Page

Merayakan Hari Raya Dengan Parade Militer


Hari raya memang identik dengan kemeriahan. Namun, ada yang menarik, dan belum pernah dilakukan oleh para khalifah sebelumnya, dan baru pertama kali dilakukan oleh Khilafah Bani Umayyah, yaitu parade. Inilah untuk kali pertama dalam sejarah Khilafah Islam, dilakukan parade kuda untuk merayakan hari raya.

Perubahan besar ini terjadi ketika Khilafah Bani Umayyah untuk pertama kalinya menggelar perayaan besar-besaran. Perlu dimaklumi, era Khilafah Bani Umayyah ini juga dikenal sebagai era penaklukan. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Innama ju'ila ar-rizq tahta dhilli as-suyuf [rezeki itu dijadikan di bawah bayang-bayang pedang].” Penaklukan demi penaklukan telah mendatangkan kekayaan yang berlimpah bagi negara.

Maka, saat hari raya, yang merupakan momentum kegembiraan, kebahagiaan dan kemeriahan, ditunjang dengan kekayaan negara yang berlimpah, di era Khilafah Bani Umayyah inipun untuk pertama kalinya hari raya dirayakan sedemikian rupa. Dengan pakaian, wangi-wangian, lomba pacuan kuda, dan berbagai macam kemeriahan yang lainnya.

Hari raya ini juga menampilkan parade kuda yang diikuti khalifah dan para wali. Parade seperti ini sebenarnya sudah lazim di zaman Jahiliyah, tetapi ketika Nabi dan Khulafa' Rasyidin memerintah, mereka berjalan layaknya rakyat biasa, tanpa pengawal di depan mereka, tanpa penjaga di belakang mereka. Tetapi, ketika muncul kasus pembunuhan terhadap para khalifah, sebagaimana yang dialami oleh 'Umar, ‘Utsman dan 'Ali, Mu'awiyah pun berpikir untuk meninggikan pembatas di depannya, yang digunakannya untuk shalat, menghindari terulangnya kasus yang menimpa para khalifah sebelumnya. Tindakan Mu’awiyah inilah yang kemudian ditiru dan diikuti oleh para wali (gubernur)nya.

Sejak saat itu, parade kuda, atau bisa juga disebut parade militer menjadi cara baru yang didemonstrasikan oleh para wali dan khulafa' dari Khilafah Bani Umayyah saat hari raya. Selain kemeriahan, acara ini juga untuk membangun efek psikologis [takut dan gentar] kepada orang-orang yang berusaha mengancam keselamatan sang khalifah. Itulah pesan di balik parade kuda tersebut.

Parade ini tidak sekadar parade, bahkan kemudian diikuti dengan lomba pacuan kuda. Pacuan kuda juga menjadi salah satu media hiburan yang paling menonjol di masyarakat Arab Islam. Terutama di era Hisyam bin 'Abdul Malik. Hisyam bahkan telah mendirikan banyak arena pacuan kuda. Di zamannya, bahkan ada 4.000 kuda para penguasa yang mengikuti pacuan. Salah satu kuda yang paling terkenal adalah Zaid.

Bahkan Khalifah al Walid bin Yazid, putra Yazid bin Mu'awiyah, sangat menggemari pacuan kuda. Dia sendiri sampai mempunyai koleksi banyak kuda. Kuda al Walid yang paling kencang dan jagoan adalah Sindi. Tempat pacuan yang paling favorit ketika itu adalah Rashafah, di Syam. Sebaliknya, khalifah yang paling tidak suka dengan pacuan kuda adalah 'Umar bin 'Abdul Aziz. Di zamannya, ada instruksi kepada seluruh wali untuk melarang pacuan kuda yang tidak dibenarkan secara syar'i.

Begitulah, hari raya dan parade kuda para khalifah dan wali di era Khilafah Bani Umayyah menggambarkan uniknya perayaan hari raya di masa itu. []

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 176, Juni-Juli 2016
---