11. Memulai peperangan
Di pagi hari Jum’at,
17 Ramadhan,
mereka saling bergerak, sehingga satu sama lain saling mendekat. Kaum musyrikin
memobilisir pasukan mereka. Rasulullah Saw. pun memobilisir pasukannya.
Rasulullah Saw. mengintruksikan kepada pasukannya agar tidak membunuh orang
yang diduga bahwa orang tersebut dibiarkan oleh Rasulullah Saw. tetap tinggal
di Makkah sebagai informan yang memata-matai musuh Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw.
bersabda, “Sungguh aku tahu persis bahwa beberapa orang di antara Bani Hasyim
dan yang lainnya ada yang turut bersama mereka karena terpaksa. Mereka sama
sekali tidak ingin memerangi kita. siapapun dari kalian yang bertemu mereka,
maka kalian jangan membunuhnya. Siapa saja yang bertemu dengan Abu Bakhtari bin
Hisyam bin al-Harits bin Asad, maka ia jangan dibunuh. Siapa saja yang bertemu
dengan al-Abbas bin Abdul Muththalib, maka ia jangan dibunuh. Sebab turut
sertanya mereka itu dikarenakan terpaksa.”
Rasulullah Saw. juga
mengintruksikan para sahabatnya, “Jika mereka telah mengelilingi kalian, maka
pertahankan kalian dengan melepaskan anak panah.” Rasulullah Saw. memerintahkan
agar tidak mengumumkan bahwa mereka akan menyerang kaum musyrikin, sehingga ada
perintah untuk itu.
Ketika beliau melihat
jumlah kaum musyrikin sangat banyak, sedang jumlah kaum muslimin sedikit
sekali, maka putuslah semua cita-cita beliau di bumi ini. Rasulullah Saw.,
yakin jika Allah Swt. tidak menutupi kekurangannya dengan memberinya rahmat,
maka sekarang tidak ada lagi yang akan menolongnya.
Rasulullah Saw.
memasuki tenda dengan ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq. Rasulullah Saw., mulai
berdo’a memohon kemenangan kepada Tuhan yang telah dijanjikan kepadanya, “Ya Allah, jika hari ini kelompok yang kecil ini
Engkan binasakan, maka tidak ada lagi yang menyembah-Mu.” Bahkan, mata
beliau mulai meneteskan air mata dengan do’anya itu, sehingga Abu Bakar sangat
merasa haru melihatnya. Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, sudah cukup kamu
memohon kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Allah pasti memberikan apa yang telah Dia
janjikan kepadamu.”
Dari tengah-tengah
barisan kaum musyrikin tampil ke depan ‘Utbah bin Rabi’ah dengan didampingi
oleh saudaranya Syaibah dan putranya Walid bin ‘Utbah. Sehingga ketika dua
kelompok itu sudah berhadapan, ‘Utbah menantang untuk bertanding, maka majulah
tiga pemuda
dari kaum anshar, yaitu: ‘Auf dan Mu’awwadz keduanya adalah putra Harits dan
Abdullah bin Rawwahah. Namun, ‘Utbah menolak bertanding dengan mereka.
Kemudian ia memanggil,
“Wahai Muhammad, suruh untuk bertanding dengan kami orang-orang yang sebanding
dengan kami dari kaum kami.” Lalu Rasulullah Saw. menyuruh Ubaidah bin Harits,
Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib untuk menghadapinya. Akhirnya
ketiga orang dari kaum musyrikin itu terbunuh di tangan tiga orang dari kaum muslimin.
Kemudian, orang-orang
saling merapat, sehingga perang pun berlangsung dengan sengitnya. Rasulullah
Saw. yang sedang berada dalam tenda benar-benar berdebar, lalu beliau bangkit
dan berkata, “Wahai Abu Bakar, sampaikan kabar
gembira ini, bahwa pertolongan Allah telah tiba. Ini jibril sedang memegang
tali kekang kuda yang ditungganginya berada di antara debu-debu.”
Kemudian, Rasulullah
Saw. meninggalkan tenda, keluar menuju barisan kaum mujahidin, hingga ketika
beliau sudah berada di tengah-tengah mereka. Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam kekuasaannya,
siapapun orang yang hari ini berperang melawan mereka kaum musyrikin, lalu dia
terbunuh dengan sabar dan ikhlas karena Allah semata, maju terus pantang
mundur, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam Surga.”
Umar bin al-Humam yang
di tangannya ada banyak kurma yang sedang dimakannya berkata, “Bakh... Bakh! (Kata yang diucapkan ketika
dalam keadaan sangat kagum) Ternyata tidak ada yang bisa menghilangkan
penghalang antara aku dan Surga, kecuali aku terbunuh oleh mereka kaum
musyrikin.” Kemudian, ia membuang kurma-kurma dari tangannya dan segera
mengambil pedangnya, lalu dengan gagah berani ia memerangi kaum musyrikin
hingga akhirnya ia terbunuh.
Kemudian, Rasulullah
Saw. mengambil segenggam penuh kerikil, lalu krikil itu beliau arahkan pada
kaum kafir Quraisy, beliau berkata, “Hancurkan
mereka!” Beliau meniupkannya pada mereka. Rasulullah Saw.
mengintruksikan para sahabatnya, beliau berkata, “Serbu!”
Sehingga terdengar suara guruh yang mengerikan. Akhirnya, Allah membunuh siapa
saja yang hendak Dia bunuh di antara orang-orang kafir Quraisy yang sang
pemberani, dan menahan siapa saja yang hendak Dia tahan di antara
pembesar-pembesar kaum kafir Quraisy.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press