Page

Pemerkosaan Tinggi Tanpa Kekuasaan Islam


 

Pemerkosaan juga banyak terjadi selama awal 2014. Di Lampung kasus pemerkosaan atas seorang gadis oleh belasan laki-laki belum juga kelar. Di Jakarta seorang wanita dinodai oleh empat orang petugas Trans Jakarta di halte Harmoni. Percobaan perkosaan juga terjadi atas seorang mahasiswi di Jakut. Sementara di Bandung, seorang mahasiswi mengalami perkosaan pada 27/1.

Sementara dengan penerapan sistem ‘uqubat Islam, rasa keadilan bisa diraih. Orang yang terbukti berzina, jika belum pernah menikah dihukum jilid seratus kali, dan jika pernah menikah maka dirajam hingga mati. Pemerkosa harus dijatuhi dengan sanksi ini dan bisa ditambah sanksinya sebab selain berzina, juga disertai kekerasan. Pelaksanaan hukuman itu harus disaksikan oleh khalayak.

Sejak tahun 1990an, Rohingya Muslim dari Arakan utara telah terkurung dalam jaringan keamanan di mana mereka tunduk pada pembatasan ekstrim atas gerak mereka, yang mencegah mereka untuk mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, pendidikan dan pekerjaan. Ringkasan eksekusi, pemerkosaan, pemerasan, pekerjaan paksa dan pelanggaran HAM lainnya, yang sebagian besar dilakukan di tangan pasukan keamanan Negara merupakan suatu hal yang lumrah.

Seperti halnya di Suriah, Myanmar, dan pembantaian-pembantaian lain atas umat ini adalah perempuan dan anak-anak yang menanggung beban pertumpahan darah ini. Mereka telah menjadi objek tindakan yang paling mengerikan, tak terkatakan, dan biadab yang bahkan terlalu menyakitkan untuk sekedar diucapkan namun harus ditunjukkan kepada perhatian dunia. Mereka telah disiksa, ditembak, dibacok hingga tewas, tubuh mereka dimutilasi dan dibakar, anak-anak telah dipenggal, bayi-bayi dibantai, dan saudari-saudari kita mengalami pemerkosaan dan kejahatan dalam bentuk yang paling mengerikan secara terus menerus, menggemakan kembali kekejaman genosida di Rwanda pada tahun 1990. Anak-anak telah menyaksikan pemandangan yang mengerikan yang tidak seorang anak pun yang pantas lihat, suatu kondisi yang hanya dapat digambarkan sebagai neraka di bumi. Pejabat UNICEF di wilayah ini “merasa takut dengan kekejaman dan impunitas dimana anak-anak dibunuh dan dimutilasi”. Mereka juga menyatakan bahwa anak-anak sedang “menjadi sasaran langsung dalam serangan balas dendam yang mengerikan hanya karena agama mereka”.

Ini hanyalah puncak gunung es dari kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap saudara-saudara kita kaum Muslimin di Republik Afrika Tengah, yang dilakukan oleh para salibis yang penuh kedengkian, musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin. Dibunuh dengan cara paling brutal, dipukuli secara menyakitkan hingga mati, dipotong organnya, dibakar hidup-hidup, dimutilasi dan dimakan mentah-mentah, merupakan potret dari situasi yang terjadi. Itulah gambaran yang dihadapi kaum Muslimin di sana, di bawah kerjasama Perancis, kolusi internasional, dan kehinaan para penguasa muslim. Kondisi kaum Muslimin di Afrika Tengah mirip seperti kondisi kaum Muslimin di Sebrenica pada tahun 1995, dimana lebih dari 8.000 rakyat sipil dibunuh dan pemerkosaan terhadap wanita-wanita Bosnia secara terorganisir dilakukan di bawah pengawasan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Belanda. Sama persis seperti darah yang ditumpahkan di Suria oleh rezim Amerika, dan apa yang terjadi sebelumnya di Burma, Palestina, Avanti, Kashmir, Turkistan Timur dan negeri-negeri Muslim lainnya yang dilanda bencana… Musibah-musibah yang terjadi terhadap kaum Muslimin di dunia ini tidak akan bisa dihentikan dan dihalangi kecuali oleh Daulah al-Khilafah, benteng dan penjaga umat Islam…

Peninggalan brutal dari Saddam Hussein dan Penjajah Amerika yang mengikutinya terus melenggang dibawah rezim sekuler yang ditanam oleh Barat.Penganiayaan yang sangat kejam ini membawa gema dari penyiksaan dan penganiayaan para wanita muslimah yang tak bersalah yang ditahan di penjara Amerika Abu graib yang masih menghantui kita. Ketika mengiring invasi Irak, Presiden Amerka saat itu, George Bush menjustifikasi perang saat itu dengan alas an untuk membebaskan rakyat Irak, termasuk perempuannya dari kezaliman rezim Saddam. Setahun setelah itu, dihadapan kumpulan di White House dia berpidato : ‘’ Setiap perempuan di Irak sekarang lebih baik karena kamar-kamar buatan saddam untuk memperkosa dan menganiaya mereka selamanya telah ditutup’’. Namun sekarang jelas, apa yang selalu ditinggalkan oleh penjajahan Barat dan berbagai bentuk interfensi di negeri-negri muslim hanyalah untuk melanjutkan penindasan lebih jauh dan penghinaan terhadap anak-anak perempuan umat ini, sebagai bukti dari tragedi kemanusiaan yang terus berlanjut menimpa para perempuan di Afghanistan. Lebih lanjut, kamar-kamar penyiksaan dan pemerkosaan secara nyata telah dibuka kembali dibawah managemen baru dari boneka Amerika di Baghdad. Ini merupakan pelajaran yang relevan bahwa PBB dan Negosiasi yang dipimpin Barat untuk mennentukan masa depan Syiria hanyalah bertujuan untuk menanam rezim baru dukungan Barat di negara tersebut, untuk meenggantikan rezim lama mereka-Assads. Merupakan hal yang tidak perlu ditanya, bahwa pendirian rezim dukungan Barat apapun, atau sistem sekuler di Syria terikat dengan janji fase penindasan baru bagi rakyat Syria, sebagaimana yang dialami pada perempuan Irak dan Afghanistan.