Page

Papua Merdeka Buka Cabang, Pemerintah Cari Bantahan



Tanpa diduga United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Gerakan Pembebasan Papua Barat mendirikan kantor resmi Jl. Trikora di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (15/2/2016). Peresmian kantor itu bersamaan dengan pertemuan Dewan Adat Papua (DAP).

Pembukaan kantor ini merupakan langkah untuk mendorong referendum Papua ke Perserikatan Bangsa Bangsa PBB. “ULMWP adalah payung perjuangan semua gerakan yang ada di Papua. (Yang ada di Wamena) itu kantor cabang. Kantor pusatnya di Vanuatu," kata Victor Yeimo, Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) kepada CNNIndonesia.com.

KNPB, ujar Victor, juga merupakan salah satu pendiri Gerakan Pembebasan Papua. ”Bukan hanya KNPB, tapi OPM dan semua gerakan yang ada di Papua sekarang bernaung di bawah ULMWP. Wamena akan jadi kantor perjuangan bersama," kata Victor.

Dengan peresmian kantor ini, sekarang ada tiga kantor Gerakan Pembebasan Papua. Selain yang berada di Wamena dan Vanuatu, satu lagi berada di Kepulauan Solomon. Kantor mereka di Solomon baru saja diresmikan Januari awal tahun ini (2016).

Terkait pembukaan kantor tersebut, Presiden Joko Widodo buru-buru membantahnya. Melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi, Jokowi menyatakan pembukaan kantor itu tidak ada. “Saya sudah konfirmasi ke Menko Polhukam bahwa tidak benar membuka perwakilan yang katanya 'disupport'. itu tidak benar," kata Johan di istana Negara, Jakarta, Rabu (17/2/2016)

Bantahan yang sama disampaikan Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cendrawasih, Kolonel inf Teguh Pudji Raharjo. Menurutnya, memang ada pertemuan di gedung kantor Dewan Adat Papua yang berkapasitas 200 orang. ia menepis acara itu dihadiri ribuan orang sebagaimana klaim OPM.

”Berdasarkan informasi intelijen, tak ada pengerahan massa sebanyak ribuan orang. Selain tak ada bukti foto yang menunjukkan adanya kegiatan peresmian tersebut," kata Teguh.

Anehnya, meski pemerintah membantah ada pembukaan kantor ULMWP itu nyatanya Polda Papua menahan dua orang yang dianggap bertanggung jawab atas pembukaan kantor tersebut. Keduanya MH dan EW. "Mereka ini aktor intelektualnya." kata Kapolda Papua irjen (Pol) Paulus Waterpauw kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (18/2/2016) malam.

Kapolda pun meluruskan bahwa kegiatan di Wamena adalah peresmian kantor Dewan Adat Papua (DAP) Kabupaten Jayawijaya yang sebelumnya sempat terbakar. Berdasarkan foto yang didapat, menurutnya Kantor DAP cukup megah.

”Jadi masyarakat pada hari Senin (15/2/2016) lalu membuat syukuran untuk peresmian Kantor DAP. Saya lihat dari fotonya cukup megah kantor tersebut. Saat itu seluruh muspida diundang untuk peresmian kantor itu, hanya karena kesibukan tidak sempat hadir. Acaranya berjalan lancar, kurang lebih 60 orang yang hadir dan tidak banyak," ujarnya.

Menurut Kapolda, kasus pemancangan sebuah tulisan organisasi yang dikenal sebagai ULMWP itu baru diketahui sehari setelah peresmian Kantor DAP. ”Saya lihat itu hanya sebuah pancangan papan saja, yang dipasang di sekitar gedung itu dan kemudian terekspos. Kalau dilihat dari sisi kepentingan oleh beberapa pihak, jelas ini hanya nunut (numpang) untuk memanfaatkan momen itu, tidak ada kekhususan dalam rangka membuka Kantor ULMWP,” tegasnya.

Aksi Makar

Lepas dari bantahan pemerintah, gerakan separatis Papua dengan berbagai benderanya nyata adanya. Mereka memanfaatkan berbagai momentum untuk menunjukkan eksistensinya. Mereka bergerak di luar dan dalam negeri.

Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Yahya Abdurrahman menilai, peresmian kantor ULMWP itu hanya bagian dari strategi umum pemisahan Papua. Ia mengungkapkan, secara umum strategi pemisahan Papua itu ada tiga: Pertama, terus melakukan perlawanan di dalam negeri melalui sayap militer OPM. Langkah ini telah menimbulkan banyak korban baik TNI, polisi, maupun rakyat sipil. Selain itu, mereka pun melakukan aksi non-kekerasan seperti unjuk rasa yang menyuarakan kemerdekaan Papua. Bahkan aksi ini baru-baru ini berlangsung di Jakarta.

Kedua, melalui jalur politik. Gerakan yang dipimpin oleh Benny Wenda -terpidana yang kabur dari LP Abepura tahun 2003- ini mengangkat isu Papua ke dunia internasional. Di antaranya dilakukan dengan membuka kantor organisasi separatis Papua di luar negeri, seperti di Oxford, Inggris pada April 2013; diikuti pembukaan kantor di Belanda, dan Australia serta di Vanuatu dan Kep. Soloman. Menurut Yahya, peresmian kantor ULMWP di Wamena itu juga dimaksudkan sebagai bagian dari internasionalisasi isu Papua.

”Kampanye yang selalu diangkat adalah pelanggaran HAM, penindasan dan ketidakadilan yang diderita rakyat Papua. Mereka juga terus menyuarakan bahwa integrasi Papua ke Indonesia tidak sah,” jelasnya.

Ketiga, terus mendesakkan referendum penentuan nasib sendiri untuk rakyat Papua. Internasionalisasi isu Papua merupakan bagian dari upaya tersebut. ”Strategi Papua melalui Dewan PBB itu sama seperti strategi pemisahan Timor Timur dari Indonesia," katanya menjelaskan.

Korban Berjatuhan

Organisasi Papua Merdeka terus melakukan perlawanan bersenjata. Sasarannya pun beragam, mulai dari anggota TNI, polri, sampai rakyat sipil.

Serangan terbaru terjadi akhir tahun lalu. Mereka menyerang Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua, Ahad (27/12/15). Serangan mendadak ini mengakibatkan tiga polisi tewas dan dua polisi luka tembak. Penyerang pun mengambil tujuh pucuk senjata api dari berbagai jenis beserta amunisi.

Di akhir November, menjelang HUT OPM 1 Desember, dua prajurit TNI tewas di tangan OPM. Saat itu mereka sedang memantau wilayah di Kampung Namuni, Mimika, dengan mengendarai speedboat. Dua anggota TNI selamat setelah menceburkan diri ke sungai dan ditolong oleh penduduk setempat.

Berdasarkan data dari media massa, sepanjang tahun 2014 terjadi puluhan kali insiden penembakan oleh kelompok bersenjata terhadap aparat keamanan (Polri dan TNI), maupun warga sipil. Jumlah korban meninggal dan luka-luka lebih dari 30 orang.

Sebelumnya, serangan mematikan OPM menewaskan delapan anggota TNI dan empat warga sipil. Penyerangan terjadi pada Kamis 21 Februari 2013. Serangan ini terjadi pada pukul 9.30 WIT di Pos TNI di Tingginambut. Daerah ini berjarak 20 km dari Kota Mulia, Puncak Jaya, Papua.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---