Page

Ramadhan, Momentum Perubahan Bagi Pengusaha


Sudah berapa lama Anda berbisnis? Sudahkah Anda memperhatikan dan menilai apakah bisnis Anda sudah benar dalam kacamata Islam? Atau selama ini Anda hanya mementingkan keuntungan tanpa memperhatikan cara-cara yang Anda lakukan?

Pengusaha adalah manusia, sama seperti lainnya. Sebagai seorang pengusaha yang beriman, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk memperhatikan selalu apa yang telah kita diperbuat untuk hari esok (akhirat). "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Rasululllah SAW dalam sebuah hadist riwayat Buhkari No. 2083 bersabda: “Akan datang pada manusia suatu zaman, di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta apakah dari usaha yang halal atau haram."

Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majjah disebutkan: ”Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman, ketika tidak tersisa seorangpun kecuali memakan riba. Yang tidak memakan ribu pun akan terkena debu riba.”

Padahal Allah SWT telah tegas melarang melakukan transaksi riba dan memakan harta dengan cara yang batil. Allah berfirman: "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (TQS Al Baqarah: 275).

Sebaliknya, Rasulullah SAW mewajibkan untuk mencari harta yang halal sebagaimana sabda beliau: "Mencari yang halal diwajibkan bagi setiap Muslim" (HR. Thabrani).

Pantaslah Allah SWT selalu memerintahkan kepada kita semua termasuk para pengusaha untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dalam setiap waktu dan setiap kesempatan. Syeikh Abu Jabir al Jazairi di dalam Aysar at Tafasir menjelaskan Firman Allah SWT QS. Al Baqarah 183: 'La'allakum tattaqun': yakni agar dengan puasa Allah mempersiapkan kalian untuk bertakwa yaitu melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganNya.

Dan firman Allah “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok": maksudnya hisablah diri kalian sebelum dihisab oleh Allah. Dan lihatlah apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sendiri berupa amal sholeh untuk hari kemudian dan pada saat bertemu dengan Rabb Kalian.

Selanjutnya “Bertaqwalah kepada Allah” merupakan penegasan kedua. "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Apa yang telah kamu kerjakan” maksudnya ketahuilah bahwa seusungguhnya Allah mengetahui seluruh perbuatan dan keadaan kalian. Tidak sedikitpun tersembunyi dari-Nya baik perkara kecil maupun besar.

Dalam berbinis pun terkait surga dan neraka sebagaimana disebutkan dalam HR Tirmidzi: “Padagang yang jujur dan amanah, akan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada."

Ingatlah bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta penanggungjawaban oleh Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam salah satu surat dalam An Nahl 93 yaitu: “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu ummat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.”

Kepada para pengusaha, marilah momentum Ramadhan ini kita melakukan introspeksi diri atas segala perbuatan yang telah kita lakukan dalam kaitannya dengan bisnis yang telah kita Jalankan. Marilah kita bertaubat dengan taubatan nasyuha. Diri kitalah yang harus berusaha tahu apakah upaya yang kita lakukan sudah sesuai dengan perintah Allah atau sebaliknya justru telah jauh dari ketentuan-ketentuan syariah Allah.

Kita luruskan niat untuk kembali kepada jalur bisnis yang benar yaitu mengikuti aturan-aturan syariah Islam. Mari jadikan halal dan haram sebagai standar hidup kita.

Mari kita menjadi pengusaha yang masuk Islam secara kaffah. Ke-kaffah-an ini berarti Islam tidak hanya dalam masalah ibadah tapi dalam seluruh aktivitas kita termasuk dalam hal bisnis kita. Saatnya mengubah paradigma hidup kita untuk menjadi pengusaha sejati yang taat pada aturan Ilahi.

Lebih dari itu, para pengusaha harus menjadi penyokong bagi tegaknya Islam kaffah yang nantinya akan menyediakan lahan bisnis yang sesuai syariah. Maka pengusaha Islam sejati tidak akan nyaman dan ridha dengan sistem kehidupan sekuler berlaku sekarang karena sistem itu justru banyak mendorong kepada pelanggaran atas aturan Ilahi Rabbi.

Wahai pengusaha, mari tekadkan diri menjadi pengusaha pelopor perubahan menuju pelaksanaan Islam kaffah yang itu hanya terwujud dalam naungan khilafah. []

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 176, Juni-Juli 2016
---