Page

Tampilnya Muhammad SAW Dalam Pembangunan Kembali Ka'bah


16. Tampilnya Muhammad Saw. dalam Membangun Ka'bah

Ka’bah merupakan bangunan yang terbuat dari batu yang tersusun tanpa menggunakan perekat tanah liat. Orang-orang Arab takut merusaknya, meski untuk dibangunnya kembali. Keadaan seperti ini terus berlangsung hingga terjadi banjir besar. Melihat itu mereka takut ada air yang masuk ke dalam Ka’bah, maka mereka bersepakat untuk menghancurkannya dan membangunnya kembali. Pada saat yang bersamaan, perahu pedagang asal Romawi yang berlayar menuju Jeddah terdampar di Makkah. Sehingga pecahan kayu dari perahu yang terdampar itu mereka buat sebagai langit-langit Ka’bah. Waktu itu di Makkah ada tukang kayu berkebangsaan Qibthi (Mesir), maka setelah semua kebutuhannya siap, mereka sepakat untuk menghancurkannya dan membangunnya kembali.
Lalu berdirilah Abu Wahhab bin Amru bin A’iz bin Abdu bin Amran bin Mahzum mengambil batu dari Ka’bah. Menurut mereka, batu itu melompat dari tangannya hingga kembali ke tempatnya semula. Dia berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, jangan kalian campurkan dalam membangun Ka’bah dari hasil usahamu, kecuali yang baik. Jangan dicampurkan pula uang hasil melacur dan uang hasil usaha apapun yang diperoleh dengan cara zhalim.”

Membangun Ka’bah merupakan kemulyaan terbesar. Untuk itu, orang-orang Quraisy ingin kemulyaan itu mereka rasakan bersama. Sehingga dalam membangun Ka’bah mereka membagi tugas sebagai berikut: Bani Abdi Manaf dan Bani Zuhrah ditugaskan membangun bagian pintu; Bani Mahzum dengan dibantu beberapa suku Quraisy lainnya ditugaskan membangun bagian antara ruknul aswad (sudut hitam) dan ruknul yamani (sudut yamani); Bani Jumah dan Suham ditugaskan membangun permukaan Ka’bah; sedang Bani Abdul Dar bin Qushai, Bani Asad bin Abdil Uzza, dan Bani Adi bin Ka'ab ditugaskan membangun bagian pondasi.

Meski demikian, mereka masih takut untuk menghancurkan Ka’bah. Sehingga berkata al-Walid bin al-Mughirah, “Saya yang akan memulai menghancurkan Ka'bah.” Kemudian dia mengambil cangkul dan lalu berdiri di atas Ka’bah sambil berdoa, “Ya Allah, kami tidak berharap, kecuali kebaikan.” Setelah itu, baru dia menghancurkan dua sudut Ka’bah.
Pada malam itu mereka berjaga-jaga, mereka berkata, “Kita lihat dulu. Jika kita mendapatkan musibah, berarti kita dilarang menghancurkannya, sedang yang terlanjur kita rusak, kita kembalikan lagi ke tempatnya semula. Jika kita tidak mendapatkan musibah, berarti Allah merestui apa yang kita perbuat dan kita akan menghancurkannya.”
Malam berlalu, pagi pun tiba. Al-Walid datang mendahului yang lainnya untuk meneruskan pekerjaannya. Ketika ia mulai menghancurkannya, orang-orang pun ikut menghancurkannya, sehingga yang mereka hancurkan mencapai pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as. Semua suku dari suku Quraisy mengumpulkan batu untuk membangun Ka’bah. Setiap suku mengumpulkan batu sebanyak-banyaknya.
Setelah pembangunan kembali Ka’bah sampai pada tahap meletakkan Hajar Aswad, mereka berselisih, masing-masing suku merasa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Perselisihan semakin memanas hingga mereka siap untuk berperang. Namun, tidak lama kemudian mereka berdamai dan akan menyerahkan keputusannya kepada orang yang pertama masuk dari pintu masjid ini.
Ternyata orang yang pertama masuk adalah Muhammad Saw. Ketika mereka melihatnya, mereka berkata, “Ini al-amin, kami semua senang dengannya." Setelah mereka selesai menceritakan apa yang terjadi di antara mereka, maka Muhammad Saw. berkata, “Beri aku sorban.” Mereka pun memberi Muhammad Saw. sorban. Kemudian Muhammad Saw. mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di atas sorban, lalu berkata, “Sekarang masing-masing suku memegang ujung sorban, selanjutnya kita angkat bersama-sama.” Mereka melakukannya hingga Hajar Aswad sampai di tempatnya. Seterusnya Muhammad Saw. yang menaruhnya dan yang membangunnya.

Dengan demikian, Muhammad Saw. menjadi perhatian, bahkan mereka tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Mereka menganggap itu semua bukti akan kecerdasan dan kepiawaiannya dalam menyelesaikan berbagai krisis. Sehingga kejadian itu menjadi bekal yang akan membantu Muhammad Saw. di masa yang akan datang, ketika Muhammad Saw. mengajak manusia ke jalan Allah, dan di saat Muhammad Saw. menerima tongkat kepemimpinan Negara Islam.

Yang patut diingat bahwa orang-orang Quraisy membatasi perhatiannya dalam membangun Ka’bah pada pondasi-pondasi yang dibangun Ibrahim mulai dari arah Hijir Ismail. Oleh karena itu, orang yang melakukan thawaf di Ka’bah saat ini harus memasukkan Hijir Ismail dalam thawafnya, sebab ia termasuk bangunan Ka'bah. Rasulullah Saw. tidak menemukan hal yang penting untuk menghancurkan Ka’bah sekali lagi -setelah sempurna pembangunannya di Makkah. Sebab, berdasarkan ajaran Islam, Ka’bah tidak hanya sekedar batu dan tanah, namun menjadi lambang persatuan dan kesatuan, serta arah dan tujuan (kiblat) bagi seluruh kaum muslimin.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press