Page

Perjuangan Umat


 

Islam Moderat merupakan istilah yang tidak memiliki akar historis maupun syar’iy dalam sistem Islam, tetapi merupakan bagian kampanye ideologi AS dan para pendukungnya dalam kampanye deradikalisasi maupun anti terorisme. Jadi jelaslah bahwa upaya mengusung (kampanye) Islam Moderat tidak berdiri sendiri, tetapi bagian dari skenario besar dominasi Barat atas dunia muslim dengan perancangan yang detail dan sistematis, melibatkan berbagai komponen pendukung dan memetakan berbagai komponen kendala. Istilah Islam radikal dimunculkan sebagai pijakan legal untuk memunculkan istilah Islam Moderat. Kampanye Islam Moderat bernuansa ideologis untuk menjegal perjuangan penegakan Syariah dan Khilafah, menjauhkan umat dari pejuang Islam, membuat polarisasi umat Islam dan merupakan metode pecah-belah atas umat Islam.

boleh jadi, ketika fikrah, gagasan dan konsep Khilafah tersebut disampaikan dengan terbuka dan detail, sementara metode yang digunakan untuk mewujudkannya tidak pernah dijelaskan kepada umat, maka umat hanya akan mendukung fikrah, gagasan dan konsep Khilafah-nya, tetapi pada saat yang sama mereka tidak akan mau berjuang untuk menegakannya, atau mau berjuang untuk menegakkannya, tetapi dengan cara yang salah. Bahkan yang lebih berbahaya adalah jika ada pihak-pihak yang berusaha membajak perjuangan Khilafah untuk kepentingan mereka. Karena itu, selain fikrah, gagasan dan konsep Khilafah tersebut, kita juga harus menyampaikan kepada umat secara terbuka, bagaimana metode untuk menegakkannya.
Mengapa? Pertama: agar umat mengetahui jalan yang benar dalam memperjuangkannya. Dengan begitu, tidak ada alasan untuk tidak memperjuangkannya. Mereka juga tidak akan bisa dibajak oleh siapapun, dan untuk kepentingan apapun. Kedua: perjuangan ini merupakan perjuangan jangka panjang. Karena itu, ketika generasi satu meninggalkan generasi berikutnya, perjuangan ini tetap bisa diteruskan, bukan mengulang hal yang sama, tetapi melanjutkan apa yang telah dilalui oleh generasi sebelumnya. Dengan begitu, perjuangan ini tidak akan berjalan di tempat, apalagi mundur ke belakang, tetapi terus maju dan maju. Ketiga: di luar semuanya itu, karena kita mengikuti tuntunan Rasulullah saw.

Dengan kemauan untuk taat yang ditempa selama bulan Ramadhan, sesungguhnya puasa—bila benar-benar dihayati—akan menjadi bekal yang sangat berharga guna membentuk karakter penting dalam diri seorang Muslim. Dari pribadi-pribadi yang taat inilah semangat perjuangan bisa dilecut sehingga bangunan khayru ummah bisa diwujudkan kembali.
Islam juga tidak akan pernah meraih kejayaan selama lebih dari 700 tahun yang oleh para sejarahwan disebut sebagai the golden age bila Rasulullah Muhammad dan para sahabat serta para pejuang sesudahnya tidak memiliki tekad dan kemauan serta semangat membaja untuk berjuang menyebarkan risalah Islam. Peran Ramadhan sebagai bulan pembentuk kemauan dan semangat perjuangan secara faktual ternyata memang terbukti. Bahkan banyak peristiwa besar pada masa lalu terjadi dalam bulan Ramadhan. Perang Badar terjadi dalam bulan Ramadhan. Penaklukkan Makkah atau Fathu Makkah juga terjadi pada bulan Ramadhan. Yang sangat monumental, yaitu penaklukkan Andalusia juga terjadi pada bulan Ramadhan. Meski bukan terjadi pada bulan Ramadhan, Konstantinopel. ibukota Romawi Timur, yang ketika itu dianggap sebagai negara yang memiliki kemampuan militer dan pertahanan paling kuat toh akhirnya berhasil juga ditaklukkan pada tahun 1453 setelah upaya tak kenal lelah yang didorong oleh kemauan dan semangat luar bisasa untuk menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia selama lebih dari 700 tahun! Yang istimewa, pada hari penaklukan itu, Panglima Muhammad al-Fatih ternyata juga memerintahkan pasukannya untuk berpuasa!
Nah, selama sebulan Ramadhan lalu umat Islam terus-menerus ditempa jiwa dan karakternya untuk menjadi pribadi yang mulia, yakni pribadi yang memiliki kemauan untuk taat, semangat perjuangan serta optimisme untuk meraih keberhasilan. Jadi, sekali lagi, bila dihayati dengan sungguh-sungguh, puasa Ramadhan semestinya akan memberikan efek luar biasa kepada seorang Muslim dan umat Islam secara keseluruhan, yaitu berupa kemauan untuk meraih kembali derajat khayru ummah yang didorong oleh semangat material dan non-material. Maka dari itu, mestinya setelah bulan Ramadhan, dakwah makin marak dan semangat perjuangan makin menggelora. Seiring dengan itu, kemaksiatan makin meredup. Namun, bila itu tidak terjadi, berarti puasa Ramadhan tidak memberikan efek apa-apa. Yang bersisa cuma rasa lapar dan dahaga saja. Umat tetap saja terpuruk, kalah dan menjadi pecundang di segala bidang.

Memang memperjuangkan kembalinya khilafah adalah persoalan yang berat. Tapi itulah konsekuensi dari cita-cita besar yang sangat penting. Tentu membutuhkan kerja yang besar , kecerdasan yang tinggi, pengorbanan yang besar sekaligus kesabaran yang super. Karena itu kita tidak boleh pesimis apalagi menganggap perjuangan ini utopis. Modal utama dari keberhasilan perjuangan ini adalah keyakinan yang kuat (aqidah Islam).

Perjuangan menegakkan Khilafah sudah mulai begitu Khilafah dihapuskan pada 1924. Di Hejaz tahun 1925 dan 1926 sempat diadakan konferensi Khilafah. Namun, gaung perjuangan ini tertutupi situasi dunia saat itu: Depresi Ekonomi 1930-an, Perang Dunia ke-2, berdirinya Negara Zionis Israel, upaya melepaskan diri dari penjajahan pada negeri-negeri Muslim di era 1960-an, dan Perang Dingin dari tahun 1960-1970-an.
Perkembangan HT di sejumlah negara dapat dijadikan barometer untuk membuat peta perjuangan penegakan khilafah di seluruh dunia. Untuk pemetaan ini kita bagi menjadi tiga: HT di dunia Arab, di dunia Muslim non-Arab dan di dunia Barat.
Pelarangan, penangkapan dan penyiksaan yang dihadapi Hizbut Tahrir di berbagai kawasan merupakan konsekuensi dari keteguhan aktifis HT dalam memperjuangkan syariah dan Khilafah untuk menghapuskan penjajahan Kapitalisme di Dunia Islam. Tindakan represif juga terjadi karena sikap HT yang tidak menerima sikap kompromi dengan konsisten mengoreksi para penguasa negeri Islam yang diktator dan menjadi kaki tangan negara-negara imperialis Barat. Perlu dicatat, dalam perjuangannya Rasulullah saw. juga mengalami hal yang sama.
Melihat tantangan yang akan membahayakan hegemoninya, Barat tentu tidak tinggal diam. Mereka mencoba membendung perjuangan Khilafah dengan beberapa cara.