Page

Kepolisian Di Era Khilafah ‘Utsmani



Pada zaman Khilafah 'Utsmaniyah, tugas kepolisian dibebankan kepada Aga Mustahfadhan, dia seperti kepala kepolisian, dan wali yang kedudukannya seperti gubenur. Mereka diawasi oleh perwira yang disebut Udhbasyiyah dan Qalqat. Sebagian dari mereka yang memimpin divisi kepolisian, yang juga disebut Qalqat. Mereka dibantu oleh sebagian tentara dan peronda.

Di luar wilayah ibukota, tugas kepolisian ini diserahkan kepada para penguasa daerah, yang disebut Kasysyaf dan Shanajiq, mengikuti tugas kemiliteran, administrasi dan keuangan. Khilafah 'Utsmaniyah sangat terkenal dengan sistem Jundiramah, dan sistem reserse yang disebut Bashshashin.

Di Suriah, misalnya, ada Bulis Mu'awini, atau pembantu polisi. Pasukan ini diambil dari polisi-polisi yang ada di Damaskus dan daerah-daerah lain yang berdekatan dengan Damaskus. Tetapi, karena jumlahnya tidak cukup untuk menjaga keamanan kota, maka komando militer Damaskus menugaskan setiap harinya satu regu, yang terdiri dari 40 tentara, setiap empat orang di antara mereka ditugasi keliling di jalan-jalan Damaskus hingga tengah malam untuk menjaga keamanan.

Di Aljazair, misalnya, penduduknya bisa menikmati keamanan yang diberikan oleh polisi yang bertugas di beberapa tempat. Kepolisian di Aljazair dibagi menjadi dua bagian: kepolisian khusus yang diisi oleh Turki, Kirgil dan kepolisian khusus dari penduduk setempat. Karena begitu tegas dan kerasnya kepolisian Khilafah ‘Utsmaniyah di Aljazair ini, maka para pelaku kriminal, seperti pembunuhan, misalnya, nyaris tidak ada.

Syawisy adalah polisi yang tidak dipersenjatai, dan untuk menangkap pelaku kriminal, hanya menggunakan kekuatan fisik dan skill. Bukti terbaik adalah kesaksian yang diberikan oleh Konsul Amerika di Aljazair, William Chalz (1816-1824 M), sebagaimana dalam memoarnya, ”Saya meyakini, bahwa tidak ada kota lain di dunia ini, di mana polisi menunjukkan kinerja yang luar biasa melebihi apa yang ditunjukkan oleh kepolisian Aljazair, yang nyaris tidak pernah lengah terhadap kejahatan. Sebagaimana tidak ada wilayah lain yang penduduknya bisa menikmati keamanan yang begitu besar.”

Testomoni ini merupakan bukti terbaik di era itu tentang tingkat keamanan yang luar biasa. Hal yang senada juga pernah disampaikan oleh pemuka Kristen, yang pernah menjadi perwakilan Suriah di PBB, tentang tingkat keamanan yang begitu luar biasa di wilayah itu. Karenanya, nyaris para hakim tidak mempunyai pekerjaan yang ditangani dalam menyelesaikan kasus-kasus kriminal.

Kirgil adalah polisi berdarah Aljazair, dari ayah Turki yang notabene tentara, dan ibu Aljazair. Syawisy adalah divisi dari kepolisian yang mengikuti penguasa daerah.

Secara umum, kepala kepolisian di ibukota khilafah diangkat dan diberhentikan oleh khalifah, atau diserahkan kepada pembantunya. Sedangkan di daerah, wali-lah yang memilih kepala kepolisian di daerahnya, kecuali jika khalifah mengangkatnya sendiri. Dalam kondisi seperti ini, wali tidak bisa memberhentikannya, kecuali dengan seizin khalifah. Kecuali, jika kepala kepolisian tersebut melakukan berbagai tindakan yang tidak bisa dipertahankan.

Pada zaman Khilafah 'Utsmani, kebanyakan polisi ini diangkat dari bekas budak yang memberikan pengabdiannya dengan tulus kepada penguasa. Di dunia militer, mereka dikenal dengan nama Yennisari, atau Inkisari. []har

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 187
---