Page

Partai mendidik dan membina masyarakat


 

4.    Partai Islam ideologis mendidik dan membina jamaah (masyarakat)nya sebagai sebuah jamaah (masyarakat), tanpa memandang individunya, dan tidak meman­dang individu-individunya sebagai individu-individu tertentu, tetapi ia memandang individu-individunya sebagai bagian dari jamaah (masyarakat). Maka ia mendidik mereka secara jamaah (masyarakat) untuk memperbaiki bagian-bagian jamaah (masyarakat), bukan atas keindividualan mereka. Oleh sebab itu hasilnya bersifat jamaah (masyarakat), bukan individual (orang perorang). Jika kita misalkan sebuah komunitas di suatu wilayah berpenduduk satu juta orang dan di sana terdapat anggota partai 100 orang, maka dia mampu mencetuskan sebuah kebangkitan sedangkan sekolah-sekolah tidak dapat berbuat serupa sekalipun dengan menggerakkan segenap kesungguhan dan dalam waktu yang lama dan telah menelorkan banyak alumnus.
5.    Sekolah mempersiapkan individu supaya berpengaruh dalam komunitas tempat hidupnya. Individu tersebut tak akan berpengaruh kecuali secara parsial (hanya pada bidang ilmunya). Sebab ia hanya menguasai bagian tertentu dari kebutuhan masyarakat, yang sedikit pengaruhnya dalam membangkitkan pemikiran.
6.    partai mempersiapkan komunitas untuk mempengaruhi individu. Jamaah (masyarakat) mampu berpengaruh secara menyeluruh, karena perasannya kuat, waspada dan mampu membangun pemikiran. Oleh karena itu pengaruhnya terhadap individu-individunya kuat, dan dia mampu membangkit­kan mereka dengan sedikit usaha dalam waktu lebih singkat, sebab yang membangkitkan pemikiran itu adalah perasan dan interaksi keduanya melahirkan ke­bangkitan.
7.    Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan 3 perbedan antara partai dan sekolah, yaitu;

a.    Sekolah bersifat rutin tak mampu membentuk masyar­akat , sementara partai berkembang tidak menjalani suatu (mekanisme) rutin, dan mampu membentuk masyarakat dengan suasana keimanannya.
b.    Sekolah mendidik seseorang supaya berpengaruh di tengah jamaah (masyarakat), maka hasilnya bersifat individual. Sementara partai mendidik jamaah (masyarakat) untuk mempengaru­hi individu-individu sehingga hasilnya bersifat jamaah (masyarakat).
c.    Sekolah mempersiapkan perasaan pada individu, untuk mempengaruhi perasan jamaah (masyarakat) maka ia tak mampu mempengaruhi jamaah (masyarakat) dan membangkitkan pemikiran jamaah (masyarakat). Sementara partai mempersiapkan segala sesuatu yang bersifat perasaan dalam jamaah (masyarakat) untuk mempengaruhi perasaan individunya. Maka ia mampu mempengaruhi jamaah (masyarakat) dan mampu pula membang­kitkan pemikiran-pemikiran mereka secara sempurna.

12.    Pada marhalah (tahapan) ini haruslah tetap disadari bahwa masyara­kat secara keseluruhannya adalah sebuah sekolah besar bagi partai. Juga harus tetap disadari bahwa terdapat perbedaan yang besar antara sekolah dan partai dalam halaqoh tsaqofiyahnya (pembinaannya).
Adapun anggapan bahwa masyarakat adalah sekolah bagi partai, adalah karena pekerjan partai pada zaman fatroh ini adalah membangkitkan aqidah yang benar, dan memben­tuk pemahaman yang shohih. Hal ini tak akan terlaksana, kecuali dengan "Kerja sekolahan". Ideologi partai sebagai guru, dan tsaqafahnya sebagai materi-materi pelajaran. Ideologi dan tsaqafah (khazanah ilmu) ini menyatu dalam diri orang yang telah menyatu dengan ideologinya. Mereka adalah Ustad masyarakat secara langsung, lajnah maha­liyah dan halaqoh-halaqohnya adalah para staf pengajarn­ya serta masyarakat secara keseluruhan adalah sekolahn­ya. "Kerja sekolahan" mengharuskan anggota-anggota partai, yang mengadopsi pemahaman-pemahaman partai [Islam], untuk mempelajari mafahim (pemahaman-pemahaman) partai secara mendalam dan dengan pemahaman yang, mendiskusikan tsaqafah kepartaiannya pada setiap kesempatan, dan beru­saha menghafal dusturnya (UUD), hukum-hukum yang penting serta kaidah-kaidah umum yang telah dia adopsi. Semuan­ya membutuhkan cara belajar "sekolahan". Oleh sebab itu setiap orang yang menjadi anggota partai, haruslah mempunyai keinginan yang kuat dalam aspek ini tanpa memandang apakah ia sarjana atau hanya lulusan sekolah dasar atau ia hanya seseorang yang siap dididik. Setiap orang yang meremehkan tsaqafah partai siapapun orangnya, adalah tetap di luar lingkaran partai, sekalipun ia telah bergabung ke dalam partai. Karena hal ini bisa membahayakan struktur umum partai. partai harus menahan diri sejauh mungkin dari amal praktis sebelum ia mempun­yai sejumlah orang yang terdidik dengan tsaqafah hizb (partai) [Islam]. Karenanya marhalah (tahapan) ini disebut marhalah (tahapan) tsaqofiyah (perkaderan).
Adapun perlunya disadari bahwa terdapat perbedaan antara tsaqafah partai dan tsaqafah sekolah adalah agar tsaqafah tersebut tidak berubah dari tsaqafah kepartaian/gerakan menjadi tsaqafah sekolah. Jika ini terjadi , maka partai akan kehilangan vitalitasnya.
Oleh sebab itu harus dibikin suatu dinding tebal antara orang-orang yang bergabung ke dalam partai dan aspek-aspek ilmiah (belajar hanya sekedar untuk mendapatkan ilmu). Perlu juga diperhatikan bahwa tsaqafah hizbiyah (tsaqafah kepartaian) adalah untuk merubah mafahim (pemahaman), dan beramal dalam medan kehidupan, dan untuk mengemban qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) Islamiyah pada umat. partai tidak boleh mendorong umat untuk belajar hanya demi aspek-aspek ilmiah (sekedar mendapatkan ilmu). Jika ia mempunyai kebutuhan yang bersifat keilmuan maka tempatnya adalah sekolah bukan partai. Dan adalah berba­haya jika tsaqafah-nya dipelajari dari aspek keilmuan saja. Sebab ia akan mencabut vitalitas kerja dan akan menunda dilakukannya [da'wah] marhalah (tahapan) kedua.
 Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI