Page

Muhammad SAW Kecil Diasuh Halimah Sa’diyah



7. Berkah Menyusui Rasulullah Saw. Bagi Bani Sa'ad

Halimah berkisah bahwa dia pergi meninggalkan daerah tempat tinggalnya bersama suaminya al-Harits bin Abdul ‘Uzza dan anaknya yang masih menyusu, yaitu Abdullah bin al-Harits. Sudah menjadi kebiasaan para wanita Bani Sa’ad mencari pekerjaan sebagai tukang menyusui bayi.
Sehingga, ketika musim paceklik tiba dan mereka sudah tidak memiliki apa-apa lagi... Halimah berkata, “Aku mempunyai keledai betina yang warnanya agak hijau dan unta betina yang sudah tua. Demi Allah, unta betina itu tidak menghasilkan susu setetes pun, sehingga kami setiap malam tidak dapat tidur, sebab bayi kami terus menangis karena lapar, air susuku tidak mencukupi, sedang air susu untaku tidak membuat aku kenyang, namun kami terus berharap untuk mendapatkan pertolongan dan kemudahan hidup. Aku pergi mengendarai keledaiku, ketika aku sudah merasa lelah dan kurus karena perjalanan yang sangat jauh, maka sampailah aku di Makkah. Di Makkah aku menawarkan jasa sebagai tukang menyusui bayi. Namun, tidak satupun wanita yang menawarkan bayinya untuk disusukan kepadaku, kecuali satu orang wanita saja, yaitu Aminah yang menawarkan Rasulullah (Muhammad) Saw. Awalnya, aku tidak mau menerimanya, sebab dia itu yatim, sedang aku berharap mendapatkan bayi yang ayahnya masih ada (hidup). Sebab, kalau anak itu yatim, apa yang akan diperbuat oleh ibu dan kakeknya, aku tidak suka itu. Melihat semua wanita dari Bani Sa’ad sudah mendapatkan bayi untuk disusuinya, kecuali aku, maka ketika kami hendak kembali, aku berkata pada suamiku, Demi Allah, aku tidak ingin pulang tanpa membawa bayi yang akan aku susui. Demi Allah, aku akan pergi mengambil bayi yatim itu. Suamiku berkata, Lakukanlah, mudah-mudahan Allah memberi kita berkah dengan adanya bayi itu.”

Halimah berkata, “Aku pun pergi mengambil bayi yatim itu. Setelab aku ambil, aku gendong dia menuju kendaraanku. Ketika aku taruh dia di pangkuanku, maka air susuku menjadi deras, sehingga dia dan saudaranya dapat minum dengan puas, lalu keduanya tidur. Kami pun dapat merasakan tidur nyenyak yang tidak pernah kami rasakan sebelumya. Dan ketika suamiku pergi melihat unta betina kami, maka ia mendapatinya sedang air susunya penuh. Lalu suamiku mengambil air susunya untuk kami minum bersama-sama hingga kami merasa puas dan kenyang. Itulah malam pertama yang kami lalui dengan penuh kebaikan dan kebahagiaan.”

Halimah berkata, “Ketika pagi suamiku berkata: Ketahuilah! Hai Halimah, sungguh kamu telah mengambil manusia pembawa berkah.” Aka berkata: Demi Allah, memang itu yang aku harapkan.” Kemudian kami pergi. Sedang aku dan bayi yatim yang aku bawa menunggang keledaiku. Demi Allah, keledaiku mampu menempuh perjalanan yang tidak dapat dilakukan oleh keledai-keledai yang lain, sehingga teman-temanku berkata kepadaku: “Hai anak perempuan Abi Duaib, lihatlah kami, tidakkah ini keledaimu yang kamu tunggangi sebelumnya?” Aku berkata: “Tentu, keledai ini adalah keledai yang aku tunggangi sebelumnya.” Mereka berkata: “Demi Allah, keledaimu sekarang lain daripada yang lain.” Tidak lama kemudian, kami pun sampai di rumah di daerah Bani Sa’ad. Tanah di daerah Bani Sa’ad meupakan tanah yang paling gersang yang ada di bumi Allah ini. Namun, ketika kami sampai di rumah, kami dapati kambing-kambing kami sudah kenyang dan putingnya penuh dengan susu, lalu memerasnya dan meminumnya. Sedang kambing-kambing tetanggaku tidak didapati setetespun air susu di putingnya. Sehingga mereka berkata kepada tukang gembalanya: “Gembalakanlah kambing-kambing ini di mana kambing-kambing anak perempuan Abi Duaib digembalakan.” Meski demikian, kambing-kambing mereka pulang dalam keadaan masih lapar dan putingnya tidak berisi air susu setetespun. Sedang kambing-kambing kami pulang dalam keadaan kenyang dan putingnya penuh dengan air susu.”

