Page

Menumpang Pencitraan Pada Kegemilangan Khilafah



Oleh: Dr. M. Kusman Sadik

Terlepas setuju atau tidak pada konsep khilafah, masa keemasan khilafah tidak mungkin mampu disembunyikan. Selama kurang lebih 13 abad sistem warisan Rasulullah SAW itu telah memayungi dunia dengan penuh keberkahan dan kesejahteraan.

Pada tahun politik saat ini para politisi sedang gencar menjajakan dirinya dengan berbagai pencitraan. Mereka ingin mendapat simpati dari masyarakat dengan mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang baik. Termasuk ada yang kebablasan mencitrakan dirinya seperti sosok Khalifah Umar bin Khaththab.

Tentu ada yang perlu menjadi catatan. Pertama, para politisi yang selama ini terlihat anti pada konsep khilafah ternyata mereka tidak mampu melawan fakta bahwa khilafah itu penuh keagungan. Makanya upaya mencitrakan diri sebagai Umar bin Khaththab adalah bukti dari hal itu.
Sejatinya, figur Umar bin Khaththab tidak bisa dipisahkan dari sistem khilafah sebab beliau adalah salah seorang pemimpin pada sistem khilafah tersebut. Ketakwaan, kewibawaan, keteguhan, dan kepedulian yang ditunjukkan oleh Umar bin Khaththab adalah keteladanan sebagai seorang pemimpin dalam sistem khilafah. Sebuah sistem yang di dalamnya diterapkan hukum yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan as-Sunnah yakni syariah Islam. Tentu menjadi sebuah anekdot jika ada yang mencitrakan diri seperti Umar bin Khaththab sementara orang tersebut tidak hanya menolak namun juga mengkriminalisasi syariah dan khilafah.

Kedua, sejarah dunia tentu tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kegemilangan khilafah. Seperti yang digambarkan sejarawan Paul Kennedy tentang imperium (Khilafah) Utsmani dalam bukunya The Rise and Fall of the Great Powers (Unwin-Hyman, London 1989). Menurutnya dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, dunia Islam di bawah imperium Utsmani telah jauh melampaui Eropa dalam bidang budaya dan teknologi. Paul Kennedy menyebutkan bahwa kota-kota di dunia Islam saat itu demikian luas, rakyatnya terpelajar, perairannya sangat bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki universitas-universitas dan perpustakaan yang lengkap dan memiliki masjid-masjid yang indah. Dia juga menambahkan bahwa dalam bidang matematika, kastografi, pengobatan dan aspek-aspek lain dari sains dan industri, kaum Muslim selalu berada di depan.

Berabad jaraknya dari Umar bin Khaththab, kepedulian khilafah terus dirasakan oleh banyak negara termasuk Eropa. Misalnya Mary McAleese, presiden ke-8 Irlandia yang menjabat dari tahun 1997 sampai 2011 itu telah memuji kepedulian khilafah saat itu. Dalam pernyataan persnya yang dilansir di laman irishcentral.com, ia memuji bantuan Khilafah Turki Utsmani ke negaranya, Irlandia, yang terjadi sekitar tahun 1847 silam.

Bantuan itu dikirimkan saat Irlandia terkena musibah kelaparan hebat yang dikenal dengan peristiwa the great famine. Musibah tersebut telah menyebabkan sekitar 1 juta penduduk Irlandia meninggal dunia. Terkait bantuan itu, Mary McAleese berkata, ”Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini."

Tuduhan bahwa syariah dan khilafah adalah ancaman, sesungguhnya bagian dari penyesatan politik dan upaya memalingkan umat dari ancaman sebenarnya yakni ideologi kapitalisme-liberalisme. Faktanya di negeri ini, berbagai kerusakan yang terjadi di bidang ekonomi, hukum, sosial, dan politik bersumber pada penerapan sistem kapitalisme-liberalisme itu. Apabila kita peduli untuk melepaskan negeri ini dari berbagai persoalan ancaman tersebut, kita harus memilih sistem yang baik dan benar. Itulah syariah Islam yang diterapkan dalam sistem Khilafah.

Keberadaan syariah sebagai rahmat adalah natiijah (hasil) dari syariah yang diterapkan. Sehingga syariah hanya akan mewujudkan rahmatan lil 'alamin jika diterapkan secara keseluruhan (kaaffah). Karenanya, fatamorgana besarlah yang akan diperoleh manakala sekadar bermain citra dengan figur Khalifah Umar, sementara syariah dan Khilafah dikriminalkan. Wallaahua'lam bi ash-shawaab. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 218