besar itu ataukah membiarkan lewat begitu saja. Marilah kita memulainya dengan mengambil keputusan yaitu mengambil peluang tersebut. Kita jadikan peluang ini sebagai mega proyek sedangkan proyek-proyek yang lain kita jadikan sebagai pendukung mega proyek tersebut. Yang kedua adalah mencari solusi pemecahan masalah-masalah tersebut.

Solusi ini juga sifatnya solusi mendasar yang langsung mengarah kepada akar masalah. Masalah-masalah yang disebutkan di atas bukanlah akar masalah melainkan masalah-masalah cabang. Akar masalah sesungguhnya tidak diterapkannya sistem kehidupan Islam, melainkan diterapkannya sistem kapitalisme demokrasi yang menimbulkan kerusakan di berbagai kehidupan masyarakat. Solusinya sebenarnya tidak perlu dicari-cari karena Allah telah memberikan guidance, yaitu sistem kehidupan Islam.

Muslimpreneur,

Marilah kita mengambil peluang emas ini untuk menyelesaikan masalah umat ini dengan menjadi bagian dari barisan Pengusaha Pejuang Syariah dan Khilafah.

Sebagai penutup, marilah kita mengingat firman Allah SWT: ”Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (kelompok) yang mengajak pada kebajikan (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS Ali Imran [3]: 104) Semoga kita meraih keuntungan yang hakiki berupa kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin Allahumma Aamiin. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---

Memilih Dan Memilah Aktivitas


Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Ibu Pengasuh Rubrik Konsultasi yang dirahmati Allah SWT, saya mohon masukan bagaimana seharusnya saya memilih dan memilah aktivitas. Saya suka banyak sekali hal. Saya suka tantangan. Dan saya suka full aktivitas dan bepergian. Dengan seperti itu saya merasa ada manfaatnya bagi orang banyak. Dan di situlah kebahagiaan saya. Namun hidup terasa terengah-engah tanpa jeda dan istirahat. Waktu selalu kurang. Banyak urusan pribadi yang ternyata saya lalaikan dan lewatkan. Saya bukannya tidak tahu itu, tapi begitulah, terasa enggan dan sangat sayang untuk meninggalkan satupun aktivitas saya karena saya memang suka dan sangat menikmati semua aktivitas saya. Terima kasih untuk masukannya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Aura Jateng

Aura yang baik,

Alhamdulillah, Anda memiliki banyak aktivitas dan menyukai setiap aktivitas yang Anda lakukan. Anda juga luar biasa, suka mengerjakan yang bermanfaat buat orang banyak Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, at-Thabarani, ad-Daruquthni)

Menjadi manusia yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri.

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (TQS. Al-Isra: 7)

Aura yang baik,

Kita diberi waktu oleh Allah SWT sehari semalam 24 jam. Dan kita dituntut untuk bisa mengaturnya sebaik mungkin, “pandai mengelola waktu”. Seperti apa orang yang pandai mengelola waktu itu? Apakah orang yang waktunya habis untuk menekuni bidang tertentu? Ataukah orang yang sibuk bekerja dan mendapat uang yang banyak? Ataukah orang yang sibuk dengan banyak aktivitas?

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah SAW memegang pundakku, lalu bersabda, “Jadikanlah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” Lalu Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (HR. Bukhari)

Aura yang baik,

Kita dianjurkan hidup bermanfaat untuk orang lain. Meskipun itu anjuran dan kita senang melakukan dan menikmatinya, bukan berarti kita kemudian tidak mengurusi diri kita sendiri. Kesehatan kita, kehidupan kita? Ada hak untuk tubuh dan diri kita yang harus dipenuhi.

”Sesunggunnya tubuhmu punya hak atas dirimu.” (HR. Imam Muslim)

Penuhi hak tubuh Anda dengan makanan dan minuman yang bergizi, pola makan sehat dan teratur. Buatlah pola kerja yang terencana dan seimbang. Jangan paksakan diri bekerja keras yang menyebabkan jatuh sakit. Jika lelah, beristirahatlah. Atur pola tidur, beraktivitas tak melampui batas. Anda mesti memiliki perencanaan hidup, menyusun konsep diri, termasuk menyusun daftar peran dan target yang ingin dicapai baik dalam jangka panjang maupun pendek. Misal, jika Anda saat ini masih kuliah, sesibuk apapun mesti memiliki target kapan menyelesaikan kuliah, berapa IP yang mesti Anda capai. Setelah lulus mau apa dan sebagainya.

Aura yang baik,

Buatlah skala prioritas dalam beraktivitas. Salah satu hal yang membantu dalam penentuan prioritas adalah "status hukum" aktivitas tersebut. Status hukum di sini maksudnya wajib, sunah, mubah, dan seterusnya. Yang wajib tentu saja harus diprioritaskan. Termasuk bagaimana Anda mengatur aktivitas untuk diri Anda sendiri. Luangkan waktu khusus untuk untuk menimba ilmu dan mendidik diri, sesibuk apapun Anda. Anda juga harus meluangkan waktu untuk menambah "energi" yang Anda miliki. Sumber energi utama adalah shalat, dzikir dan doa. Sempatkan membaca Al-Qur’an setiap hari, juga berusaha shalat malam. Jika Anda punya hobi tertentu, sekali waktu lakukan. Bila dilakukan dalam porsi yang tepat, hobi bisa menjadi sumber energi yang sangat besar. Dan jangan lupa selalu memohon keberkahan Allah SWT Sang Pemilik Waktu. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---