“Kami senantiasa mendapatkan tambahan kebaikan dari Allah hingga Muhammad berumur dua tahun dan aku menyapihnya. Muhammad mengalami pertumbuhan yang sangat cepat tidak seperti anak-anak yang lain. Ketika umurnya masih belum mencapai dua tahun dia sudah kelihatan sebagai anak yang kekar dan kuat. Kami kembalikan dia pada ibunya. Padahal kami masih sangat ingin dia tinggal bersama kami, sebab kami melihat berkah yang ada padanya. Kami memohon kepada ibunya, agar mengijinkan Muhammad tetap tinggal bersama kami hingga besar dan kuat, dan dia mengijinkannya.”

Dengan demikian kami yakin bahwa berita tentang Muhammad dan berkahnya terhadap keluarga rumah yang ditempatinya telah tersebar ke seluruh penjuru daerah (pedalaman). Tersebarnya berita itu dikuatkan dengan perintah para orangtua kepada para anaknya, “Gembalakanlah kambing-kambing kalian di mana kambing-kambing Halimah digembalakan.” Ketika kambing-kambing mereka pulang keadaannya tetap seperti semula, sedang kambing-kambing Halimah pulang dalam keadaan kenyang. Melihat hal itu, pasti timbul dalam diri mereka beribu-ribu pertanyaan untuk mengetahui rahasianya. Sebab keadaan Halimah tidak pernah mengalami perubahan, kecuali setelah masuknya anak ini (Muhammad) ke dalam rumahnya. Semua ini berpengaruh dalam menarik perhatian masyarakat pedalaman terhadap Muhammad Saw. sejak dini.

8. Muhammad Dibelah Dadanya Dan Dikembalikan Pada Keluarganya

Kejadian tentang dibelahnya dada Muhammad, maka kami serahkan kepada Halimah as-Sa’diyah untuk menceritakannya, sebab dialah orang yang paling tahu tentang hal itu.
Halimah berkisah, “Beberapa bulan setelah Muhammad aku bawa kembali ke daerah pedalaman, dia bersama saudaranya -Abdullah bin al-Harits putra Halimah-dan beberapa anak kambing sedang berada di belakang rumah, tiba-tiba saudaranya datang kepada kami dalam keadaan tegang dan tergopoh-gopoh, lalu dia berkata, “Saudaraku orang Quraisy itu diambil dua orang lelaki berpakaian putih-putih, kemudian kedua orang itu membaringkannya dan lalu membelah dadanya, selanjutnya kedua orang itu mengacak-acak isi perutnya.” Mendengar itu semua, maka aku dan ayahnya segera keluar, ternyata kami mendapati Muhammad dalam keadaan berdiri sedang wajahnya tampak lemah dan pucat, lalu dengan cepat kami memeluknya. Kami bertanya, “Apa yang terjadi pada dirimu, wahai anakku?” Dia berkata, “Telah datang kepadaku dua orang lelaki berpakaian putih-putih, lalu aku dibaringkan dan perutku dibelah, terakhir keduanya menaruh sesuatu ke dalam perutku, namun aku tidak tahu apa itu?”

“Setelah kami kembali ke rumah, suamiku berkata, “Wahai Halimah, aka khawatir anak ini akan terkena musibah, maka lebih baik kita kembalikan saja, sebelum musibah itu menimpanya.” Kami gendong dia untuk dikembalikan kepada ibunya. Ibunya berkata, “Mengapa kamu kembalikan Muhammad, hai Halimah, padahal kamu sangat merasa senang jika dia tetap tinggal bersamamu?” Aku berkata, “Allah telah menjadikan dia besar, dan telah lama hidupnya dihabiskan bersamaku, namun sekarang aku takut dia tertimpa musibah, untuk itu aku kembalikan dia kepadamu, meski aku sangat mencintainya.” Ibunya berkata, “Apakah kamu takut dia akan dikerjai setan?” Aku berkata, “Ya.” Ibunya berkata, “Jangan takut, demi Allah, tidak ada jalan bagi setan untuk mengerjainya, sebab putraku akan memiliki kedudukan penting, maukah kamu aku beritahu berita tentang dia.” Aku berkata, “Tentu aku mau.” Ibunya berkata, “Ketika aku mengandungnya, aku melihat dariku keluar cahaya yang menerangi Istana Bushra di daerah Syam, dan aku tidak merasakan ada beban sedikitpun ketika aku mengandungnya, sedang di saat dia lahir, dia meletakkan kedua tangannya di bumi, sementara kepalanya dihadapkan ke langit. Karena itu, biarkanlah dia tetap tinggal bersamamu hingga besar.”
Dengan demikian, Rasulullah Saw. tinggal bersama Halimah selama empat tahun, dan setelah itu baru dia dikembalikan kepada ibunya di Makkah.

Kejadian tersebut merupakan salah satu bentuk di antara bentuk-bentuk persiapan yang dilakukan oleh Allah terhadap Muhammad Saw. sebab dia akan menjadi Nabi sekaligus pemimpin bagi semua umat.

Kami katakan bahwa pembelahan dada ini merupakan upaya untuk menarik perhatian, sehingga pribadi Muhammad menjadi sorotan sebagai introduksi sebelum Muhammad menerima kepemimpinan, dan agar manusia selalu ingat bahwa Muhammad tidak sama dengan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia sudah tahu tentang keistimewaan Muhammad sejak bayi hingga beliau menyusu pada Halimah.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press